Senin, 27 Februari 2012

What Love's Like - Part 7


Tittle                : What Love’s Like? – Part 7
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : Choi Minyoung, Choi Go Eun, Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee,
Lee Taemin
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Author POV
            Sue Ji sudah siap dengan setelan seragamnya. Sekali lagi ia bercermin, kemudian menghitung dengan jari tangannya.
            “Jum’at, sabtu, minggu, senin, selasa. Dua hari lagi. Aku hanya harus bertahan selama dua hari lagi,” ujarnya menyemangati diri. Ia lalu turun untuk sarapan bersama eomma-nya.
            “Eomma, aku ingin mengatakan sesuatu,” ujar Sue Ji seusai sarapan. “Apa itu?” tanya eomma-nya.
            “Mulai sekarang setiap malam aku akan belajar bersama di rumah temanku. Ia seorang murid yang pandai dan menawarkan diri untuk mengajariku setiap malam,” bohongnya. Entah karena sudah berlatih terlebih dahulu atau memang sudah terlatih, Sue Ji begitu lancar membohongi eomma-nya. Karena Sue Ji adalah anak penurut, tentu saja eomma-nya percaya dan mengizinkannya.
            Setelah berpamitan, Sue Ji segera berjalan menuju halte bus terdekat. Baru saja ia akan sampai, sebuah bus berhenti dan siap untuk kembali melaju.
            “TUNGGUUUUUU !” panggilnya. namun percuma saja karena ban bus tersebut mulai berputar dan akhirnya Sue Ji harus ketinggalan bus.
            “Kyaaa...ottokhe?” rengeknya kesal. Hanya ada tiga pilihan untuknya : menunggu kedatangan bus berikutnya, naik taksi, atau berajalan kaki menuju sekolah. Oke, pilihan ketiga memang keterlaluan, maka dari itu ia hanya punya dua pilihan kini. Namun tetap saja ada konsekuensinya. Kalau ia naik taksi, ia terpaksa harus merogoh kocek yang sangat dalam bagi seorang pelajar biasa sepertinya. Sedangkan kalau ia menunggu kedatangan bus berikutnya ia bisa terlambat.
            Bruuuum...bruuuuummm....
            Suara deru motor berhenti tepat di hadapan Sue Ji. Ia belum menyadari kehadiran motor tersebut sampai si pengendara mengibas-ngibaskan tangannya di hadapannya. Kontan saja Sue Ji langsung kaget dibuatnya.
            “Ya– “ hendak berteriak namun lebih terkejut lagi ketika si pengendara membuka penutup helmnya.
            “Minho-ssi?” tanya Sue Ji heran.
            Minho memberikan sebuah helm untuk Sue Ji. “Naik !” titahnya. Hal ini membuat Sue Ji sedikit deja vu karena baru saja kemarin ia mengalami hal yang nyaris sama, hanya saja bukan Minho melainkan Key yang memberinya helm.
            “Hey !” panggil Minho menyadarkan lamunan Sue Ji.
            “Eh? Ne... gomawo,” ucap Sue Ji sebelum naik di belakang Minho. Minho sedikit mengernyit. Sepertinya ia sedang menunggu Sue Ji menanyakan sesuatu. Dan memang, Sue Ji tidak bertanya kenapa Minho memberinya tumpangan. Apakah mereka teman sekarang?
*
            Para murid yang sedang berjalan di menuju gerbang sekolah dikejutkan oleh kehadiran sebuah motor sport yang melaju tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang mungkin saja bisa tertabrak. Tapi tentu saja Minho tak setega itu. Ia sudah lihai dan berhasil mengantar Sue Ji dengan selamat di gerbang sekolahnya.
            “Gomawo,” Sue Ji membungkuk singkat dan mengembalikan helm Minho. Minho membuka helmnya, “Hanya itu?” tanya Minho. Sue Ji bingung dengan maksud Minho. “Memangnya apa lagi?” tanyanya.
            “Aku. Choi Minho. Murid Seoul International High School mengantar seorang siswi sekolah SMA Byung Moon ke sekolahnya dan hanya diberi ucapan terima kasih?” Minho memperjelas pertanyaannya. Entah karena bodoh atau memang bodoh, Sue Ji semakin bingung dibuatnya. “Lalu, aku harus apa?” tanyanya.
            “Pulang sekolah nanti traktir aku makan dan temani aku beli sepatu basket baru,” pinta Minho. Tanpa pikir panjang Sue Ji langsung menyetujuinya. “Kalau begitu nanti pulang sekolah kujemput kau,” lanjutnya.
