Senin, 23 April 2012

What Love's Like - Part 11


?Tittle                : What Love’s Like? – Part 11
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15

Annyeong..... lagi-lagi telat, lagi-lagi ngaret. Padahal udah janji mau publish malem senin. Mianhae chingu..
Happy reading ^^



Author POV
            Key berjalan menuju kelas Sue Ji. Begitu ia sudah nyaris mencapai pintu kelas, ia berpapasan dengan Nana yang sedang uring-uringan seorang diri di depan kelas. Namun Key yang tak terlalu mengenal Nana hanya berlalu dan menjulurkan kepalanya ke dalam kelas yang ternyata sudah sepi tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Nana.
            “Ini kelasmu?” tanya Key. Nana mengangguk.
            Key berdehem kecil. Ragu-ragu untuk bertanya.
            “Kau mencari Sue Ji?” tanya Nana cepat. Kini gantian Key yang mengangguk.
            Ekspresi Nana semakin cemas. “Kami berjanji akan pulang bersama. Dia bilang dia akan pergi ke toilet dulu sebentar. Tapi sedari tadi ia tak kunjung kembali.”
            “Kau tidak menyusulnya?” tanya Key. Ia mencoba untuk tidak khawatir. Dalam pikirannya, mungkin saja Sue Ji sakit perut sehingga ia agak lama.
            “Tadi aku piket dulu.”
***

“Baru saja dua hari berturut-turut kau menggoda Minho. Sekarang Key juga kau rayu?” ujarnya dengan nada meremehkan.
            Nicole. Gadis yang sedari tadi bicara itu, memutar kepala Sue Ji ke arah cermin.
            “Lihatlah wajah jelek ini ! Bagaimana kau bisa merayu mereka?” omelnya dengan nada meremehkan sambil terus memegangi dan mengguncang-guncang kepala Sue Ji. Empat gadis lainnya ikut tertawa meremehkan.
            Sue Ji tak menyahut apapun sedari tadi. Bulir-bulir air mata mulai mengalir di wajahnya. Sekuat tenaga ia menahan aliran itu agar tidak semakin deras.
***

            Key mencoba menghubungi ponsel Sue Ji. Namun ketika nada sambung mulai berbunyi, terdengar suara ponsel dari dalam tas Sue Ji yang sedang berada di tangan Nana.
***

            PLAK !
            Lagi-lagi tamparan mendarat di pipinya yang satu lagi.
            Panas. Wajahnya makin memerah. Ia meremas kuat ujung rok seragamnya hingga buku-buku jarinya mulai memutih. Seperti inikah rasanya dibully?
            Ikat rambutnya ditarik paksa hingga lepas. Rambutnya diacak-acak. Tubuhnya didorong-dorong.
            BYURRR !
            Air kembali membasahi tubuhnya. Ia mulai menggigil.
            Tak kuat lagi menahan tangis, ia menangis sejadinya. Gadis-gadis yang masih dalam keadaan mengelilinginya semakin melancarkan unek-unek mereka. Sue Ji sudah tak mampu lagi menampung ocehan demi ocehan yang terus menyerang pendengarannya.
***

            Nicole dan beserta anak buahnya berjalan meninggalkan toilet dengan wajah puas. Sue Ji mereka kunci di salah satu bilik toilet tersebut.
            Di jalan, mereka berpapasan dengan Key dan Nana yang sedang menuju toilet dengan wajah cemas.
            Mereka tak mempedulikan hal itu dan terus melangkahkan kaki mereka. Nicole memisahkan diri dan menuju ke tempat yang agak sepi untuk menghubungi seseorang.
            “Bagaimana?” tanya sebuah suara di seberang telepon.
            “Lancar. Kami baru saja mengurungnya di toilet. Nampaknya ia sangat ketakutan tadi,” jawab Nicole.
            “Good job. Periksa lokermu. Dan jangan lupa untuk tutup mulut mengenai kejadian ini. Terutama mengenai siapa yang menyuruhmu melakukannya.”
            “Baiklah. Jangan sungkan kalau kau memerlukanku lagi,” ujar Nicole sambil tersenyum puas.
            Setelah memutus sambungan, Nicole berjalan menuju lokernya yang sengaja tak ia kunci. Begitu ia membukanya, terdapat sebuah amplop yang setelah diperiksa isinya adalah uang sesuai dengan nominal yang telah dijanjikan oleh si penelpon tadi.
***

            Nana tak menemukan Sue Ji di toilet. Namun salah satu toilet yang berada di ujung menarik perhatiannya. Toilet yang kenop pintunya diganjal oleh sebatang sapu.
            “Sue Ji?” panggil Nana.
            Agak tidak yakin, Nana seperti mendengar erangan kecil dari dalam bilik toilet tersebut.
            “Sue Ji, kau di dalam?” panggilnya lagi. Ia memindahkan sapu tersebut dan membuka pintu toilet. Didapatinya Sue Ji tengah terduduk lemas di atas kloset dengan tubuh basah kuyup.
            “Astaga !” pekik Nana. Ia segera keluar menghampiri Key yang tengah menunggu di depan toilet wanita.
            “Key !” panggil Nana. Tubuh gadis itu bergetar. Matanya mulai mengeluarkan air mata. “Key !” panggilnya lagi.
            Key bingung dan menjadi cemas melihat Nana yang begitu gemetaran memanggilnya. Firasatnya menjadi tidak enak. “Kenapa?”
            Nana menarik-narik seragam Key. “Tolong Sue Ji. Palli ! Palli, Key !”
            Key sebenarnya enggan memasuki toilet wanita. Namun begitu mendengar nama Sue Ji ia segera masuk dan mendapati Sue Ji dalam keadaan yang memprihatinkan. Tanpa buang waktu lagi ia segera membopong Sue Ji.
            Saking paniknya Key bahkan bukannya menuju UKS, melainkan menuju mobilnya. Nana yang juga dalam keadaan panik, sama-sama tak ingat dan ikut masuk ke dalam mobil Key.
            Barulah setelah mereka memasang sabuk pengaman dan Key mulai menyalakan mobil, Nana bertanya, “Kita mau ke mana?”
            Key baru ingat kalau ia seharusnya membawa Sue Ji ke UKS. Tapi karena mereka sudah terlanjur di jalan, ia memutuskan untuk menjawab, “Ke rumahku.”
            Key melihat Sue Ji yang tengah menyandarkan kepalanya di pundak Nana. Wajah gadis itu pucat sekali. Nampak kedua pipinya merah seperti bekas ditampar. Tubuh gadis itu menggigil. Key segera melepas blazer sekolahnya dan memberikannya pada Nana.
            “Pakaikan ini padanya. Ia kedinginan,” titahnya. Setelah itu ia menyalakan penghangat mobil.
***

