Senin, 26 Maret 2012

What Love's Like - Part 9


Tittle                : What Love’s Like? – Part 9
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : Choi Minyoung, Choi Go Eun, Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee,
Lee Taemin
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Key POV
            “A-a-aboeji, eomonim, apa maksud dari semua ini? Kalian tidak sedang bercanda kan?” tanyaku kaget. Ya Tuhan, semoga ini hanya mimpi. Semoga tadi aku hanya salah dengar.
            Dengan santainya orang tuaku hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku. Pertanyaan anak semata wayang mereka yang baru menginjak tahun kedua di SMA. “Kibum. Ini adalah urusan bisnis yang belum kau mengerti. Kami akan melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan tuan Choi. Sebagai pengikat kerja sama, kami memutuskan untuk menjadi keluarga,” jawab eomonim.
Go Eun? Yang benar saja ! Mengapa bukan yeoja lain? Sepertinya dunia ini sempit sekali. Cih !
            Dan... apa ini? Perjodohan? Ini 2012 ! 2012 ! Orang tuaku, apa mereka sedang dirasuki arwah leluhur sehingga pemikiran mereka bisa begitu kuno?
            Yang jelas kepalaku benar-benar pusing memikirkan segala kemungkinan ini. Go Eun, jangan coba-coba untuk menyetujui kekonyolan ini.
            Sepanjang acara makan malam, aku lebih memilih bungkam. Namun, apa yang dilakukan yeoja di hadapanku? Dengan santainya ia ikut larut dalam obrolan bersama para orang tua. Benar-benar muka dua. Saat ini ia bersikap manis di hadapan kedua orang tuaku. Jangan-jangan ia juga punya andil dalam jodoh-jodohan ini?
            “Eomma, aku merasa tak enak badan,” ujar yeoja itu. Ia memegangi pelipisnya, wajahnya nampak seperti sedang menahan sakit. Ya ampun, jelas-jelas dia sedang berakting. Kau benar-benar gadis buruk rupa yang senang memakai topeng, Choi Go Eun.
            “Kibum, bagaimana kalau kau mengantar Go Eun pulang?” tanya eomoniim padaku.
            Eoh? Mengantar Go Eun pulang? Kulirik lagi dia. Dapat kutangkap ia sedikit tersenyum mendengar pertanyaan eomonim. Tuh kan, sudah kuduga kalau ia sedang berpura-pura. Tapi, karena kebetulan aku juga sudah tidak betah, selera makanku pun sudah menghilang sejak tadi, lebih baik aku menurut saja.
***

Author POV
            “Kau sudah tau?” tanya Key pada Go Eun begitu mereka duduk di jok mobilnya. Go Eun berpaling menatap Key. “Mengenai apa?”
            “Ck ! Hapus ekspresi innocent-mu itu ! Aku tau kau bukan benar-benar tidak mengerti pertanyaanku,” cibir Key. Go Eun menarik sebelah sudut bibirnya. Menatap Key dengan senyum meremehkan.
            “Sudah,” jawab Go Eun dengan ekspresi yang berubah datar seketika. “Makanya aku pindah ke sekolahmu,” lanjutnya.
            Belum sempat Key berbicara, Go Eun menambahkan lagi, “Ini bukan yang kau inginkan sejak dulu? Kau menginginkanku? Kini kau bahkan tak perlu repot-repot lagi.”
            Key mencerna ucapan Go Eun. Memang benar dulu ia menyukai Go Eun. Tapi itu dulu. Kini bahkan tak ada lagi yang tersisa di hatinya. Meski itu hanya cinta monyet, ia benar-benar pernah menyayangi Go Eun. Pernah. Kini tidak lagi.
            “Mengapa kau tak pernah memberitahuku?” tanya Key dengan nada membentak. Go Eun masih menunjukkan sikap santai seakan tak terjadi apa-apa. “Kau tak pernah bertanya,” ujar yeoja itu dengan tenang.
            “Aish... jinja !” umpat Key kesal sambil memukul stir. “Bagaimana cara membatalkannya?” tanya Key lagi.
            “Mana aku tau? Wae? Kau ingin membatalkannya? Apa kau tidak takut menyesal?” tanya Go Eun sinis.
            Key berdecak kesal, ia mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Go Eun barusan. “Menyesal katamu? Perhatikan kata-katamu, Choi Go Eun. Sepertinya kau yang menyesal karena pernah mempermainkanku. Kau tidak malu menuduhku dengan pertanyaanmu itu?” balasnya tak kalah sinis.
            Go Eun kehabisan kata-kata. Akhirnya ia memilih untuk bungkam sambil memandang ke luar dengan perasaan jengkel.
            Mereka tiba di sebuah gedung apartemen. Tak ada satupun yang berinisiatif untuk keluar dari mobil. “Kau tidak turun?” tanya Key. “Atau jangan-jangan kau ingin aku membukakan pintu untukmu? Huh ! Jangan terlalu berharap,” lanjutnya.
