Senin, 27 Februari 2012

What Love's Like - Part 7


Tittle                : What Love’s Like? – Part 7
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : Choi Minyoung, Choi Go Eun, Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee,
Lee Taemin
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Author POV
            Sue Ji sudah siap dengan setelan seragamnya. Sekali lagi ia bercermin, kemudian menghitung dengan jari tangannya.
            “Jum’at, sabtu, minggu, senin, selasa. Dua hari lagi. Aku hanya harus bertahan selama dua hari lagi,” ujarnya menyemangati diri. Ia lalu turun untuk sarapan bersama eomma-nya.
            “Eomma, aku ingin mengatakan sesuatu,” ujar Sue Ji seusai sarapan. “Apa itu?” tanya eomma-nya.
            “Mulai sekarang setiap malam aku akan belajar bersama di rumah temanku. Ia seorang murid yang pandai dan menawarkan diri untuk mengajariku setiap malam,” bohongnya. Entah karena sudah berlatih terlebih dahulu atau memang sudah terlatih, Sue Ji begitu lancar membohongi eomma-nya. Karena Sue Ji adalah anak penurut, tentu saja eomma-nya percaya dan mengizinkannya.
            Setelah berpamitan, Sue Ji segera berjalan menuju halte bus terdekat. Baru saja ia akan sampai, sebuah bus berhenti dan siap untuk kembali melaju.
            “TUNGGUUUUUU !” panggilnya. namun percuma saja karena ban bus tersebut mulai berputar dan akhirnya Sue Ji harus ketinggalan bus.
            “Kyaaa...ottokhe?” rengeknya kesal. Hanya ada tiga pilihan untuknya : menunggu kedatangan bus berikutnya, naik taksi, atau berajalan kaki menuju sekolah. Oke, pilihan ketiga memang keterlaluan, maka dari itu ia hanya punya dua pilihan kini. Namun tetap saja ada konsekuensinya. Kalau ia naik taksi, ia terpaksa harus merogoh kocek yang sangat dalam bagi seorang pelajar biasa sepertinya. Sedangkan kalau ia menunggu kedatangan bus berikutnya ia bisa terlambat.
            Bruuuum...bruuuuummm....
            Suara deru motor berhenti tepat di hadapan Sue Ji. Ia belum menyadari kehadiran motor tersebut sampai si pengendara mengibas-ngibaskan tangannya di hadapannya. Kontan saja Sue Ji langsung kaget dibuatnya.
            “Ya– “ hendak berteriak namun lebih terkejut lagi ketika si pengendara membuka penutup helmnya.
            “Minho-ssi?” tanya Sue Ji heran.
            Minho memberikan sebuah helm untuk Sue Ji. “Naik !” titahnya. Hal ini membuat Sue Ji sedikit deja vu karena baru saja kemarin ia mengalami hal yang nyaris sama, hanya saja bukan Minho melainkan Key yang memberinya helm.
            “Hey !” panggil Minho menyadarkan lamunan Sue Ji.
            “Eh? Ne... gomawo,” ucap Sue Ji sebelum naik di belakang Minho. Minho sedikit mengernyit. Sepertinya ia sedang menunggu Sue Ji menanyakan sesuatu. Dan memang, Sue Ji tidak bertanya kenapa Minho memberinya tumpangan. Apakah mereka teman sekarang?
*
            Para murid yang sedang berjalan di menuju gerbang sekolah dikejutkan oleh kehadiran sebuah motor sport yang melaju tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang mungkin saja bisa tertabrak. Tapi tentu saja Minho tak setega itu. Ia sudah lihai dan berhasil mengantar Sue Ji dengan selamat di gerbang sekolahnya.
            “Gomawo,” Sue Ji membungkuk singkat dan mengembalikan helm Minho. Minho membuka helmnya, “Hanya itu?” tanya Minho. Sue Ji bingung dengan maksud Minho. “Memangnya apa lagi?” tanyanya.
            “Aku. Choi Minho. Murid Seoul International High School mengantar seorang siswi sekolah SMA Byung Moon ke sekolahnya dan hanya diberi ucapan terima kasih?” Minho memperjelas pertanyaannya. Entah karena bodoh atau memang bodoh, Sue Ji semakin bingung dibuatnya. “Lalu, aku harus apa?” tanyanya.
            “Pulang sekolah nanti traktir aku makan dan temani aku beli sepatu basket baru,” pinta Minho. Tanpa pikir panjang Sue Ji langsung menyetujuinya. “Kalau begitu nanti pulang sekolah kujemput kau,” lanjutnya.
Mereka berdua tak menyadari sedari tadi banyak yang memperhatikan mereka berdua termasuk Key yang langsung menunjukkan wajah tidak suka dan Go Eun yang memperhatikan ketiganya dengan senyum yang sulit diartikan.
            Kyaaa... Bae Sue Ji, bukankah yang tadi itu adalah Choi Minho dari SIHS?
            Apakah kau pacaran dengannya?
            Apa kalian  bersaudara?
            Bagaimana bisa?
            Teman-teman Sue Ji langsung menyerbunya dengan lontaran-lontaran pertanyaan setelah Minho pergi. Sue Ji kelabakan dan akhirnya memilih untuk berlari kabur dari kerumunan teman-temannya. Ia merasa geli dengan kejadian yang baru saja dialaminya dan menyesalkan mengapa ia tak menanyakan alasan Minho mau mengantarnya ke sekolah.
            ”Ah, mungkin ia hanya kebetulan mau berangkat sekolah juga,” elaknya pada diri sendiri.
*
            Key sedang bersandar pada di dekat tangga, Go Eun berjalan menghampirinya. Key yang melihat kehadiran Go Eun hendak beranjak pergi.
            “Kau menghindariku?” tanya Go Eun yang membuat langkah Key terhenti.
            “Kau berpikir seperti itu? Siapa kau sehingga perlu kuhindari?” elak Key. Jelas sekali ada kesinisan dalam intonasi bicaranya.