            Sue Ji saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen Key sembari menyesap segelas cokelat hangat. Sedangkan di sebelahnya Key sedang menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di pikirannya sehingga tak menyadari tatapan heran Sue Ji yang mengira kalau ia gemar menonton melodrama.
            Sue Ji mulai mengantuk karena tak kunjung mengerti apa yang sedang mereka tonton. Apalagi ia belum pernah menonton drama tersebut. Ia hanya tau judulnya saja karena eomma-nya sering menonton drama itu.
            “Key, bisa ganti acara TV-nya tidak? Aku kurang mengerti jalan cerita dramanya,” pinta Sue Ji. Key yang sejak awal memang tak menyadari apa yang sedang mereka tonton refleks menoleh, “Aku juga tidak mengerti. Kukira kau menikmati acaranya. Harusnya bilang dari tadi.”
            Key melihat ke arah TV, ia sempat mendegus menertawakan diri sendiri. ‘Melodrama, huh? Sejak kapan aku menonton tayangan seperti ini?’ pikirnya. Segera ia memindahkan channel melalui remote, namun ia sendiri sebenarnya bingung apa yang akan ditontonnya. Pikirannya terlalu sibuk mengurusi rasa penasaran yang terus mengusiknya sedari tadi.
            “Kau saja yang cari !” titah Key sambil menaruh remote di meja. Ia kemudian bangkit dan menuju pantry untuk mengisi gelasnya yang sudah kosong.
            Sue Ji melanjutkan menonton TV. Ia merasa agak canggung karena Key sama sekali tak bersikap ketus. Namja itu bahkan sudah menolongnya.
            Oh iya, berbicara soal tolong-menolong, apakah Key tau kalau Nicole lah yang telah menyiksa Sue Ji? Sue Ji sendiri masih belum tau pasti apakah Key sudah tau atau belum. Pasalnya Key sama sekali tidak–̶ lebih tepatnya belum–̶ menyinggung mengenai penyebab bagaimana Sue Ji bisa ditemukan dalam keadaan menggenaskan seperti tadi.
            Merasa bosan, Sue Ji akhirnya mematikan TV. Ia hanya duduk tanpa melakukan apapun. Beginikah rasanya jadi temannya Key? Ia memang pernah datang ke tempat ini, tapi bukan untuk duduk santai seperti ini, melainkan untuk menggantikan pembantunya Key.
            Key datang dan duduk di sebelah Sue Ji. Ia memutar tubuh dan menatap wajah yeoja di hadapannya. Sue Ji jadi merasa agak risih diperhatikan seperti ini. Ia menunduk.
            Tanpa diduga, Key justru mengangkat dagu Sue Ji. Menggerakkan kepala gadis itu ke kanan dan kekiri secara perlahan hingga ia dapat melihat dengan jelas lebam di wajah cantik itu.
            Key mendesah pelan. Kemudian beranjak lagi dari sofa, ia kembali dengan membawa kotak P3K.
            Dengan telaten Key mulai mengobati luka-luka di wajah Sue Ji. Meskipun perasaannya berdebar keras saat ini, apalagi saat menyentuh kulit wajah yeoja itu, seperti tersengat aliran listrik. Ada apa ini? Apakah kini dirinya adalah seorang superhero dengan kekuatan listrik?
            Rupanya bukan hanya Key yang merasa seperti itu. Sue Ji juga merasakan hal yang sama. Namun ia memilih untuk bungkam.
            Masih berkutat dengan plester dan salep, Key mencoba mengontrol detak jantungnya agar kembali normal. Ia mulai memasang plester di wajah Sue Ji. Secara otomatis jarak di antara wajah mereka terpangkas, kini hanya terpaut beberapa senti saja.
            Pandangan Key yang tadinya fokus ke luka di waha Sue Ji akhirnya buyar, tanpa disadarinya kini ia sudah beradu pandang dengan Sue Ji. Sekilas dipandangnya bibir yeoja itu. Glek ! Ia menelan ludah.
            Jarak antara wajah mereka semakin pendek, Key bahkan mampu merasakan napas Sue Ji yang tak karuan.
            Cup
                A kiss. Bukan sebuah kecupan di pipi seperti saat di mobil. Bibir Key menyapu lembut bibir Sue Ji. Yeoja itu tak melawan, bergeming di tempatnya sambil menahan napas. Key memejamkan matanya sementara bibir mereka saling bertaut. Tidak sebentar dan belum lama, namun bibir mereka hanya salinng menempel.

Key POV
            “Dari tadi kau tidak de– Astaga !” pekik seseorang. Refleks aku dan Sue Ji langsung mundur. Melihat siapa yang datang, aku nyaris mengumpat dalam hati kalau bukan karena menyadari bahwa Onew hyung lah orang yang telah mengganggu momen indahku saat ini.
            “Ups ! Mianhae, Key,” katanya sambil tersenyum bersalah. Bersyukurlah hyung karena aku memaafkanmu.
            Sue Ji terus-terusan menundukkan kepalanya sejak kedatangan Onew. Sebenarnya bukan hanya dirinya yang sedang malu saat ini. Hanya saja karena yang memergoki kami adalah Onew mau bagaimana lagi?
            Kami bertiga duduk di sofa, menonton TV. Sebenarnya menonton TV hanya alibi saja. Aku dan Sue Ji sedari tadi terus membisu, sedangkan Onew sibuk melahap ayam goreng yang dibawanya.
            “Sebaiknya aku segera pulang,” ujar Sue Ji. Yaah... ia jadi pergi kan.
            “Aku akan mengantarmu,” tawarku. Setidaknya aku harus berbicara berdua dengannya setelah kejadian barusan. Dengan kecepatan kilat kuambil kunci mobilku.
            “Err... Key, di mana bajuku?”
            “Uhuk !”
            Aku baru ingat kalau Sue Ji masih memakai pakaianku dan Onew hyung baru sadar sekaligus shock. Kuyakin ia memikirkan yang tidak-tidak dan sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan segera menyerangku sepulang mengantar Sue Ji nanti.
            Sambil menunggu Sue Ji berganti pakaian, aku duduk menemani Onew hyung.
            “Kau berhutang banyak penjelasan padaku, nak,” ujar Onew hyung dengan senyum jahil.
            “Kau kurang update sih, hyung,” balasku meledek.
            “Huh?”
            Sue Ji sudah selesai berganti pakaian. “Kajja !” ajakku sambil memainkan kunci mobil. Meninggalkan Onew hyung yang melanjutkan makannya.
***
            Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan di bawah kategori sedang. Nyaris lambat. Tujuannya adalah untuk mengulur waktu. Namun sayangnya yang hadir justru keheningan. Baik aku maupun Sue Ji tak bersuara sedikitpun. Malah gadis itu sedari tadi terus menunduk, kalau tidak ia akan menatap ke luar jendela. Yang jelas ia sedang berusaha untuk tidak melihatku.
            Apa ia marah? Aku tak tau pasti. Aku khawatir ia akan benci padaku karena bertindak tiba-tiba seperti tadi. Kuyakin ia pasti kaget tadi.
            “Aku–“
            “Aku–“
            Ah ! Kenapa harus berbarengan?!
            “Kau dulu,” pintanya. Ya sudah, tak apa lah aku dulu yang bicara. Setidaknya jika ia berniat untuk memarahiku pun aku sudah minta maaf dulu.
            “Mianhae,” ujarku pelan.
            “Maaf untuk apa?” tanyanya. Ia akhirnya menatapku. Sayangnya mataku sedang fokus ke jalanan sehingga tak bisa ikut menatapnya.
            “Untuk yang tadi,” jawabku.
            “Oh, itu.” Ia menyentuh bibirnya. Aku memperhatikan dari cermin. Bibir. Fantasiku memutar kembali kejadian beberapa saat yang lalu. Bibir itu.
            Glek !
Aku menelan ludah. Haduh Key.... jernihkan pikiranmu !
            “Aish !” umpatku tak tahan. Akhirnya aku aku cepat-cepat bertanya agar ia menarik tangan dari bibirnya. “Bagaimana denganmu? Apa yang hendak kau katakan?”
            “Hmm... Aku hanya ingin mengatakan kalau aku tidak apa-apa. Mungkin kau sedang banyak pikiran sehingga refleks melakukan hal tak terduga. Aku... tidak apa-apa.” ujarnya nyaris mencicit.
            Shit ! Bukan itu yang ingin kudengar. Seandainya ia tau kalau aku melakukannya dalam keadaan sepenuhnya sadar. Aku tidak sedang mabuk atau banyak pikiran.