Mereka berdua tak menyadari sedari tadi banyak yang memperhatikan mereka berdua termasuk Key yang langsung menunjukkan wajah tidak suka dan Go Eun yang memperhatikan ketiganya dengan senyum yang sulit diartikan.
            Kyaaa... Bae Sue Ji, bukankah yang tadi itu adalah Choi Minho dari SIHS?
            Apakah kau pacaran dengannya?
            Apa kalian  bersaudara?
            Bagaimana bisa?
            Teman-teman Sue Ji langsung menyerbunya dengan lontaran-lontaran pertanyaan setelah Minho pergi. Sue Ji kelabakan dan akhirnya memilih untuk berlari kabur dari kerumunan teman-temannya. Ia merasa geli dengan kejadian yang baru saja dialaminya dan menyesalkan mengapa ia tak menanyakan alasan Minho mau mengantarnya ke sekolah.
            ”Ah, mungkin ia hanya kebetulan mau berangkat sekolah juga,” elaknya pada diri sendiri.
*
            Key sedang bersandar pada di dekat tangga, Go Eun berjalan menghampirinya. Key yang melihat kehadiran Go Eun hendak beranjak pergi.
            “Kau menghindariku?” tanya Go Eun yang membuat langkah Key terhenti.
            “Kau berpikir seperti itu? Siapa kau sehingga perlu kuhindari?” elak Key. Jelas sekali ada kesinisan dalam intonasi bicaranya.
            “Sangat jelas bukan? Meskipun kau banyak berubah, tetap saja ada persamaan antara dirimu yang dulu dan sekarang,” ujar Go Eun dengan nada meremehkan. Tangan Key mengepal, rahangnya mengeras.
            “Apa yang kau inginkan? Kau berharap aku masih menyukaimu? Sayangnya tidak lagi,” balas Key.
            “Mengapa tidak? Karena gadis itu kah? Bae Sue Ji?” tanya Go Eun. Ia tertawa kecil. Key terdiam tak menjawab. Sekali lagi Go Eun bertanya, “Huh? Kau bahkan tak mengelak.”
            “Berhenti ingin tau mengenai kehidupanku. Jangan berharap aku masih menaruh hati padamu. Dan jangan berbicara padaku seolah kita pernah berteman sebelumnya,” ujar Key mengakhiri. Ia berjalan pergi.
            “Begitukah prasangkamu? Kalau begitu aku akan membuat itu menjadi nyata, Kibum. Aku harus mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku tak membuangnya, hanya menaruhnya di gudang untuk sementara dan akan kuambil lagi. Kau hanya menyukaiku, Kim Kibum. Hanya aku !” ucap Go Eun nanar tanpa didengar Key.
            Sue Ji berjalan menuju kelas dan berpapasan dengan Go Eun.
            “Annyeong,” sapa Go Eun sambil tersenyum hangat pada Sue Ji. (dasar evil bertopeng)
            Sue Ji menjawab terbata-bata, “A-an..annyeong,” ia balas tersenyum.
            “Kau pacaran dengan Minho?” tanya Go Eun. Sue Ji sedikit terkejut mendengar pertanyaan Go Eun.
            “Kau bahkan terbawa gosip. Ini tidak seperti itu,” jawab Sue Ji. Go Eun terkekeh. “Lalu?” tanyanya lagi.
            “Kami hanya kebetulan bertemu di halte,” jawab Sue Ji enteng. Mereka kemudian memasuki kelas bersama-sama.
            Sue Ji duduk di bangkunya. Nana langsung menghampiri dengan wajah kesal. Sue Ji yang innocent heran mengapa ekspresi Nana seaneh itu.
            “YA Bae Sue Ji ! Kenapa kau tak pernah cerita?” bentaknya.
            “Cerita apa?” tanya Sue Ji bingung.
            “Yang tadi. Mengenai hubunganmu dengan Minho,” omelnya lagi.
           “Hubungan? Bahkan kau juga salah sangka? Ya ampun. Aku tadi hanya kebetulan bertemu dengannya di halte dan dia menawariku tumpangan,” kata Sue Ji memberikan alasan.
            “Eh? Jinja?” raut wajah Nana nampak bingung. Teman seperti apa sampai seorang namja sepopuler Choi Minho mau mengantar Suzy? Apa mereka sedekat itu?
            Seonsaengnim masuk ke kelas dan memulai pelajaran. Gosip pagi hari berakhir sudah.
*
            “Sue Ji, kau mau ke kantin? Ayo pergi bersama !” ajak Go Eun setelah bel istirahat berbunyi. Nana nimbrung, “Ayo, ayo ! Aku baru saja hendak mengajak kalian.”