            Go Eun tak menjawab. Hening sesaat. Tiba-tiba saja bahu yeoja itu bergetar, ia terisak menatap Key. Namja itu sedikit kaget melihat wajah Go Eun yang berlinang air mata. “Tak bisakah kau bersikap sedikit lebih baik padaku? Mengapa kau begitu jahat? Mengapa kau begitu membenciku? Itu sudah lama berlalu, Kibum,” kata Go Eun sambil terisak.
            Key diam. “Haruskah aku? Lalu, mengapa kau pergi waktu itu? Mengapa kau memilih Minho? Kau tau, sejak saat itulah aku mulai menghapusmu secara perlahan dari memoriku,” jawab Key kembali tenang.
            “Ta-tapi itu sudah lama berlalu”
            “Justru karena sudah lama berlalu makanya aku sudah tak mengharapkan kehadiranmu lagi. Mengapa kau baru datang sekarang? Mengapa di saat aku selalu menunggumu kau tak pernah datang? Kini kau datang dan menyimpulkan kalau aku masih menyukaimu? Aku bahkan baru saja membenahi perasaanku. Tidakkah kau memikirkan hal itu?” tanya Key bertubi-tubi. Nafasnya tersengal. Ia bisa saja ikut menangis saat ini. Tapi ia adalah laki-laki. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan yeoja.
            “Tidak bisakah kita memulai dari awal?” tanya Go Eun penuh harap.
            Key memalingkan wajahnya. “Sudah terlambat,” ujarnya sambil meninju dada. Ia menambahkan, “Ini hatiku. Semua sudah basi. Aku sudah menyimpan nama lain.”
            “Nugu?” tanya Go Eun sambil menyeka air mata. Namun bukannya mengering, matanya malah semakin memanas. Key tak kunjung menjawab. Sekali lagi ia bertanya, “Nugu? Kau bohong kan? Kau hanya ingin aku menjauhimu jadi kau berkata seperti itu. Iya kan?”
            Key mengangkat sebelah tangannya, meminta Go Eun agar diam. Ia sendiri tak begitu yakin dengan kata-kata yang baru saja meluncur dari mulutnya. Entah mengapa ada rasa lega menyeruak dalam dirinya. Ia heran namun tak menyesali ucapannya.
            “Jangan mengharapkanku lagi. Ada tidaknya orang lain yang kusukai, aku tetap tak akan berpaling padamu lagi,” jawab Key. Ia menghela nafas, menatap Go Eun untuk kesekian kalinya. Kemudian ia keluar untuk membukakan pintu bagi yeoja itu.
            “Kibum..” panggil Go Eun lirih. Key mengedikkan kepalanya mengisyaratkan Go Eun agar segera turun dari mobil. Tak tersenyum sedikitpun.
            Go Eun turun dari mobil. Ia berjalan melewati Key sambil terus menatap lurus. Namja itu bahkan tak menunggu sampai Go Eun masuk ke dalam apartemennya.
            “Kau kira dengan berkata seperti itu aku akan pergi?” gumam Go Eun sambil menatap mobil Key yang semakin menjauh. “Kau kira aku jauh-jauh kembali ke sini hanya untuk mendengar penolakanmu?” tambahnya. Ia mencoba meyakinkan diri, “Kau masih labil, Kibum. Aku yakin itu. Kau mungkin masih butuh waktu untuk menerimaku kembali.”
***

            Key menyetir mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Perasaannya campur aduk. Meskipun tadi ia nampak tenang, namun dalam hatinya tak menentu. Ia begitu ingin cepat-cepat pergi dan melampiaskan keresahannya. Ya. Apa lagi kalau bukan karena perjodohan yang secara tiba-tiba?
            Key menepikan mobilnya di depan sebuah gedung bertingkat. Sempat terjadi keraguan sebelum memasuki tempat itu. Tadinya ia hendak berbalik. Namun diurungkannya ketika sudut matanya menangkap sesosok orang yang dikenalnya sedang berjalan keluar bersama seorang lelaki.
            “Sue Ji?” Key memastikan apa yang dilihatnya itu benar. Dan tak salah lagi, orang itu adalah Bae Sue Ji yang sedang bersama Taemin. Akhirnya ia membatalkan niatnya untuk pergi dan menunggu Sue Ji keluar dan Taemin kembali ke dalam.
            “Kau, apa hubunganmu dengan Lee Taemin?” Sue Ji terkejut mendapati Key yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya sambil berpangku tangan.
            “Eh? Kenapa kau bisa ada di sini Key?” tanya Sue Ji ramah. Tentu saja, bukankah mereka adalah teman sekarang?
            “Harusnya aku yang menanyakan hal itu. Apa yang dilakukan seorang gadis di apartemen penuh namja pada malam hari?”
            “Itu... aku, karena aku harus memasakkan makan malam untuk mereka,” jawab Sue Ji jujur dan hal itu sukses membuat lawan bicaranya mengernyit.
            “Memasak makan malam? Untuk mereka? Memangnya kau ibu mereka apa?” nada Key mulai meninggi.
            “Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba datang dan marah-marah? Ceritanya panjang, Key. Aku–“ belum sempat Sue Ji meneruskan kalimatnya, Key sudah menarik tangannya memasuki mobil. Mau tak mau gadis itu hanya menurut.