Sue Ji POV
            Benar. Aku meyakinkan diriku bahwa kejadian tadi bukanlah disengaja melainkan hanyalah sebuah kecelakaan.
            Bukannya aku merasa terlalu percaya diri, bukannya aku tak menyukainya, hanya saja ada sesuatu yang mengganjal hatiku.
            Masih terngiang di telingaku percakapan yang sempat kucuri dengar waktu lalu. ‘Kita dijodohkan, Key. Kau lupa itu?’. Aku jelas sudah tau walau ia tak menyadari itu. Aku tau kalau ia sudah bertunangan. Choi Go Eun. Bukankah ia pernah menginginkan yeoja itu? Bukankah mereka pantas bersama?
            “Ada yang ingin kukatakan,” katanya.
            “Sudah sampai,” potongku. Apapun yang akan dikatakannya saat ini, lebih baik aku tidak dengar dulu. Aku segera keluar dari mobil. “Gomawo.”
            “Bae Sue Ji, aku menyukaimu,” gumamnya sambil menatapku sayu tepat di saat aku menutup pintu mobil. Aku pura-pura tak mendengarnya. Kuharap aku salah dengar.

Kibum POV
            Aku menatap punggungnya yang mulai memasuki rumah. apakah ia mendengar pengakuanku tadi? Dapatkah ia mendengarnya? Bae Sue Ji, jebal...
            Setelah yakin ia masuk ke rumahnya, kunyalakan kembali mesin mobil dan pulang.
           
Author POV
            “Kau berutang banyak penjelasan padaku,” Onew mengulang ucapannya saat mendengar suara Key di pintu.
            “Kau sudah melihatnya, hyung,” sahut Key lesu.
            “Kenapa kau? Tadi masih bersemangat, sekarang malah kebalikannya. Kau... ditolak?”
            “Tidak. Tapi, ia bahkan belum mendengarnya.”
            “Lagipula bukankah katamu kau dijodohkan dengan Go Eun?”
            “Tapi aku bahlan tak tertarik padanya.”
            “Kau tertarik atau tidak, kau suka atau tidak, status itu masih melekat padamu. Cepat atau lambat Sue Ji akan tau. Bagaimana jika Go Eun tau kalau Sue Ji-lah yang kau sukai? Kau tau sendiri ambisi yeoja itu terlampau besar. Sebaiknya kau selesaikan dulu masalah perjodohan, baru kau dekati Sue Ji,” saran Onew.
            Key mencerna kata-kata Onew. Ada benarnya juga. Lebih baik menyelesaikan masalah yang ada dulu daripada menempatkan Sue Ji dalam posisi sulit nantinya.
***

Keesokan harinya...
            Key sudah memarkir rapi mobilnya di depan rumah Sue Ji. Melihat yeoja itu keluar dari rumahnya, Key menurunkan kaca jendela mobil.
            “Ayo naik !” ajaknya.
            Sue Ji bingung. Key menjemputnya? Ada hal aneh apa lagi ini? Ia hanya menatap Key heran.
            “Ayo, kau tak mau kesiangan kan?” tawar Key lagi.
            Sue Ji masih bergeming. Ragu antara ingin masuk atau tidak.  Tapi, ia merasa tidak enak karena Key sudah di depan rumahnya. Akhirnya ia mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
            “Lama sekali berpikirnya,” sindir Key sambil menjalankan mobil.
            “Aku takut pada penggemar-penggemarmu,” ungkap Sue Ji jujur. Key agak meringis mendengarnya. Sempat terlintas di pikirannya bagaimana jika mereka benar-benar pacaran.
            Key mencuri pandang ke arah Sue Ji. Masih terlihat plester melapisi bekas lukanya kemarin. Oh iya, Key lupa menanyakan hal itu.
            “Ngomong-ngomong, siapa yang melakukan itu padamu?” tanya Key membuka percakapan.
            Sue Ji menarik napas dalam-dalam. Haruskah ia mengatakannya? Haruskah ia memberitahu kalau ini semua adalah karena skandal mereka berdua?
            “Kenapa kau ingin tau?”
            “Tentu saja. Kita teman. Masa iya aku harus diam begitu saja mengetahu temanku diperlakukan kasar seperti itu? Teman macam apa aku ini?” sahut Key dengan nada sedikit lebih tinggi.
            “Apa yang akan kau lakukan kalau kau tau siapa pelakunya?”
            “Aku? Aku bisa saja membalasnya untukmu kalau kau mau.”
            “Kalau aku tak mau?”
            “Mengapa kau terus-terusan mengulur pertanyaan? Kau tinggal sebut saja namanya.”
            “Jawab dulu pertanyaanku.”
            “Baiklah. Aku hanya ingin tau,” ujar Key mengalah.
            “Nicole dan teman-temannya.”
            “Nicole? Nicole Jung?”
            “Hmm.. Sepertinya begitu. Memang kenapa?”
            “Ah, tidak.”
            Mereka tiba di sekolah. Kali ini nampaknya para murid sudah bosan menggosipkan Sue Ji berangkat dengan siapa. Tapi mungkin akan ramai lagi kalau Sue Ji ‘ganti jemputan’ dengan namja keren lain. Nama Bae Sue Ji kini telah melejit ke seantero sekolah. Ia sudah terkenal berkat skandalnya dengan Minho dan Key.
            Sue Ji dan Key turun bersamaan. Mata orang-orang di sekitar parkiran menuju ke arah mereka. Tatapan kagum menuju ke arah Key, tatapan aneh menuju ke arah Sue Ji. Tatapan-tatapan itu kian melebar tatkala Key menarik tangan Sue Ji.
            “Ayo, jangan terlalu santai, kita bisa terlambat ke kelas !”  Key menarik tangan Sue Ji sambil setengah berlari.
***