            “Sangat jelas bukan? Meskipun kau banyak berubah, tetap saja ada persamaan antara dirimu yang dulu dan sekarang,” ujar Go Eun dengan nada meremehkan. Tangan Key mengepal, rahangnya mengeras.
            “Apa yang kau inginkan? Kau berharap aku masih menyukaimu? Sayangnya tidak lagi,” balas Key.
            “Mengapa tidak? Karena gadis itu kah? Bae Sue Ji?” tanya Go Eun. Ia tertawa kecil. Key terdiam tak menjawab. Sekali lagi Go Eun bertanya, “Huh? Kau bahkan tak mengelak.”
            “Berhenti ingin tau mengenai kehidupanku. Jangan berharap aku masih menaruh hati padamu. Dan jangan berbicara padaku seolah kita pernah berteman sebelumnya,” ujar Key mengakhiri. Ia berjalan pergi.
            “Begitukah prasangkamu? Kalau begitu aku akan membuat itu menjadi nyata, Kibum. Aku harus mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku tak membuangnya, hanya menaruhnya di gudang untuk sementara dan akan kuambil lagi. Kau hanya menyukaiku, Kim Kibum. Hanya aku !” ucap Go Eun nanar tanpa didengar Key.
            Sue Ji berjalan menuju kelas dan berpapasan dengan Go Eun.
            “Annyeong,” sapa Go Eun sambil tersenyum hangat pada Sue Ji. (dasar evil bertopeng)
            Sue Ji menjawab terbata-bata, “A-an..annyeong,” ia balas tersenyum.
            “Kau pacaran dengan Minho?” tanya Go Eun. Sue Ji sedikit terkejut mendengar pertanyaan Go Eun.
            “Kau bahkan terbawa gosip. Ini tidak seperti itu,” jawab Sue Ji. Go Eun terkekeh. “Lalu?” tanyanya lagi.
            “Kami hanya kebetulan bertemu di halte,” jawab Sue Ji enteng. Mereka kemudian memasuki kelas bersama-sama.
            Sue Ji duduk di bangkunya. Nana langsung menghampiri dengan wajah kesal. Sue Ji yang innocent heran mengapa ekspresi Nana seaneh itu.
            “YA Bae Sue Ji ! Kenapa kau tak pernah cerita?” bentaknya.
            “Cerita apa?” tanya Sue Ji bingung.
            “Yang tadi. Mengenai hubunganmu dengan Minho,” omelnya lagi.
           “Hubungan? Bahkan kau juga salah sangka? Ya ampun. Aku tadi hanya kebetulan bertemu dengannya di halte dan dia menawariku tumpangan,” kata Sue Ji memberikan alasan.
            “Eh? Jinja?” raut wajah Nana nampak bingung. Teman seperti apa sampai seorang namja sepopuler Choi Minho mau mengantar Suzy? Apa mereka sedekat itu?
            Seonsaengnim masuk ke kelas dan memulai pelajaran. Gosip pagi hari berakhir sudah.
*
            “Sue Ji, kau mau ke kantin? Ayo pergi bersama !” ajak Go Eun setelah bel istirahat berbunyi. Nana nimbrung, “Ayo, ayo ! Aku baru saja hendak mengajak kalian.”
            Sue Ji bangkit dan merangkul mereka berdua. “Lapar sekaliii... kajja !” ajaknya bersemangat. Mereka beranjak keluar kelas bersama.
            Ketika sedang berjalan di koridor, mereka berpapasan dengan Key yang langsung menatap sinis terutama pada Go Eun. Nana nampak bingung dengan sikap Key karena ia tidak tau apa-apa mengenai apa yang pernah terjadi di antara Key dan Go Eun.
            “Eh? Apakah aku salah lihat, nampaknya Key barusan menatap sinis padamu, Go Eun?” tanya Nana heran, menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Sue Ji dan Go Eun ikut berhenti.
            “Benarkah?” tanya Go Eun pura-pura tak tau.
            “Sepertinya begitu. Apa kau punya salah padanya? Apa jangan-jangan aku salah liha dan sebenarnya dia menatap Sue Ji? Iya tidak? Bukankah kau bermasalah dengannya, Sue Ji?” tanya Nana lagi.
            Sue Ji nampak jenuh sementara Nana masih bingung. Nana yakin sekali bahwa tadi Key menatap Go Eun, tapi ya sudahlah. Siapapun yang ditatap seperti itu pasti bermasalah dengan Key dan ia tak mau ikut terlibat atau ia akan ikut mendapat tatapan sinis dari Key juga.
            “Aish... lupakan !” pungkasnya sambil melanjutkan jalan.
*
            “Key !” panggil Onew. Key mendongak ke sumber suara. “Aku lapar sekali belum sarapan. Ayo ke kantin !” ajaknya sambil merangkul pundak Key.
            “Aku malas, Hyung ! Kau pergilah sendiri,” sahut Key menyingkirkan tangan Onew dari pundaknya.
            Bukan Onew namanya kalau tidak menangkap ada kekesalan yang tak biasa pada Key.
            “Kau kenapa?” tanya Onew. Key hanya mengangkat kedua bahunya sambil berlalu.
            “Key !” panggil Onew sambil menahan lengan Key.
            “Aku tidak dalam mood untuk makan, Hyung.” tolak Key malas. Ia kembali melanjutkan langkahnya.
            “Aku tau ada alasan lain, Key. Aku tau seperti apa dirimu. Kau bukan sekedar ti-“
            “Ya, hyung. Benar. Aku bukan sekedar tidak mood untuk menyantap makanan apapun. Aku lelah. Lelah selelah-lelahnya. Jadi pergilah sendiri. Kau tak akan dibully hanya karena makan sendiri,” potong Key cepat dan ia meninggalkan Onew sendirian. Onew mengerti. Ia prihatin atas tekanan yang kini membebani sahabatnya. Key sedang galau. Dan siapa yang menjadi alasan kegalauan Key, Onew sudah dapat menebaknya.
            Onew meneruskan langkahnya ke kantin dan mendapati tiga yeoja yang tadi berpapasan dengan Key : Sue Ji, Nana, dan Go Eun.
            “Boleh aku duduk di sini?” tanya Onew sambil menempelkan pantatnya pada permukaan kursi di hadapan Nana, Go Eun dan Sue Ji.