            Sue Ji bangkit dan merangkul mereka berdua. “Lapar sekaliii... kajja !” ajaknya bersemangat. Mereka beranjak keluar kelas bersama.
            Ketika sedang berjalan di koridor, mereka berpapasan dengan Key yang langsung menatap sinis terutama pada Go Eun. Nana nampak bingung dengan sikap Key karena ia tidak tau apa-apa mengenai apa yang pernah terjadi di antara Key dan Go Eun.
            “Eh? Apakah aku salah lihat, nampaknya Key barusan menatap sinis padamu, Go Eun?” tanya Nana heran, menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Sue Ji dan Go Eun ikut berhenti.
            “Benarkah?” tanya Go Eun pura-pura tak tau.
            “Sepertinya begitu. Apa kau punya salah padanya? Apa jangan-jangan aku salah liha dan sebenarnya dia menatap Sue Ji? Iya tidak? Bukankah kau bermasalah dengannya, Sue Ji?” tanya Nana lagi.
            Sue Ji nampak jenuh sementara Nana masih bingung. Nana yakin sekali bahwa tadi Key menatap Go Eun, tapi ya sudahlah. Siapapun yang ditatap seperti itu pasti bermasalah dengan Key dan ia tak mau ikut terlibat atau ia akan ikut mendapat tatapan sinis dari Key juga.
            “Aish... lupakan !” pungkasnya sambil melanjutkan jalan.
*
            “Key !” panggil Onew. Key mendongak ke sumber suara. “Aku lapar sekali belum sarapan. Ayo ke kantin !” ajaknya sambil merangkul pundak Key.
            “Aku malas, Hyung ! Kau pergilah sendiri,” sahut Key menyingkirkan tangan Onew dari pundaknya.
            Bukan Onew namanya kalau tidak menangkap ada kekesalan yang tak biasa pada Key.
            “Kau kenapa?” tanya Onew. Key hanya mengangkat kedua bahunya sambil berlalu.
            “Key !” panggil Onew sambil menahan lengan Key.
            “Aku tidak dalam mood untuk makan, Hyung.” tolak Key malas. Ia kembali melanjutkan langkahnya.
            “Aku tau ada alasan lain, Key. Aku tau seperti apa dirimu. Kau bukan sekedar ti-“
            “Ya, hyung. Benar. Aku bukan sekedar tidak mood untuk menyantap makanan apapun. Aku lelah. Lelah selelah-lelahnya. Jadi pergilah sendiri. Kau tak akan dibully hanya karena makan sendiri,” potong Key cepat dan ia meninggalkan Onew sendirian. Onew mengerti. Ia prihatin atas tekanan yang kini membebani sahabatnya. Key sedang galau. Dan siapa yang menjadi alasan kegalauan Key, Onew sudah dapat menebaknya.
            Onew meneruskan langkahnya ke kantin dan mendapati tiga yeoja yang tadi berpapasan dengan Key : Sue Ji, Nana, dan Go Eun.
            “Boleh aku duduk di sini?” tanya Onew sambil menempelkan pantatnya pada permukaan kursi di hadapan Nana, Go Eun dan Sue Ji.
            “Su-sunbae? Te-tentu saja boleh !” jawab Nana gugup. Kali ini Sue Ji tak lagi terlalu obsesif terhadap namja tampan. Entah apakah karena sudah biasa karena kini ia sering bersama namja-namja tampan atau karena ia mulai jenuh karena setiap namja tampan yang ia temui selalu menyebalkan. Maka dari itu meskipun kini Onew yang terbilang tak kalah tampan, populer, dan bahkan lebih pintar daripada Key tak membuatnya salah tingkah lagi ketika berhadapa dengannya.
            Raut wajah Go Eun sempat berubah tidak suka selama sepersekian detik sebelum kembali ke ekspresi normalnya : ramah dan baik hati.
            “Tumben sunbae tidak bersama Key?” tanya Nana memberanikan diri mengajak namja idamannya bicara.
            Onew mendongak. “Ia sedang tidak mood untuk makan. Sepertinya sedang ada masalah dengan seseorang,” jawab Onew jujur sambil sengaja melihat ke arah Go Eun dan memberi penekanan pada kalimat terakhir yang diucapkannya. Go Eun menyadari hal tersebut. Raut wajahnya berubah, namun kembali normal lagi. Ia benar-benar pandai berakting.
            Tapi ternyata bukan hanya Go Eun yang tersindir. Sue Ji juga. Ia merasa sepertinya Key masih kesal dengan kejadian kemarin. Bahkan hari ini ia belum menyuruh Sue Ji melakukan apapun.