            Key diam tak memperhatikan selama pelajaran. Pikirannya menuju ke jawaban Sue Ji tadi saat di mobil. Nicole. Nama itu sedikit familiar. Ia terus menutar ingatan di mana ia pernah melihat atau mengenal seseorang bernama Nicole.
            Ia teringat Onew. Ya. Onew memiliki ingatan yang bagus. Orang itu mungkin tau siapa Nicole. Tanpa buang waktu lagi ia segera mengirim sebuah pesan pada Onew.
       To        : Lee Jinki
       Hyung, kau kenal seseorang bernama Nicole?
           
* 1 Received Message
       From    : Lee Jinki
       Sepertinya pernah dengar. Beri aku waktu untuk mengingat.
           
            Key kembali fokus pada pelajaran. Ia tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Ia melirik jam dinding. Dua menit lagi bel.
***
            Onew menghampiri Key di kelasnya dengan wajah berbinar. Menemukan hal yang sedang kau usahakan untuk ingat mungkin bisa membuat ekspresi wajahmu sama dengan ekspresi yang ditunjukkan Onew saat ini.
            “Aku ingat !”
            Key yang memang sudah penasaran langsung antusias. “Kau ingat?”
            Onew membusungkan dada dengan jumawa. “Tentu saja aku ingat. Tanyakan segala hal padaku dan aku pasti tau.”
            “Hentikan dulu pamernya. Yang penting kau katakan dulu padaku siapa itu Nicole,” pinta Key tak sabar.
            “Kuyakin kau akan terkejut mendengarnya. Dia adalah sepupunya Choi Go Eun.”
            “MWO??” darah Key langsung naik ke ubun-ubun. Apa yang dipikirkannya saat ini sudah jelas. Ia yakin Go Eun lah biang di balik semua ini. Onew yang menyadari hal itu langsung berusaha menenangkan Key.
            “Memang ada apa, Key?”
            “Dia yang mencelakai Sue Ji kemarin,” jawab Key dengan wajah merah padam. Rahangnya mengeras.
            Onew lagi-lagi paham mengenai apa yang ada dalam pikiran Key sekarang.
            “Jangan terbawa emosi, Key. Semakin kau menentang Go Eun, yang akan dia serang bukan kau. Apalagi ia akan sadar kalau kau begitu melindungi Bae Sue Ji. Apa yang akan dilakukannya? Ia akan menyadari bahwa Sue Ji lah titik lemahmu.” Onew lagi-lagi menasihati.
            Key berusaha menenangkan diri. Go Eun lagi, Go Eun lagi, Go Eun lagi. Yeoja itu terus-terusan mengganggu kehidupannya. Key benar-benar menginginkannya untuk segera enyah.
            “Oh iya, Sue Ji tak membawakan kita bekal lagi?” tanya Onew.
            “ ’Kita’ ? Dia hanya membawa untukku, hyung.” kata Key bangga. Ia memang sedari-tadi terus-terusan mengamati pintu kelas, siapa tau Sue Ji akan datang. Namun sampai bel masuk berbunyi pun yeoja itu tak kunjung muncul batang hidungnya.
            “Pergilah, hyung. Sudah masuk,” usir Key.
            “Ah... kau tega sekali mengusirku. Ya sudah lah. Aku kembali ke kelas,” protes Onew, namun pada akhirnya ia memilih untuk pasrah saja.
***

Sepulang sekolah...
            Usai membereskan tasnya, Key berjalan ke luar kelasnya, berniat menuju ke kelas Sue JI. Namun yang didapatinya justru tak ada Sue Ji di kelasnya, teman-temannya mengatakan kalau Sue Ji dan Nana sudah pulang.
            “Bae Sue Ji. Sulit sekali untuk bicara empat mata denganmu,” gumam Key lesu.
            “Sedang apa kau di sini?” tanya sebuah suara di belakang Key, sosok itu berjalan dan berhenti di sebelahnya.
“Tidak. Aku hanya ingin mengamati kelas lain dengan lebih saksama,” kilah Key.
“Bukan untuk mencari seseorang?”
“Mencari siapa? Kau? Lupakan !” cibir Key.
Go Eun tertawa sinis.
“Sebaiknya kau yang berhenti mengejarku. Percuma saja, tak akan sampai,” ujar Key
sarkatis.
            “Oh iya. Lain kali kalau kau berniat untuk menjebak seseorang, carilah tenpat yang lebih baik dari toilet,” sindir Key pedas.
            “Apa yang kau bicarakan? Aku tak menjebak siapapun,” ujar Go Eun membela diri.
            “Nicole, bukankah ia saudaramu?
            Kali ini tubuh Go Eun bukan hanya menegang. Tapi juga sedikit takut Key akan tau kalau dirinya lah yang telah menyuruh Nicole. Apa jadinya bila Key tau? Ia tak berani memikirkan sejauh itu.
            “Sudahlah. Aku jadi ingin cepat pulang setelah melihatmu,” kata Key sinis.
            “Nicole adalah sepupuku,” aku Go Eun cepat. “Memangnya kenapa?”
            “Oh.. Aku sudah tau. Barusan aku hanya sekedar memverifikasi hal itu.” ujar Key sambil berlalu pergi.
            “Pasti dia !” gumam Key penuh emosi. Ia segera menuju area parkir untuk mengambil mobilnya dan pulang.