            “Su-sunbae? Te-tentu saja boleh !” jawab Nana gugup. Kali ini Sue Ji tak lagi terlalu obsesif terhadap namja tampan. Entah apakah karena sudah biasa karena kini ia sering bersama namja-namja tampan atau karena ia mulai jenuh karena setiap namja tampan yang ia temui selalu menyebalkan. Maka dari itu meskipun kini Onew yang terbilang tak kalah tampan, populer, dan bahkan lebih pintar daripada Key tak membuatnya salah tingkah lagi ketika berhadapa dengannya.
            Raut wajah Go Eun sempat berubah tidak suka selama sepersekian detik sebelum kembali ke ekspresi normalnya : ramah dan baik hati.
            “Tumben sunbae tidak bersama Key?” tanya Nana memberanikan diri mengajak namja idamannya bicara.
            Onew mendongak. “Ia sedang tidak mood untuk makan. Sepertinya sedang ada masalah dengan seseorang,” jawab Onew jujur sambil sengaja melihat ke arah Go Eun dan memberi penekanan pada kalimat terakhir yang diucapkannya. Go Eun menyadari hal tersebut. Raut wajahnya berubah, namun kembali normal lagi. Ia benar-benar pandai berakting.
            Tapi ternyata bukan hanya Go Eun yang tersindir. Sue Ji juga. Ia merasa sepertinya Key masih kesal dengan kejadian kemarin. Bahkan hari ini ia belum menyuruh Sue Ji melakukan apapun.
*
*
            “Key !” panggil Sue Ji sepulang sekolah ketika ia melihat Key sedang duduk mendengarkan musik di bangku taman dekat lapangan sekolah. Key menoleh. “Apa?” tanyanya seraya melepas headsetnya.
            Go Eun mengamati wajah Key dari segala sisi. Ia mengedik-ngedikkan kepalanya. Key yang diamati seperti itu merasa risih dan agak salah tingkah. “Ya !”
            Go Eun menghela nafas. “Kau tidak terlihat seperti sedang marah padaku,” gumamnya.
            “Sekarang aku marah padamu,” tukas Key.
            “Jinja? Tapi ekspresi wajahmu biasa saja. Kau pun bersikap seperti biasa. Marahmu pun seperti biasa,” tambah Sue Ji.
            “Biasa? Seperti biasa? Kau mulai kebal kumarahi?” tanya Key mulai bingung.
            “Kalau aku tidak berusaha untuk mengebalkan diri, mungkin saja aku sudah merana karena terus-terusan kau siksa dengan hobi marah-marahmu itu,” jawab Sue Ji.
            “Wow.. kau adalah orang kedua yang mengatakan itu setelah Onew hyung,” puji Key.
            “Jinja? Ah.. berarti hanya dua orang yang sanggup mengatasimu yaitu aku dan Onew oppa,” kata Sue Ji riang.
            “Yang benar saja,” Key terkekeh.
            “Tentu saja. Bahkan orang-orang bisa sakit hati bila kau perlakukan sesuka hatimu. Tapi aku tidak lagi. Meskipun terkadang aku sering merasa jengkel padamu,” cerocos Sue Ji.
            “Kau benar-benar mulai jadi seperti Onew hyung,” canda Key.
            “Oh iya, kemarin aku lupa mengembalikan jaketmu. Ini !” kata Sue Ji sembari mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Key. “Gomawo,” lanjutnya sambil membungkukkan badannya sedikit.
            Key menerima jaket itu dan menyampirkannya di bahu kanannya. “Mengenai kejadian kemarin, maaf karena tiba-tiba saja aku membentakmu,” ujarnya.
            Sue Ji tersenyum. “Tak apa. Aku juga minta maaf karena membuatmu marah. Sekarang kita impas kan?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya hendak bersalaman. Key memandang tangan itu sejenak. “Impas !” ujarnya sambil membalas uluran tangan Sue Ji. Mereka berdua tersenyum.
            “Kau semakin tampan saat tersenyum seperti itu,” puji Sue Ji tanpa sadar. Membuat Key melepaskan jabatan tangan mereka dan sedikit salah tingkah. Begitu pula Sue Ji yang menyadari kalau ia baru saja salah bicara.
            “Kau baru saja menyebutku tampan. Apa kau mulai menyukaiku dan merayuku?” goda Key.
            “Mwo? Aku bilang kau tampan karena kau memang tampan. Bukan sedang merayumu,” jawab Sue Ji kikuk. Ia mengalihkan pandangannya ke jam tangannya. “Minho lama sekali,” ujarnya.
            Senyum Key memudar. “Minho?” tanyanya.
            “Ne. Dia bilang akan menjemputku hari ini karena aku harus menemaninya membeli sepatu basket baru,” jawab Sue Ji.
            Key membulatkan mulutnya membentuk o. Keheningan meliputi mereka berdua.
            “Sebenarnya..” Sue Ji hendak mengatakan sesuatu. Key langsung menoleh. Tiba-tiba saja ponsel Sue Ji berdering.
            “Yeoboseyo? Kau sudah di gerbang sekolahku? Ne, tunggu sebentar aku segera ke sana,” ujar Sue Ji kemudian menutup telponnya.
            “Ia sudah datang. Aku duluan ya, Key !” pamit Sue Ji sambil berdiri. Namun sebelum melangkah, ia berbalik. “Jangan cemberut terus, Key. Kau memang lebih tampan saat tersenyum seperti tadi. Aku suka saat kau tersenyum,” ucap Sue Ji sambil tersenyum riang dan ia berlari meninggalkan Key. Minho sudah menunggunya di gerbang.
            Key memegang dadanya. Merasakan ada sesuatu yang menggelitik di situ begitu Sue Ji mengatakan kalau ia suka saat Key tersenyum. Rasanya seperti.... “Ah, molla,” gumamnya.
            “Kalau kau suka saat aku tersenyum, lantas mengapa kau pergi? Kenapa kau menghampiri Minho? Tidakkah kau seharusnya membuatku agar terus tersenyum?” gumam Key. Ia merasakan sedikit sesak. Bukan sesak nafas. Melainkan sesak karena ada sedikit rasa cemburu yang menelusup ke dalam hatinya.

