Kamis, 17 Mei 2012

What Love's Like - Part 12


Tittle                : What Love’s Like? – Part 12
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Alohaaaa....
Hehehe... Untuk kesekian kalinya ini ff molor ga jelas juntrungannya. Ga jelas endingnya mau gimana dan kapan.
Tapi sekarang aku udah mikirin buat cepet-cepet namatin ni ff biar ga dikejar-kejar lagi. :D
Doakan ya...
Oiya, sedikit curhat. Tiap part yang aku bikin, selain tergantung mood, juga kadang tergantung film apa yang lagi kutonton. Misalnya part awal-awal aku lagi nonton You’ve Fallen for Me, jadilah ceritanya rada mirip. Terus ada jodoh-jodohan juga karna lagi nonton Princess Man.
Tuh kan bablas deh curhatnya. Mianhae... (^_^)v

Happy reading... ^^

Author POV
            “Hyung, eodiga?” tanya Key begitu Onew mengangkat telepon.
            “Aku baru saja akan ke tempat Hyukjae Hyung. Wae?”
            “Adakah yang kau ingat lagi mengenai Nicole selain bahwa dia bersaudara dengan Go Eun?”
            Onew terdiam sejenak. Nampak menimang-nimang mengenai apa yang akan ia katakan. “Beri aku waktu. Aku akan membantumu mencari informasi.” Klek !
***
            “Eomma, aku pulang !” Sue Ji menghampiri Eomma-nya di toko.
            Eomma Sue Ji tersenyum menyambut putrinya. “Putri eomma sudah pulang rupanya. Ganti baju dan makan dulu sana.”
            “Ne.” Sahut Sue Ji sambil tersenyum riang. “Oh iya, eomma. Hari ini aku mau jaga toko. Sudah lama tidak duduk di situ,” tambahnya sambil menunjuk tempat di mana Eomma-nya sedang duduk.
            “Kau tidak belajar?”
            “Eng... aku... hari ini aku tidak belajar dulu. Nana sedang tidak enak badan,” jawab Sue Ji berbohong.
***

Sue Ji POV
            Pukul 8 malam.
            Aku tak tau apakah ia masih sering kemari. Tapi segera kutepis pertanyaan-pertanyaan dalam pikiranku. Lebih baik aku menyelesaikan gambarku. Sudah lama aku tak melakukan hal ini lagi. Kebiasaan rutinku yang tertunda semenjak mengenal Minho dan Key.
            TING !
            “Annyeonghaseyo. Selamat datang di toko kami,” sambutku ramah.
            Baru saja aku memikirkannya, ia benar-benar datang. Bukan hanya aku, tapi dia juga sedikit terkejut mendapatiku di sini lagi. Ia tersenyum sekilas sambil mengambil keranjang.
            Minho membawa keranjang belanjanya yang sudah terisi menuju meja kasir. Menuju ke arahku. Hal sama pernah terjadi sebelumnya. Namun dengan ekspresi wajah yang berbeda. Waktu itu senyumnya tak semanis ini. Dan perasaanku tak sedatar ini melihatnya.
            “Hai,” sapanya.
            Aku menengadah. “Hai,” sapaku balik. Lalu kembali menghitung belanjaannya.
            “Kau dekat dengan Key sekarang?” pertanyaan, atau yang lebih terdengar seperti peryataan itu sedikit menyindir. Seakan ia sedang mengatakan, ‘Aku memintamu untuk membuatnya dekat dengan adikku. Bukannya denganmu.’
            Apakah aku nampak seperti seorang penghianat?
            Tidak. Bukan itu yang seharusnya kupikirkan. Tapi, apakah ia sudah tau kalau Key sudah dijodohkan dengan Go Eun, yeoja yang sudah menghancurkan persahabatan mereka berdua?
            “Begitulah. Kami teman sekarang,” jawabku jujur. Dapat kulihat sedikit keterkejutan di wajahnya. Juga ekspresi kurang suka dengan jawabanku.
            “Chingu? Hebat,” pujinya. Lagi-lagi dengan nada menyindir.
            “Apa yang sebenarnya hendak kau katakan?” tanyaku sambil menatapnya.
            “Kenapa kau bisa lebih dekat dengan Key? Bukankah aku yang duluan bertemu denganmu? Kau kira aku tak tau kalau malam itu Key datang ke apartemenku tapi diurungkannya dan malah menemukanmu yang baru pulang?” tuntutnya.
            “Meskipun kau tak mengatakannya, aku tau kalau Key yang melarangmu datang ke apartemenku lagi. Benar kan?”
            Kali ini Minho benar-benar menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkanku. Ia benar. Ia mengetahui hal itu. Tapi, mengapa ia harus semarah itu?
            “Bae Sue Ji, bukankah aku yang duluan bertemu denganmu? Bukankah kau menyukaiku? Mengapa kita tidak pacaran saja? Aku juga menyukaimu. Aku menyukaimu, Bae Sue Ji.” aku Minho.
            Aku kaget. Benar-benar kaget. Tak menyangka kalau ia hendak mengatakan ini padaku. Ya Tuhan, apa ini sungguhan? Tapi, mengapa seperti ada yang mengganjal hatiku? Mengapa pengakuannya tak membuat jantungku berpacu sekencang saat Key menciumku?
            Ah... tidak tidak ! Sebaiknya aku tidak membandingkannya dengan Key. Key sudah memiliki Go Eun.
            “Mengapa kau tak menjawab?” tuntut Minho.
            “Eum.. aku.. aku...” apa yang harus kukatakan? Haruskah aku bilang kalau aku menyukainya? Tapi, apakah aku memang menyukainya? Aku bahkan tak yakin pada perasaanku sendiri. Masalahnya, yang kurasakan saat ini datar-datar saja. Tapi, bukankah ini yang kuinginkan sejak dulu? Bukankah aku selalu berangan-angan memiliki seorang namjachingu tampan? Apalagi kalau setampan Choi Minho.
            Sialnya, Key malah muncul di pikiranku. Mengapa aku harus menaruh harapan pada namja itu? Bukankah ia sudah ada Go Eun? Apakah karena aku tau kalau Key tak menginginkan Go Eun? Tapi, meskipun begitu, apakah Key benar-benar akan membatalkan apa yang telah diatur oleh orang tuanya? Dibandingkan dengan seorang Choi Go Eun, apa yang lebih dari diriku? Pada akhirnya, mereka pasti akan bersama.
            Baiklah. Sudah kuputuskan apa jawabanku.
***