TBC

Senin, 02 April 2012

What Love's Like - Part 10

Tittle                : What Love’s Like? – Part 10
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15

Part 10 ini lebih panjang dari biasanya. Aku emang lagi bersemangat, makanya publishnya juga bisa lebih cepet. Part 11 juga udah mulai dibuat dari kemarin, tapi jangan minta cepet dulu ya soalnya minggu ini aku ulangan. (^_^)V



Sue Ji POV
            Hari ini aku terbangun lebih pagi dari biasanya. Tidak.. aku bahkan nyaris tidak tidur semalaman karena memikirkan kejadian semalam. Key benar-benar telah menghipnotisku. Aku jadi bingung mengenai apa alasan yang harus kusampaikan pada Minho. Haruskah aku jujur padanya dan mengatakan kalau Key yang melarangku? Ah... Tidak tidak !
            Aku kembali menyentuh pipiku. Seakan masih terasa lembutnya bibir seorang Kim Kibum di situ.
            Jari-jariku beralih menuju bibirku. Jika.... Ah, lupakan ! Bae Sue Ji, kau mulai berpikiran yang tidak-tidak. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.
            ‘Aku tidak suka temanku dimanfaatkan seperti itu’
            Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Benarkah ia tidak suka jika aku dimanfaatkan? Apa dia khawatir?
            “Aish !!!” apa yang sedang kulakukan? Lebih baik aku segera bangkit dan mandi sebelum pikiranku tambah kacau.
***
            Usai mandi dan sarapan, aku pamit pada eomma dan segera menuju halte bus. Berkali-kali kucek jam tanganku, nampaknya aku harus menunggu bus sedikit lebih lama karena ini masih terlalu pagi.
            Aku mengotak-atik ponselku. Melihat foto-fotoku bersama Nana sampai dengan foto-fotoku semasa SMP. “Aigoo... tampang kami masih begitu bocah saat itu. Hahaha”
            Tiba-tiba sebuah foto menarik perhatianku. Sebuah foto yang kuambil diam-diam beberapa bulan yang lalu. Foto seseorang yang sedang berlatih basket. Ia begitu tampan meskipun peluh membasahi tubuhnya. Dengan bermandikan keringat, ia malah justru terlihat lebih maskulin. Aih.... aku melting dibuatnya. Ia memang tak pernah membuatku bosan untuk terpesona padanya.
            Tapi, ketika kami berhadapan, ia selalu sukses membuatku jengkel. Bagaimana tidak? Sikapnya begitu arogan dan mulutnya yang pedas, ia juga sering mengomel.
Akan tetapi, meskipun ia selalu bersikap menyebalkan, aku tak pernah membencinya. Mengapa? Karena di balik sifat buruknya itu aku menemukan kalau ia sebenarnya baik dan perhatian. Mungkin ia hanya merasa gengsi untuk menunjukkan hal itu terang-terangan.

TIIIN ! TIIIN !!!

“Aish ! Berisik sekali.” Aku mendongakkan kepala melihat ke sumber suara. Jangan-jangan Minho lagi.
“Kau belum berangkat?” tanya orang itu. Ia mengendarai mobil, ia juga bukan Minho.
“Key?”
Namja itu menggaruk tengkuknya. “Aku biasa berangkat lebih pagi, kebetulan melihatmu makanya berhenti. Kau mau–“ ia mengedikkan kepalanya ke arah kursi penumpang di sebelahnya. Apakah ia sedang menawariku tumpangan?
“Mau naik tidak?” akhirnya ia bersuara lagi, ada nada memaksa dalam intonasinya. Tuh kan, baru saja aku memikirkan sifatnya yang menyebalkan, ia benar-benar datang. Ia bahkan tidak tersenyum. Tapi, seperti kataku, ia sebenarnya berniat baik.
Aku tersenyum padanya. “Jinja? Gomawo.” Aku segera mengambil tempat di sebelahnya. Entah aku salah lihat atau memang betulan, ia sepertinya baru saja tersenyum.

Author POV
            Seorang namja menghentikan motornya tak jauh dari mobil Key. Ia tau jelas kalau itu adalah mobil milik Key.
            “Key? Sue Ji? Sejak kapan mereka punya hubungan cukup dekat untuk berangkat sekolah bersama?” gumamnya heran. Wajah tampannya berubah kusut ketika Sue Ji memilih untuk masuk ke dalam mobil Key. Padahal ia sudah berniat untuk mengantar yeoja itu ke sekolah.
            Tiba-tia ponsel namja itu berdering.
            Lee Taemin
            “Yeoboseyo?”
            “Minho hyung, odiga?
            “Aku sedang di jalan. Wae?”
            Sudah jauh belum? Aku lupa membawa buku tugas kimia.
            “Huh, selalu saja lupa,” namja itu berdecak. Terdengar kekehan dari speaker ponselnya. “Arasso. Akan kuambilkan.”
            Yes ! Gomawo, hyung.”
            Klek !

***
            Pagi yang kembali diawali oleh kehebohan. Kali ini lagi-lagi Sue Ji lagi yang jadi biangnya. Bukan karena ia diantar Minho lagi. Tapi ia datang bersama Key. Sejak turun di parkiran sampai ia berjalan pun para murid tak henti-hentinya membicarakan dirinya.
Kemarin-kemarin Minho, sekarang Key. Ya ampun, ia pakai susuk apa sih?
            Wah... Bae Sue Ji. Kau benar-benar daebak dalam menggaet namja.
            Cih~ ia bahkan tidak lebih cantik dariku.
            Apa Minho dan Key sudah katarak?
            Apa ia mempermainkan kedua namja itu? Aigoo, malangnya uri Key.