TBC

Sabtu, 18 Februari 2012

Happy Birthday to Me !

happy birthday to me ! :D
oh yeah,,,oh yeah... *joget bareng MBLAQ* #plak! #abaikan
mungkin ada yang bakal nganggep kalo yang ngepost ini kelewat narsis, bangga, gila, dan sebagainya.
bla
bla
bla
tapi di hari ini, tanggal 19 februari ini, i love this day. meskipun aku selisih setahun sama temen-temenku, ga ada perbedaan di antara kami. i love you my friends !
dan, doaku semalem pas mau tidur bener-bener dikabulin ! thanks ya Allah. I love You....
doa dari temen-temenku, adik-adikku tercinta dan terkasih. aku aminin semua..
thanks...
benar-benar bersyukur, seneng banget.
semoga doa temen-temenku jadi nyata. aku kepingin jadi anak yang berbakti, temennya tambah banyak, disayang sama semua orang, rajin belajar, hemat, dan ga rajin telat lagi. juga ... #ehem
hahaha

Jumat, 10 Februari 2012

What Love's Like - Part 6


Tittle                : What Love’s Like? – Part 6
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : Choi Minyoung, Choi Go Eun (OC), Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee,
Lee Taemin
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Akhirnya kelar juga part ini. Setelah 'menjemput' poster buatan Yuyu eonn, aku langsung publish. Gomawo eonn ^^ 
Dan poster untuk ff What Love's Like resmi diganti. Happy reading ! :D


Author POV
            Key berjalan menuju atap sekolah, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, kemudian menghembuskannya dengan kasar.
            “Dari sekian banyak sekolah kenapa harus sekolah ini? Apa tujuanmu kali ini, Go Eun?” omel Key sambil mengacak rambutnya dengan frustasi.

            ~Hey whisper is the lucifer~
            Onew hyung’s calling
            “Ada apa, hyung?” tanya Key to the point ketika mengangkat telpon dari Onew.
            “Kau di mana? Tadi aku melihat seseorang yang mirip dengan Go Eun. Apa jangan-jangan karena masih shock dengan kejadian kemarin?
            “Jangan lebay, hyung. Lagipula bukan hanya sekedar mirip. Yang kau lihat tadi memang Go Eun,”
            “Maksudmu apa, Key?
            “Ia pindah ke sekolah ini dan sekelas dengan Sue Ji,”
            “M-m-mwo? Don’t joke at me, Key !”
            “Aku tidak sedang dalam mood untuk bercanda, hyung. Aku sudah bertemu dengannya tadi,”
            “Jinja?”
            “Ne.”
            Terdengar suara decakan dari seberang telepon. Kemudian ditutup tanpa aba-aba. Seperti biasa, Onew selalu menutup telepon dengan tiba-tiba.