*
*
            “Key !” panggil Sue Ji sepulang sekolah ketika ia melihat Key sedang duduk mendengarkan musik di bangku taman dekat lapangan sekolah. Key menoleh. “Apa?” tanyanya seraya melepas headsetnya.
            Go Eun mengamati wajah Key dari segala sisi. Ia mengedik-ngedikkan kepalanya. Key yang diamati seperti itu merasa risih dan agak salah tingkah. “Ya !”
            Go Eun menghela nafas. “Kau tidak terlihat seperti sedang marah padaku,” gumamnya.
            “Sekarang aku marah padamu,” tukas Key.
            “Jinja? Tapi ekspresi wajahmu biasa saja. Kau pun bersikap seperti biasa. Marahmu pun seperti biasa,” tambah Sue Ji.
            “Biasa? Seperti biasa? Kau mulai kebal kumarahi?” tanya Key mulai bingung.
            “Kalau aku tidak berusaha untuk mengebalkan diri, mungkin saja aku sudah merana karena terus-terusan kau siksa dengan hobi marah-marahmu itu,” jawab Sue Ji.
            “Wow.. kau adalah orang kedua yang mengatakan itu setelah Onew hyung,” puji Key.
            “Jinja? Ah.. berarti hanya dua orang yang sanggup mengatasimu yaitu aku dan Onew oppa,” kata Sue Ji riang.
            “Yang benar saja,” Key terkekeh.
            “Tentu saja. Bahkan orang-orang bisa sakit hati bila kau perlakukan sesuka hatimu. Tapi aku tidak lagi. Meskipun terkadang aku sering merasa jengkel padamu,” cerocos Sue Ji.
            “Kau benar-benar mulai jadi seperti Onew hyung,” canda Key.
            “Oh iya, kemarin aku lupa mengembalikan jaketmu. Ini !” kata Sue Ji sembari mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Key. “Gomawo,” lanjutnya sambil membungkukkan badannya sedikit.
            Key menerima jaket itu dan menyampirkannya di bahu kanannya. “Mengenai kejadian kemarin, maaf karena tiba-tiba saja aku membentakmu,” ujarnya.
            Sue Ji tersenyum. “Tak apa. Aku juga minta maaf karena membuatmu marah. Sekarang kita impas kan?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya hendak bersalaman. Key memandang tangan itu sejenak. “Impas !” ujarnya sambil membalas uluran tangan Sue Ji. Mereka berdua tersenyum.
            “Kau semakin tampan saat tersenyum seperti itu,” puji Sue Ji tanpa sadar. Membuat Key melepaskan jabatan tangan mereka dan sedikit salah tingkah. Begitu pula Sue Ji yang menyadari kalau ia baru saja salah bicara.
            “Kau baru saja menyebutku tampan. Apa kau mulai menyukaiku dan merayuku?” goda Key.
            “Mwo? Aku bilang kau tampan karena kau memang tampan. Bukan sedang merayumu,” jawab Sue Ji kikuk. Ia mengalihkan pandangannya ke jam tangannya. “Minho lama sekali,” ujarnya.
            Senyum Key memudar. “Minho?” tanyanya.
            “Ne. Dia bilang akan menjemputku hari ini karena aku harus menemaninya membeli sepatu basket baru,” jawab Sue Ji.
            Key membulatkan mulutnya membentuk o. Keheningan meliputi mereka berdua.
            “Sebenarnya..” Sue Ji hendak mengatakan sesuatu. Key langsung menoleh. Tiba-tiba saja ponsel Sue Ji berdering.
            “Yeoboseyo? Kau sudah di gerbang sekolahku? Ne, tunggu sebentar aku segera ke sana,” ujar Sue Ji kemudian menutup telponnya.
            “Ia sudah datang. Aku duluan ya, Key !” pamit Sue Ji sambil berdiri. Namun sebelum melangkah, ia berbalik. “Jangan cemberut terus, Key. Kau memang lebih tampan saat tersenyum seperti tadi. Aku suka saat kau tersenyum,” ucap Sue Ji sambil tersenyum riang dan ia berlari meninggalkan Key. Minho sudah menunggunya di gerbang.
            Key memegang dadanya. Merasakan ada sesuatu yang menggelitik di situ begitu Sue Ji mengatakan kalau ia suka saat Key tersenyum. Rasanya seperti.... “Ah, molla,” gumamnya.
            “Kalau kau suka saat aku tersenyum, lantas mengapa kau pergi? Kenapa kau menghampiri Minho? Tidakkah kau seharusnya membuatku agar terus tersenyum?” gumam Key. Ia merasakan sedikit sesak. Bukan sesak nafas. Melainkan sesak karena ada sedikit rasa cemburu yang menelusup ke dalam hatinya.

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...