            Sue Ji merasa tidak nyaman mendengar obrolan-obrolan yang mencibirnya. Apa seperti ini rasanya berteman dengan orang-orang populer? Ia kan hanya kebetulan bertemu Key, makanya bisa menumpang di mobil namja itu.
            “Orang-orang selalu saja salah paham dan malah melebih-lebihkan cerita. Menyebalkan sekali,” desis Sue Ji pelan.
            Terdengar suara kekehan di sebelahnya. “Eh?” Sue Ji kaget mendapati Key yang ternyata berjalan berbarengan dengannya. Namja itu malah sepertinya tak merasa risih dengan ocehan-ocehan yang terus dilontarkan para murid terutama kaum yeoja yang terus-terusan menyindirnya.
            “Mereka benar-benar dangkal,” cibir Key.
            “Maksudmu?” tanya Sue Ji tak mengerti.
            “Dangkal. Seperti katamu tadi, mereka yang bahkan tak tau apa-apa tapi malah salah paham dan melebih-lebihkan cerita,” jawab Key santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Jangan terlalu didengarkan. Abaikan saja,” lanjutnya. Kemudian ia mempercepat langkahnya meninggalkan Sue Ji.
            “Dia bahkan mulai menasihatiku,” gumam Sue Ji sambil menatap punggung Key yang kian menjauh.
***
            “Jadi dia?” tanya Go Eun mencegat Key.
            “Hmm? Apa?” tanya Key balik.
            “Diakah... yeoja yang kau sukai itu?”
            Sebenarnya melihat Go Eun saja sudah membuat Key ingin cepat-cepat menghindar. Jangankan untuk melihatnya, mengingat namanya saja Key enggan. Karena mengingat Go Eun membuatnya ingat pada perjodohan. Dan itu membuatnya semakin pusing. Ia ingin cepat-cepat bertemu kedua orang tuanya lagi untuk menyatakan kalau ia menolak perjodohan itu.
            Lagipula, kenapa harus menggunakan perjodohan untuk mengikat janji? Bukankah perjanjian antara mereka adalah perjanjian antar perusahaan? Mengapa harus melibatkan anak-anak mereka? Benar-benar tidak masuk akal.
            “Iya kan?” tanya Go Eun lagi. Bukannya menjawab, Key malah pergi begitu saja.
            “Ya~!” teriak Go Eun kesal. Habis sudah kesabarannya.
            “Mengapa kau begitu ingin tau? Bukankah sudah kukatakan, ada tidaknya orang yang kusukai, aku tak akan berpaling padamu lagi? Tidakkah kau mengingat itu? Bukankah dengan jelas aku mengatakan untuk tidak mengharapkanku lagi? Harus berapa kali aku mengatakannya agar kau mengerti?” emosi Key mulai tersulut.
            “Tidak bisakah kau memberiku kesempatan kedua? Bahkan orang tua kita sudah memberi jalan. Kita dijodohkan, Key. Kau lupa itu?” tuntut Go Eun berusaha meraih tangan Key.
            Key menghempaskan tangan Go Eun. Ia memalingkan wajah. Mendapati kepala seseorang yang menyembul di belokan koridor tengah melihat ke arah mereka berdua dengan mata terbelalak. Orang itu segera memalingkan wajah, membekap mulutnya sendiri, berharap Key tak menangkap dirinya yang baru saja menguping pembicaraan mereka.
            “Siapa di sana?” tanya Key ke tempat di mana orang itu bersembunyi. Go Eun memutar kepala, mengikuti arah mata Key.
            Tak ada jawaban.
            Key segera menghampiri tempat persembunyian orang yang baru saja mengintip dirinya dan Go Eun. Orang itu nampak syok mencerna apa yang baru saja ia dengar, tak sempat kabur. Ia malah terduduk lemas di lantai. Entah mengapa ada rasa nyeri yang menyerang hatinya. Begitu sakit sampai ia merasa sesak.
            “Sue Ji?” tanya Key terkejut.
            Sue Ji mendongak. Ia hendak bicara, namun tenggorokannya seakan tercekat. Maka ia hanya bisa tersenyum miris menatap Key.
            “Apa yang kau dengar?”
            Sue Ji menggeleng. Masih dengan senyum yang sama, ia berusaha bangkit dan mulai berjalan.
            “Ya~!” Key menghalangi jalan Sue Ji.
            Akhirnya Sue Ji buka suara. “Aku hanya sedang lewat. Tak mendengar apapun,” ujarnya yang lebih terdengar seperti sedang mencicit.
            “Ada apa denganmu? Kau sakit?” tanya Key khawatir melihat wajah Sue Ji yang agak pucat. Tangannya refleks terangkat untuk menyentuh kening gadis itu. Begitu juga dengan gadis itu yang langsung menepis pelan tangan Key.
            “Ani. Naneun gwenchana,” jawab Sue Ji setengah berbisik. Kemudian melanjutkan berjalan melewati Key.
            Begitu Key tak melihat wajahnya lagi, Sue Ji menggigit bibir bawahnya. “Sebenarnya aku kenapa?”
            “Nugu?” tanya Go Eun sekembalinya Key.
            “Bukan siapa-siapa. Hanya orang lewat. Lain kali jaga mulutmu agar tidak bicara macam-macam,” Key memperingatkan.
            “Memangnya kenapa? Apakah hubungan kita merupakan sesuatu yang harus disembunyikan?”
            “Hubungan? Hubungan apa maksudmu? Haruskah kuperjelas? Oke, dengar ! Kau, aku bahkan tak menganggapmu teman sama sekali, apalagi sebagai kekasih. Meskipun kau dijodohkan denganku, sekalipun kita menikah, jangan bermimpi untuk memiliki hatiku.” Key mengucapkannya dengan penuh penekanan di setiap kata, jari telunjuknya bahkan teracung ke wajah Go Eun.
            PLAK !
            Panas. Itulah yang dirasakan Key pada pipi mulusnya yang mulai memerah. Go Eun menatapnya nanar. Air mata mulai terbendung di pelupuk matanya. Tanpa berucap apa-apa lagi, gadis itu segera pergi meninggalkan Key yang masih memegangi pipi.
***
           
            Go Eun memasuki kelas dengan wajah sembab. Sue Ji adalah orang pertama menyadari hal itu. Ia segera menghampiri yeoja itu dengan ekspresi khawatir. Ia memang khawatir karena tadi sempat didengarnya Key membentak yeoja di hadapannya ini.
            “Kau kenapa?”
            Go Eun masih diam. Dalam hati ia begitu jengkel melihat Sue Ji yang nampak mengkhawatirkannya. Bukankah ia jadi begini karena Sue Ji? Setidaknya seperti itulah yang nampak dari sudut pandang dirinya.
            Tapi, ekspresi yang tergambar di wajahnya bukanlah ekspresi benci. Melainkan senyum ramah yang menyimpan kebencian di baliknya.
            “Sue Ji, apakah kau menyukai Kibum-ssi?”
            Sue Ji sedikit terlonjak kaget mendengar pertanyaan Go Eun yang tiba-tiba.
            “Eh? Aku, aku... Hmm... Kenapa kau menanyakan hal itu?” tanya Sue Ji gelagapan.
            “Tidak. Kalau tidak mau jawab juga tak apa.”