Key POV
            “Sudah kuduga kau di sini,” kata sebuah suara diikuti suara pintu ditutup. Langkah orang itu semakin dekat namun tak kuhiraukan karena aku sudah tau siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Onew hyung. Hanya dia yang tau kalau aku suka bersembunyi di sini ketika jam pelajaran berlangsung atau untuk sekedar menikmati hembusan angin yang cukup kencang dari atas sini.
            “Bocah ini.. Ya, Key ! Aku tau kau tidak tuli. Setidaknya kau menyapa sunbae-mu yang sampai kelelahan menaiki tangga menuju kemari untuk menyusulmu,” omel Onew hyung.
            Aku menengadahkan kepalaku, “Aku tak menyuruhmu menyusulku. Lagipula sejak kapan kau perlu sapaan basa-basi?”
            Mendengar jawabanku, ia hanya mendengus mengalah, lalu duduk di sebelahku.
            “Apa yang akan kau lakukan?” tanyanya dengan mata terpejam.
            “Molla,” jawabku pelan sambil menatap langit yang mulai tertutup oleh awan seluruhnya. Mendung.
            “Jawaban yang tak memuaskan. Setidaknya carilah jawaban, Key. Kata ‘molla’ bukanlah jawaban yang kuharapkan. Setidaknya seseorang punya rencana,” keluhnya.
            Rencana. Aku tak punya rencana apa-apa. Aku bahkan terlalu kalut untuk memikirkan sebuah rencana. Aku tak ingin berhubungan lagi dengannya. Aku bahkan tak ingin mengenalnya lagi.
            “Kau sadar? Nampaknya seseorang mulai memasuki kehidupanmu lagi, Key.” sambungnya lagi.
            Seseorang mulai memasuki kehidupanku? Apa maksudnya? Selama ini semenjak kepergian Go Eun aku tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Bagaimanapun aku mencoba, selalu saja kandas bahkan sebelum aku memulai dengan benar.
            “Nugu?” tanyaku penasaran.
            “Kau tak sadar? Ah.. rupanya Go Eun telah membuatmu kehilangan kepekaan. Kau tak punya teman perempuan kan? Bahkan Minyoung pun hanya seorang yeoja yang tak berhenti mendekatimu. Yeoja pertama yang kau dekati adalah Sue Ji,”
            “Mwo?!? Hahaha... kau pasti bercanda, hyung. Apanya yang kudekati? Kami bahkan tak saling kenal sebelumnya,” balasku mengejek pendapatnya. “Kau terlalu mencemaskanku. Lagipula apa salahnya memiliki seorang teman yeoja? Ia bahkan bukan benar-benar teman melainkan hanya ‘suruhan’-ku.”
            Ia termenung sejenak sambil menggigiti bibir bawahnya tanda sedang berpikir.
            “Oke. Aku mungkin tak bisa menjelaskan, tapi aku punya insting yang kuat, Key. Jangan sampai kau menyesal karena lagi-lagi tak mendengarkanku,” katanya dengan nada serius.
            “Cara bicaramu mulai terdengar seperti seorang dukun atau peramal. Berhentilah bersikap berlebihan, Hyung. Masa lalu tak baik untuk dibahas. Ini bukan sebuah remedial,” jawabku kesal.
            Hening. Kami sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi sepertinya Onew hyung tidak sedang memikirkan apapun. Bahkan nampaknya ia sudah mulai terdidur.
            “Mendung,” katanya tiba-tiba.
            “Eoh? Kukira kau tidur,”
            “Hampir. Tapi sepertinya hari sudah mendung. Aku tak mau kehujanan gara-gara tertidur di sini,” kemudian ia membuka mata dan mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, lalu berdiri dan berjalan hendak meninggalkanku.
            “Hyung !” panggilku, namun ia terus berjalan tanpa menghiraukanku. Alhasil, aku hanya bisa mendengus kesal.

Author POV
            Key berjalan lesu di koridor sekolah, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
            “Ya ! Kalau jalan li...” omelan orang yang ditabrak Key barusan terhenti seketika setelah melihat siapa orang yang telah menabraknya.
            “Mian,” ucap Key singkat kemudian ia berlalu meninggalkan orang tersebut.
            “Isanghae (aneh). Ia bahkan tak mengomel,” gumam orang tadi yang ternyata adalah Bae Sue Ji. Ia hendak mengejar Key, namun diurungkannya karena ia harus cepat-cepat ke kelas setelah dari toilet.
*
            Sekembalinya dari toilet Sue Ji tak henti-hentinya memikirkan sikap Key tadi. ‘Apa ia sedang ada amsalah?’ ‘Apakah karena kehadiran Go Eun?’ ‘Ia bahkan tak melihatku. Apa karena ia tidak tau tadi itu adalah aku makanya ia bersikap acuh?’ batin Sue Ji.
            Kebetulan Sue Ji duduk dekat dengan jendela. Ketika ia melihat ke arah lapangan, didapatinya Key sedang bermain basket dengan teman-temannya.
“Ia tidak mengikuti pelajaran?” gumam Sue Ji sambil menautkan kedua alisnya dan terus memperhatikan lapangan. Matanya mengikuti kemana pun Key bergerak.
“Sedang melihat siapa?” tanya seseorang.
“Itu,” sahut Sue Ji sambil menunjuk Key tanpa menoleh kepada si penanya.
“Bukankah ia Kim Kibum?” tanya orang tadi.
“Ne, ia adalah Kim Kibum yang menyebalkan,” sahut Sue Ji lagi sambil cemberut dan beralih dari jendela ke orang yang tadi menanyainya.
“Eomma !” pekik Sue Ji terlonjak kaget ketika mendapati Lee seonsaengnim tengah berpangku tangan sambil menatapnya dengan tatapan horor.
“Berdiri di luar sampai bel pulang berbunyi. Angkat sebelah kaki dan pegang kedua telingamu !” perintah Lee seonsaengnim tak tebantahkan.
Dengan wajah memelas dan langkah gontai ia menuruti perintah guru yang terkenal killer tersebut. Wajahnya memerah menahan malu ditertawakan oleh teman-teman sekelas.
Tak sampai di situ, tak lama kemudian Key dan teman-temannya kembali dari lapangan dan melewati Sue Ji. Key berhenti sejenak dan mengamati yeoja yang sedang menunduk menyembunyikan wajahnya tersebut.
“Huh. . .aku tau itu kau. Tak perlu bersembunyi,” goda Key. Entah mengapa mood-nya yang tadinya buruk hilang seketika. Ia jadi ingin menggoda Sue Ji, apalagi setelah tadi ia menyadari kalau Sue Ji memperhatikannya melalui jendela.
Sue Ji tetap bungkam. Sedangkan Key semakin gencar menggoda Sue Ji. Setelah mengintip melalui jendela dan mendapati Lee seonsaengnim, akhirnya Key tau kenapa Sue Ji disetrap. Ia sangat yakin dengan perkiraannya.
“Kau dihukum kenapa?”
Diam.
“Karena tidak mengerjakan PR?”
Diam.
            “Mengobrol ketika sedang belajar?”
            Diam.
            “Atau..... karena tertangkap basah sedang menatap ke luar jendela?”
            Kali ini Sue Ji merespon. Matanya terbelalak, tubuhnya menegang.
            “Wae? Apakah tebakanku barusan benar?” goda Key lagi. Meskipun dari ekspresinya nampak jelas kalau Sue Ji mulai salah tingkah, namun ia tetap bungkam.
            Melihat Key yang tertawa dengan suara pelan namun sangat puas, Sue Ji kesal. Ia pun menendang tulang kering Key.
            “Auwwww !!!” teriak Key kesakitan. Kontan Lee seonsaengnim yang sedang berada di dalam kelas akhirnya keluar dan mendapati Key yang tengah melompat-lompat dengan posisi kaki kiri diangkat dan terus mengaduh. Sedangkan Sue Ji menatapnya dengan wajah innocent.
            “Siswa Kim Kibum. Bukankah pelajaran sedang berlangsung? Apa yang sedang anda lakukan? Berdiri di situ, ikuti dia ! Saya akan melaporkan anda ke guru bersangkutan,” titah Lee seonsaengnim beserta bonus tatapannya yang menyeramkan membuat Key mengangguk khidmat.
            “Ya ! Semua ini gara-gara kau !” omel Key setengah berbisik.
            “Naega (aku)? Ya, kau yang duluan kan !” balas Sue Ji yang juga sambil berbisik.
            “Seandainya kau tak menendangku tadi, aku tak mungkin ikut dihukum bersamamu di sini,” dumal Key.
            “Kalau begitu biarkan saja. Lumayan aku jadi tidak dihukum sendiri,” sahut Sue Ji sewot.
            “Kau..” Key hendak protes, namun diurungkannya setelah mendengar deheman Lee seonsaengnim di mulut pintu kelas.
            Sue Ji dan Key melanjutkan hukuman mereka. Key sempat melihat Sue Ji terkikik ketika Lee seonsaengnim berdehem tadi.