            Key duduk di bangku kemudi dan menyalakan mesin. Sue Ji tak berani bersuara. Ia agak heran dengan Key malam ini. Ada yang berbeda dengannya. Malam ini Key nampak lain dengan setelan jas dan kemeja yang kancing atasnya terbuka, begitu pula dengan dasinya yang telah dilonggarkan. Meskipun agak berantakan, Sue Ji akui kalau Key sangat tampan malam ini– walau pada hari biasa pun ia tetap tampan.
            “Key?” panggil Sue Ji sementara Key masih berkutat dengan jalanan. Merasa diabaikan, Sue Ji memanggil lagi. “Key, kita mau ke mana?”
            “Mengapa kau memasak makan malam untuk mereka?” tanya Key tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja Sue Ji lontarkan.
            Sue Ji bingung dari mana ia harus memulai cerita. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menceritakan mengenai perjanjiannya. Ia bahkan baru menyadari kalau perjanjiannya dengan Minho sangat tidak masuk akal hanya karena sebuah sketch book.
            “Aku hanya kasihan karena setiap malam mereka hanya makan mie instan,” jawab Sue Ji. Ia tak sepenuhnya berbohong, karena ia memang tak sungguh-sungguh takut pada ancaman Minho, melainkan karena ia merasa kasihan setelah mendengar kalau tak satupun dari penghuni apartemen tersebut yang bisa memasak makanan selain mie instan.
            “Mereka kan bisa beli makanan di luar? Kenapa kau harus repot-repot? Mulai besok jangan melakukan hal itu lagi,” titah Key. Dari nada bicaranya jelas ia serius dengan ucapannya.
            “Tapi–“
            “Jangan membantah. Aku tidak suka temanku dimanfaatkan seperti itu,” ujar Key tegas.
            Mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Key membuat Sue Ji tersanjung. ‘Teman’. Sebuah kata yang mampu membuat Sue Ji langsung mengangguk. Sepertinya ia bahkan akan menuruti semua kemauan Key asal namja itu mau berkata manis seperti tadi. Sebuah kejadian yang langka memang.
            Key tersenyum lega. Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba Sue Ji mengucapkan sesuatu yang membuat wajah Key kontan memerah.
            “Key. Kau... terlihat lebih tampan.”
            “Apa katamu?” tanya Key, menyembunyikan kegugupannya. Sue Ji tak kalah kikuk. Ia menepuk-nepuk bibirnya, menyesali mengapa ia begitu sering keceplosan.
            Key terbahak. Ia merasa yeoja di sebelahnya ini lucu. Apa yang membuatnya tampan dengan penampilan yang acak-acakan seperti sekarang ini?
            “Bukankah biasanya aku memang tampan? Jadi kau mulai berani menggodaku, heh?” goda Key.
            Sue Ji benar-benar gugup dibuatnya. Ia menggigiti bibir bawahnya. Ia hendak bicara namun kembali mengatupkan bibirnya. “Bu...bukan begitu maksudku.”
            “Maksudku.. maksudku..”
            “Apa? Memangnya tadi kau bilang apa? Aku tidak mendengarnya begitu jelas,” goda Key sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Sue Ji yang semakin memerah. Rupanya ia sudah menepikan mobilnya di pinggir jalan.
            “Aku bilang kau terlihat lebih–“
            CUP
            Tiba-tiba saja kata-kata Sue Ji terputus begitu bibir Key mendarat mulus di pipi kirinya. Ia mengerjapkan mata, menyentuh tempat di mana bibir Key baru saja menempel. Mencubitnya. Sakit. Ternyata ia tidak sedang bermimpi.
            Key tersenyum ketika Sue Ji menoleh padanya. “Ini hadiah karena kau memujiku tampan. Gomawo chingu.”
            Jantung Sue Ji berpacu cepat. Meskipun hanya sebuah poppo, tapi ini dari seorang Key. Key ! Namja yang begitu disukai oleh banyak yeoja termasuk dirinya.
***
            Key kembali ke apartemennya setelah mengantar Sue Ji pulang. Ia tak henti-hentinya tersenyum mengingat ekspresi Sue Ji tadi. Bukannya ia tidak merasa deg-degan setelah mencium pipi yaoja itu. Bahkan sepertinya jantung mereka saling balapan. Makanya sepanjang sisa perjalanan mereka hanya saling membisu.
            Saking senangnya, Key bahkan melupakan kejadian di restoran. Nampaknya, yaoja yang ia maksudkan ketika bicara dengan Go Eun adalah Sue Ji.
            “Bae Sue Ji” bibir Key bergerak tanpa suara. Sambil berbaring di ranjang, matanya menatap lurus ke langit-langit kamarnya. Mencoba mengumpulkan kejadian-kejadian yang membuat dirinya dan Sue Ji mulai berkaitan. Mulai dari insiden tabrak-menabrak sampai perjanjian konyol mereka. Padahal sebenarnya Key tidak serius mengenai perjanjian itu. Ia hanya iseng saja. Tak menyangka malah seperti ini jadinya. Kini ia bahkan tak sabar menanti hari esok karena ingin cepat-cepat bertemu Sue Ji lagi.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...