Key POV
            Tamparan itu membekas, pipiku merah sekali saat ini. Terpaksa aku menutupinya dengan terus-terusan memegangi pipi kiriku.
            “Key !” panggil seseorang di belakangku. Aku tersenyum saat berbalik dan melihat Onew hyung menghampiriku sambil menggenggam sekaleng soda.
            “Hyung ! Kelihatannya masih dingin,” aku menyapa balik.
            “Eh? Apa yang dingin?” tanyanya bingung.
            Aku menunjuk kaleng soda di tangan kanannya. “Ini?” tanyanya yang kurespon dengan anggukan. Tanpa meminta terlebih dahulu, segera kusambar kaleng soda yang masih dingin tersebut dan menempelkannya di pipi kiriku. Dingiiiin.
            “Ya~!” protesnya sambil menekuk wajah. Namun sejurus kemudian perhatiannya beralih ke pipiku. Sedikit terkejut mendapati bekas kemerahan di sana.
            “Seseorang menamparmu?”
            Aku mengangguk.
            “Nugu?”
            Tanpa menjawab, aku berjalan meninggalkannya. Aku enggan membahas mengenai yeoja itu saat ini. Bukankah sudah kukatakan kalau mengingat namanya saja sudah membuatku pusing?
            “Aish, bocah ini ! Key, jangan membuatku penasaran !” ia mulai merengek. Ya ampun, bukankah ia mengataiku bocah? Lantas mengapa ia malah bertingkah layaknya seorang bocah yang sedang minta dibelikan es krim?
            Kali ini ia menyejajarkan langkahnya sambil merangkulku. Aku masih mengabaikannya.
            “Biar kutebak. Sue Ji?”
            Huh?
            “Sue Ji? Yang benar saja, hyung. Ia tak punya alasan untuk menamparku. Seandainya ada pun, apakah ia cukup tega untuk menyakiti pipi mulusku ini?” candaku. Ia memutar bola matanya.
            “Minyoung?”
            “Kalau Sue Ji saja tak akan tega menamparku, apalagi Minyoung.”
            “Kalau begitu.... Go Eun?” tebaknya lagi dengan suara pelan.
            Aku diam, menandakan kalau aku mengiyakan tebakannya.
            “Bingo ! Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian? Kupikir kau sudah tak ingin berhubungan dengannya lagi.”
            Kalau sudah begini terpaksa aku menceritakan padanya mengenai perjodohanku dengan yeoja itu. Lagipula biasanya Onew hyung selalu punya solusi setiap aku menceritakan masalahku padanya. Maka aku bercerita sambil berjalan menuju kelas.
           
            Terjadi jeda cukup lama usai aku bercerita. Nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
            “Gadis itu, ia bahkan rela menurunkan gengsinya. Setauku harga dirinya cukup tinggi. Apakah Amerika membuatnya terlalu merindukanmu? Atau ia memiliki tujuan lain?” ia berusaha menebak-nebak.
            “Tiba-tiba kembali setelah pergi selama beberapa tahun, tidakkah ia terlalu terburu-buru untuk mengungkapkan perasaannya padamu? Apakah ia benar-benar rindu sampai begitu tergila-gila padamu?”
            “Tergila-gila? Tidakkah itu berlebihan, hyung?” selaku.
            “Hmm... sepertinya begitu. Terobsesi? Berambisi? Setauku ia adalah orang yang ambisius jika menginginkan sesuatu. Seperti yang terjadi antara dia, kau dan Minho. Sebaiknya kau berhati-hati, Key. Sifat liciknya sepertinya belum berubah. Bisa saja kejadian yang lalu terulang kembali,” ia menyarankan. Aku mendengarkan baik-baik sambil mengangguk menurut.
            “Tapi... Apakah kau masih menyukainya? Bukankah ini kesempatan bagus jika kau masih menyukainya?” tanyanya.
            Aku memejamkan mata. Mendengus. “Bagaimana bisa aku masih menyukainya? Memang pada awalnya aku sempat berpikir seperti itu. Tapi, sesuatu di dalam hatiku sepertinya menolak hal itu, hyung. Aku tidak bisa memaksakan hatiku untuk kembali menyukainya.”
            Onew hyung tersenyum tanda mengerti keadaanku. Kami berpisah arah. Ia naik tangga dan aku meneruskan langkah menuju kelasku.
***

            Jam istirahat...
           