            TENG.....TENG....

            Murid-murid berhamburan ke luar kelas. Awalnya Key hendak kabur, tapi nyalinya menciut seketika melihat Lee seonsaengnim telah berdiri di hadapannya. Ia hanya bisa nyengir pasrah dan kembali ke posisi sebelumnya.
            “Kalian berdua, ikut aku !” ajak Lee seonsaengnim ke ruang guru. Key dan Sue Ji menyeret langkah mereka dengan ogah-ogahan dan saling sikut.
            Setelah duduk, barulah Lee seonsaengnim bicara, “Apakah kalian adalah sepasang kekasih?”
            “Bu...” tolak Key dan Sue Ji bersamaan namun buru-buru dipotong oleh Lee seonsaengnim.
            “Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Setelah ini kalian harus membersihkan kelas – kelas Key dan kelas Sue Ji – kemudian jangan lupa bersihkan papan tulis,” potong Lee seonsaengnim.
            “Sendirian?” tanya Sue Ji buru-buru.
            “Tidak. Kalian harus bekerja bersama.”
Setelah mendengar kalimat terakhir Lee seonsaengnim, Sue Ji dan Key buru-buru ke kelas Sue Ji terlebih dahulu.
*
            “Ya !” panggil Sue Ji entah untuk keberapa kalinya.
            “Ya ! Ya ! Ya ! Keeeeeey !” akhirnya ia meneriaki Key. Orang yang diteriaki langsung terlonjak kaget dan melepas headset di telinganya kemudian menatap Sue Ji dengan garang.
            “Apa sih? Kau menganggu saja. Cepat selesaikan bersih-bersihnya, kelasku masih menunggu untuk kau bersihkan !”
            “Mwo? ‘Kau bersihkan’ ?!” tanya Sue Ji sinis.
            “Ne. KAU bersihkan. Kenapa? Kau berharap aku membantumu?” balas Key tak kalah sinis.
            “Tapi-“
            “Kau masih terikat perjanjian denganku. Masih untung aku menungguimu. Makanya cepat !” omel Key tak sabar. Lalu ia memasang kembali headsetnya.
            Sue Ji memberengut kesal sambil melanjutkan pekerjaannya. Dalam hati ia merutuki Key. Menyesali mengapa ia harus memperhatikan Key melalui jendela dan menyebabkan ia dihukum.
            Akhirnya setelah menyelesaikan hukuman di kelas Sue Ji, mereka beralih ke kelas Key. Sama seperti sebelumnya, Sue Ji melakukannya sendiri sementara Key hanya duduk sambil mendengarkan musik melalui headsetnya.
            Setelah semua selesai, mereka berdua berjalan di koridor dan mendapati sekolah telah sepi. Bahkan di parkiran pun hanya tersisa beberapa kendaraan saja termasuk kendaraan Key. Ternyata hari sudah senja.
            Sue Ji meyapu pandangannya ke area parkiran mobil, namun anehnya tak ada mobil yang dicarinya. Ketika ia menengok ke sebelah pun ia sudah tak mendapati Key.
            Bruuuuuum...bruuuuum.........
            Deru motor yang semakin mendekat nyaris menabrak Sue Ji dan membuat napasnya tercekat. Setelah si pengendara membuka helmnya barulah Sue Ji mampu bernapas dan bersiap-siap untuk melancarkan omelan panjang lebar kalau saja si pengendara motor tak menyuruhnya untuk naik.
            “Naik?” tanya Sue Ji setelah mendapat isyarat untuk naik. Ia sempat melirik ke jok belakang dan mendapati posisi jok tersebut agak menukik.
            “Tidak mau? Ya sudah..”
            “E-e-eeeh... tunggu !” tahan Sue Ji sambil duduk di belakang Key. Yap ! Pengendara motor tersebut adalah Key. Pantas saja Sue Ji tak menemukan mobil Key di parkiran.
            Key melajukan motor sportnya dengan ngebut. Sue Ji refleks memeluk pinggang namja itu dengan erat, membuatnya terkejut untuk sepersekian detik sebelum menarik gas lebih kencang lagi.
            “Apakah aku tertarik padamu?” gumam Key yang tak terdengar oleh Sue Ji.
            Tiba-tiba turun hujan deras mengguyur Key dan Sue Ji yang sedang naik motor. Terpaksa Key menghentikan motornya untuk berteduh.
            “Seharusnya aku tadi menonton prakiraan cuaca dulu,” sesal Key.
            Tubuh mereka basah kuyup. Untungnya Key memakai jaket kulit sehingga seragamnya tak begitu basah. Lain halnya dengan Sue Ji yang kemejanya hanya dilapisi oleh blazer. Ia terus merapatkan blazernya meskipun basah.
            “Buka blazermu,” titah Key.
            Sue Ji menatap Key bingung. Tapi ia tetap menuruti Key dengan membuka blazernya. Terlihatlah warna tank top Sue Ji yang berwarna pink kontras dengan warna kemejanya yang kini menjadi transparan akibat basah. Dengan cepat Key menyampirkan jaket kulitnya menutupi tubuh bagian atas Sue Ji.
            Masih dengan ekspresi datar. Entah dari mana datangnya dorongan untuk melakukan suatu kebaikan, Key menarik tangan Sue Ji memasuki coffe shop yang ternyata sedari tadi menjadi tempat mereka berteduh.
            Setelah sempat ragu, Sue Ji menyeruput coklat panas yang dipesankan Key.
            “Key,” panggil Sue Ji pelan.
            “Apa?” sahut Key.
            “Apakah kau kerasukan hantu sekolah?”
            Yang ditanya langsung tersedak.
            “Kerasukan? Hantu? Wae? Apakah wajah tampanku berubah menyeramkan?” tanya Key bingung.