            Still Key POV
            Seonsaengnim baru saja keluar dari kelasku. Sedangkan aku masih enggan mengalihkan pandanganku dari jendela. Meskipun aku sendiri tak tau sedang menatap apa, rasanya posisi ini cukup nyaman buatku.
            Seseorang duduk di hadapanku, melambai-lambaikan tangannya di wajah tampanku.
            “Key,” panggilnya menyadarkanku dari lamunanku.
            Aku berpaling menatapnya. “Kau datang, huh?” tanyaku. Dalam hati aku merasa agak senang bisa melihatnya lagi. Tadi pagi aku cukup cemas melihat wajahnya yang sedikit pucat.
            “Kau sudah sembuh?” tanyaku lagi.
            Ia merespon dengan tatapan bingung. Memegangi kening dan kedua pipinya bergantian. “Memangnya aku sakit apa?”
            “Kulihat tadi pagi kau agak pucat. Jangan-jangan habis melihat hantu?” candaku. Tapi, apa ia benar-benar tidak sakit? Padahal aku sedikit khawatir selama jam pelajaran.
            Ia menggeleng. “Mungkin hanya perasaanmu saja. Aku tidak kenapa-napa, kok,” jawabnya sambil tersenyum riang. Aku ikut tersenyum melihatnya.
            Eh? Aku tersenyum?
            Segera kuhapus senyum itu dari wajahku. Apakah wajahku terlihat aneh tadi?
            “Tadaaaa !”
            Ia meletakkan sebuah tas kecil di atas meja. Mengeluarkan dua buah kotak makanan lengkap bersama sumpitnya.
            “Jangan menolak ini. Aku sengaja membuatnya sendiri di pagi buta,” Wow ! Aku tak sabar untuk segera mencicipinya.
            “Kau yakin ini tak beracun?” pertanyaan itulah yang justru keluar dari mulutku.
            Ia sedikit memanyunkan bibirnya. “Kau meragukan kemampuanku? Bukankah kau sudah pernah mencicipi masakanku ketika di rumahmu?”
            “Tapi itu kan ditambah dengan bantuanku,” kilahku.
            “Tapi Minho bilang masakanku enak,” balasnya.
            Minho? Rasanya aku enggan mendengar nama itu keluar dari mulut Sue Ji.
            Akhirnya aku membuka kotak makan tersebut. Kimchi, ayam goreng, dan beberapa menu lainnya yang rata-rata berupa sayuran dan daging.
            Kucicipi satu-persatu menu buatannya. Lezat.
            “Wah... ayam !” pekik seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di samping mejaku. Dari suaranya saja aku sudah hafal kalau orang itu adalah Onew hyung.
            “Annyeong, oppa.” Sue Ji sedikit membungkuk menyalami Onew hyung.
            “Annyeong Sue Ji-ya,” balasnya ramah.
            Mwo? Sejak kapan ia berbicara secara tidak formal pada Sue Ji? Dasar sok akrab !
            “Key, apa kau tidak mau berbagi denganku?” tanyanya memelas.
            “Shireo !”
            “Ayamnya saja, Key.” pintanya lagi. Tak bisakah ia sekali saja menahan nafsu(?)nya terhadap ayam?
            Aku menggeleng. Mulai melahap makananku. Onew hyung masih kukuh berdiri di tempatnya. Kali ini ia meminta pada Sue Ji.
            “Makan punyaku saja, oppa,” tawar Sue Ji ramah.
            Eh? Mana bisa begitu? Onew hyung terkadang memang menjengkelkan. Tak sadarkah ia kalau sedari tadi aku bermaksud mengusirnya?
            “Jangan !” larangku. Mereka berdua langsung menatapku.
            Dengan nada pasrah aku berkata, “Bagaimana kalau kita makan bertiga saja?” sebenarnya itu hanya alibi. “Daripada Sue Ji harus makan di kantin. Bukankah bekal ini adalah buatannya?”
            Senyum kemenangan terukir jelas di wajah Onew hyung. Sedikit menatapku penuh arti. Sepertinya ia akan mengatakan sesuatu setelah Sue Ji pergi nanti.
            Onew hyung tak henti-hentinya bersikap sok akrab dengan Sue Ji. Aku jadi bosan melihat hal itu. Kenapa mereka hanya tertawa berdua? Sedang apa aku?
            “Ya~! Sedari tadi kau bahkan tak memberikan komentar apapun tentang masakan Sue Ji,” omelnya.
            “Hmm...” hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. Sue Ji yang awalnya menatapku dengan antusias, nampak sedikit kecewa mendengar jawabanku.
            “Kau bahkan tak pandai memuji. Kalau enak, bilang saja enak. Kalau tidak, katakan tidak enak. Tak bisakah kau jujur dengan mengungkapkannya?” protes Onew hyung. Kusadari ada sindiran yang tersirat dari kalimatnya. Begitu juga dengan nada bicaranya.
            “Begini,” tambahnya. “Wah, enak sekali, Sue Ji ! Bekal buatanmu benar-benar lezat, kau memang daebak ! Terima kasih karena sudah membuatkanku bekal. Rasanya aku ingin memakannya setiap hari.”
            “Wah, enak sekali Sue Ji ! Bekal buatanmu benar-benar lezat, kau memang daebak ! Terima kasih karena sudah membuatkanku bekal. Rasanya aku ingin memakannya setiap hari,” ujarku mengulang perkataan Onew hyung dengan nada yang lebih bersemangat.
            Sue Ji tersenyum sumringah. “Jinja? Ne, kalau begitu aku akan mengabulkan permintaan temanku yang satu ini.” Ia beralih pada Onew hyung, “Hahaha... gomawo, oppa. Kau benar-benar baik dalam mengajari teman kita.”
            Sue Ji akhirnya kembali ke kelasnya, sedangkan Onew hyung pindah posisi menjadi duduk di hadapanku.
            “Dapat kulihat dengan jelas,” godanya sambil terus menatapku.
            “Lihat apa? Kau mengganggu makan siangku, hyung.”
            “Ow... Lihatlah tatapan itu ! Membuatku takut saja. Lagipula, suruh siapa ia membuat ayam,” ia beralasan.
            “Huh. Apa yang hendak kau katakan?”
            “Tidak, aku sengaja ikut makan bersama kalian. Hehehe...” ujarnya terkekeh. Ia buru-buru menambahkan, “Aku hanya ingin melihat sesuatu.”
            “Sesuatu apa?”
            “Jelas sekali kalau kau suka pada gadis itu,” jawabnya.
            “Ber–“
            “Sudah kubilang itu terlihat jelas. Tidakkah kau mengerti apa yang kuucapkan tadi, Key? Mengapa kau tidak jujur saja dengan mengungkapkannya? Hal itu juga berlaku pada perasaan.”
            “Aku–“
            “Apalagi yang kau pikirkan? Kau tidak takut terlambat? Kau tidak khawatir akan menyesal?”
            “Aku belum selesai bicara !” bentakku. “Aku tidak yakin kalau ia juga menyukaiku –aku tau kalau ia suka padaku, tapi dalam konteks yang berbeda. Ia hanya sekedar mengagumiku.”
            “Sudah kau coba?”
            Aku menggeleng lemah. Apakah aku terlihat seperti seorang pengecut sekarang? Aku baru menyadari bahwa diriku begitu pesimis.
            “Kau seorang lelaki, kan?”
            Aku sedikit tersinggung mendengar pertanyaan yang itu. Ia meragukan kejantananku, heh? “Apa maksudmu, hyung? Tentu saja aku adalah seorang namja,” jawabku ketus. Sedangkan ia hanya terkekeh.
            “Kalau begitu setidaknya kau harus berani mengambil tindakan. Bagaimana bisa seorang namja menyerah sebelum berperang? Enak saja main ambil kesimpulan seperti itu mengenai perasaannya. Tidakkah kau juga penasaran?”
            Pertanyaan itu semakin menggelitik rasa penasaranku. Haruskah aku mencari tau hal itu? Tapi, sebuah masalah lain yang belum terselesaikan nampak sedang menari-nari dalam pikiranku : Perjodohan.
            “Entahlah, hyung. Aku pusing,” jawabku lesu.
            Bel masuk berbunyi. Seperti biasa, Onew hyung tidak akan bahkan untuk mengatakan sampai jumpa dan sebagainya. Ia hanya akan berdiri dan meninggalkan tempat yang baru saja didudukinya.
***

Author POV
            Key menghabiskan sepanjang jam pelajaran dengan ogah-ogahan. Terkadang ia akan fokus, namun sejurus kemudian konsentrasinya akan buyar begitu saja.
            Di tengah rasa kantuknya, sayup-sayup bel pertanda pulang berbunyi. Seluruh siswa mulai membereskan alat tulis masing-masing dan bersiap untuk pulang. Begitu pula dengan Key. Ia berniat untuk menemui Sue Ji. Ia yakin gadis itu belum keluar dari kelasnya.
            Key berjalan santai menuju kelas Sue Ji.
***
           
            Seorang yeoja yang tubuhnya basah kuyup tengah dikelilingi oleh empat orang yeoja yang seumuran dengannya.
            PLAK !
            Salah seorang yeoja yang nampaknya adalah pemimpin dari lima orang yeoja tersebut menampar yeoja basah kuyup yang sedang berdiri sambil menunduk.
            “Benar-benar yeoja kegenitan !” umpatnya pada si yeoja basah kuyup yang di blazernya tertempel name tag bertuliskan Bae Sue Ji.

TBC

Gimana? Puaskah dengan part ini? Suka ga suka kalo bisa komen ya, mau bilang ceritanya jelek juga gapapa yang penting komen #maksa
Ngga deng, aku ga maksa kalian buat komen. Cuma buat memastikan aja kalo ff ini ada yang baca :D
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...