            “Ah...ternyata kau tidak kerasukan. Habis tidak biasanya kau baik,” gumam Sue Ji.
            “Ya ! Aku dapat mendengarmu. Memang salah kalau aku berbuat baik? Kau tak mau? Oke.. kembalikan jaketku, bayar sendiri minumanmu, pulang sendiri,” kata Key sambil menadahkan tangannya kemudian hendak berdiri meninggalkan Sue Ji. Raut wajahnya agak kesal.
            “Eh, eh, eh ! Aku kan hanya bercanda, Key. Jangan begitu dong. Aku mau kok menerima kebaikanmu. Kekeke...” canda Sue Ji sambil nyengir kuda.
            Key kembali duduk. Sebenarnya ia hanya berpura-pura kesal. Jangankan Sue Ji, ia pun bingung apa yang menuntunnya untuk tiba-tiba berbuat baik? Tapi apakah selama ini Key tidak baik alias ia orang jahat? Tentu saja bukan. Tapi ia juga bukan tipe orang yang akan meminjamkan jaketnya dan membiarkan dirinya kedinginan karena hanya dibalut kemeja seragam, kemudian bahkan mentraktir segelas coklat hangat. Bagaimanapun, dalam hatinya, Key hanya menganggap ia sedang ingin berbuat sedikit kebaikan. Siapa tau dapat pahala.
            Akhirnya mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Sue Ji ingat sesuatu yang sempat membuatnya penasaran.
            “Anu, Key. Tadi ketika bertabrakan denganku, kenapa kau terlihat murung? Tapi sekarang kau sudah biasa lagi,” tanya Sue Ji.
            “Tadi? Bertabrakan? Kapan?” tanya Key balik.
            “Tepat sebelum aku dihukum,”
            Key nampak mengingat-ingat. “Oooo... maksudmu di ketika di koridor?”
            Sue Ji mengangguk.
            “Memangnya kenapa kalau aku murung? Apa kau mulai khawatir padaku?” tanya Key penuh selidik.
            “Khawatir? Anggap saja tadi aku tak bertanya,” kata Sue Ji sewot.
            “Apa kini kau mulai tertarik padaku?” goda Key.
            “Huh? Jangan melucu, Key. Semenjak aku terikat perjanjian denganmu aku sudah bertekad untuk tidak suka padamu lagi. Kau menyeramkan,” papar Sue Ji. Key terkejut mendengarnya. Ia terlihat kecewa.
            “Baru kali ini ada yang meremehkan kharismaku,” ujar Key kecewa. ‘Tidak, kau adalah orang kedua,’ lanjutnya dalam hati.
            “Karena aku akhirnya tau wajah belum tentu menampilkan tabiat asli seseorang,” balas Sue Ji dengan tampang innocent.
            “Memang kau tau seperti apa aku?” tanya Key.
            “Aku tau,”
            “Kau tidak tau,”
            “Ya, aku tau,”
            “Tidak,”
            “Aku ta..”
            “Hentikan ! Berhenti menilaiku ! Kau baru 4 hari denganku hanya terikat sebuah perjanjian konyol, dan kau bersikap seolah-olah kau telah mengenalku dengan baik? Kau mengatakan kalau aku adalah orang yang buruk? Seburuk apa? Kau kira mengapa aku menjadi seperti ini? Karena siapa? Kau malah kini berteman dengan wanita busuk itu !” emosi Key memuncak. Entah kenapa ia sangat tidak suka diremehkan seperti tadi, walau hanya bercanda.
            “Key, aku...aku..aku... hanya bercanda. Maafkan aku,” mohon Sue Ji takut-takut. Ia merasa sangat bersalah, “Sungguh, aku tak bermak..”
            “Hentikan. Aku ingin pulang,” putus Key sambil mengeluarkan uang dari dompetnya. “Untuk minuman dan ongkos pulangmu,” ia memejamkan mata. “Maaf tadi aku agak kasar,” lalu ia pergi begitu saja.
Tanpa sadar Sue Ji menangis. Tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa melihat caller ID ia segera mengangkatnya.
“Yeoboseyo?” sapanya sambil sedikit terisak.
“Kau di mana? Kami belum makan malam,” ujar suara di seberang. Rupanya Minho. Refleks Sue Ji melihat jam tangannya, sedikit terkejut karena sebentar lagi tiba waktu makan malam.
“Iya, aku akan segera ke sana,” lalu ia menutup telepon.
Minho sebenarnya menyadari kalau Sue Ji sedang terisak, namun tak berani menanyakan penyebabnya. Ia merasa itu bukan urusannya. Ia melanjutkan main game melawan Junho sambil menuggu kedatangan Sue Ji. Namun konsentrasinya terganggu. Ia tak sabar menantikan kedatangan Sue Ji, memastikan apakah ia benar-benar sedang menangis. Tapi ia akan terlalu gengsi untuk bertanya. Maka dari itu ia berniat menghibur Sue Ji. Ia yakin kalau Sue Ji sedang menangis karena sedih. Terdengar dari nada bicaranya yang murung.
Minho kembali memperhatikan layar yang menunjukkan kalau ia nyaris kalah dari Junho. Tapi bukan Minho namanya kalau ia bisa dikalahkan dengan mudah. Ia kembali menang dan Junho pada akhirnya tetap kalah.
“Minho-ya..kau tidak pernah mengalah padaku. Setidaknya berikan aku kehebatanmu itu,” protes Junho. Padahal ia nyaris menang tadi kalau saja Minho tak tersadar dari lamunannya.
Bel berbunyi. Minho langsung bangkit dari duduknya dan berlari untuk membukakan pintu. Sesuai dugaan, Sue Ji baru saja tiba. Minho memperhatikan wajahnya lekat-lekat. Sue Ji heran dengan sikap Minho, “Kau kenapa?” tanyanya bingung. Minho jadi salah tingkah, ia merasa seperti orang bodoh. akhirnya ia mempersilakan Sue Ji untuk masuk.

Sue Ji POV
            Untung saja eomma kini sudah memiliki pegawai untuk menggantikannya menjaga toko sehingga aku tak lagi harus menjaga toko setiap malam. Selain itu, kini aku beralih profesi menjadi seorang pembantu. Sungguh naas. Namun kenyatannya memang sudah begitu. Aku memang tak benar-benar menjadi seorang pembantu. Tapi lihat saja apa yang kukerjakan. Memasakkan makan malam, dan menjadi seorang suruhan tanpa bayaran. Kini aku menyadari kebodohanku. Namun tanggung jawab tetap harus dijalani. Walau bagaimanapun, aku sudah berjanji. Meskipun Key selalu marah-marah padaku, aku hanya harus bertahan selama tiga hari lagi. Ya, tiga hari lagi.
            Masih terngiang kata-kata Key tadi. Key memang sering marah-marah, tapi tak seseram tadi. Akhirnya kusadari kalau Key menjadi seperti itu karena seseorang. Dengan sangat yakin aku berpikir kalau ‘wanita busuk’ yang dia maksud adalah Go Eun. Ya ampun, sebenci itukah kau pada Go Eun, Key?
*
            Makan malam sudah tersaji di meja makan. Namun sedari tsdi aku tak melihat Taemin. Di mana dia?
            “Mana Taemin?” tanyaku.
            “Dia sedang ke...”
            “Aku pulang !” teriak Taemin dari pintu apartemen, memotong Junho yang tadi hendak menjawabku.
            “Waaah... nampaknya lezat. Aku lapaaaar....” seru Taemin setelah tiba di ruang makan. Tiba-tiba saja ia sudah duduk dan hendak mengambil sumpit, namun Minho memukul tangannya menggunakan sumpit, menatapnya galak.
            “Setidaknya kau cuci tangan dulu, jorok !” omelnya. Baru kali ini aku melihatnya mengomel. Ternyata ia tak sedingin penampilannya. Bukankah sudah kukatakan kalau wajah tak bisa menunjukkan tabiat asli seseorang?
            Setelah makan aku hendak langsung pulang, tapi sempat ditahan Minho. “Kau pulang sendirian? Tak baik wanita berada sendirian di jalan pada malam hari. Ayo kuantar !” ajak Minho. Aku teringat pada Key dan baru sadar kalau aku masih mengenakan jaketnya. Ia pasti kedinginan dan basah mengendarai motor tanpa memakai jaket, tadi kan masih gerimis ketika ia pergi.
            “Ayo !” seru Minho sembari menarik tanganku. Awalnya aku terkejut, kemudian mengkuti langkahnya.
            Kami berjalan kaki karena jarak apartemennya tak terlalu jauh namun juga tak terlalu dekat dengan rumahku. Sepanjang jalan kami hanya saling membisu.
            “Hey,” panggilnya. Aku menengok.
            “Kudengar Go Eun sekelas denganmu, apa itu benar?” tanyanya.
            “Iya. Dia duduk di belakangku. Ia cukup ramah dan baik,” tukasku.
            Minho tersenyum mengejek, “Kesan pertama, tentu saja,” ujarnya sinis. Aku menatapnya bingung, tak mengerti apa maksud ucapannya. Kesan pertama?

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...