Author POV
            Sue Ji mengantar Minho keluar toko.
            “Gomawo, Sue Ji-ya. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku pasti akan membuatmu menyukaiku. Semua hanya tinggal menunggu waktu. Sampai jumpa besok,” pamit Minho. Sue Ji tersenyum menanggapinya.
            “Semoga kau berhasil Minho,” gumam Sue Ji begitu namja itu hilang dari pandangannya.
            Begitu Sue Ji masuk ke dalam toko. Seseorang bangkit dari kursi di depan toko. Ia tak yakin mengenai apa yang baru saja dikatakan Minho. ia terus menduga-duga mengenai apa yang baru saja terjadi. Menepis segala kemungkinan yang tak diinginkannya.
            “Minho. Tidak untuk kedua kalinya. Kali ini aku akan memperjuangkannya,” ujar Key pelan sambil menatap toko di hadapannya dengan sendu. Ia kembali duduk dan menunggu hingga Sue Ji pulang.
            Begitu Sue Ji menutup toko, Key tak beranjak. Ia menunggu sampai yeoja itu pulang. Hanya menunggu, ia tak ingin Sue Ji tau kalau sedari tadi dirinya menahan dingin di luar hanya demi melihat wajah itu. Wajah yang tak ditemuinya sepulang sekolah tadi. Key tau kalau Sue Ji sedang mencoba untuk menghindarinya. Tapi karena apa? Karena Minho kah? Sejak kapan mereka jadi semakin dekat?
***
Keesokan harinya...
            Sue Ji menunggu di halte bus. Ia tak yakin siapa yang ia tunggu. Minho ataukah Key. Key telah berjanji akan menjemputnya setiap hari. Minho sudah berjanji akan membuat Sue Ji menyukainya dan mengatakan akan menjemputnya hari ini.
            Hati kecilnya berharap agar Key datang lebih dulu. Kalau tidak, Minho membatalkan janjinya dan berkata kalau motornya sedang direparasi. Atau lebih jahat lagi, ia berharap Minho sakit sehingga tidak sekolah, jadi tak bisa menjemputnya.
            Namun, kali ini doanya tak terkabul. Minho benar-benar datang dan mengantarnya ke sekolah.
            “Kau ingin aku pindah ke sekolahmu?” tanya Minho sambil memalingkan wajahnya ke samping agar dapat terdengar oleh Sue Ji.
            “Fokus ke jalan, Minho.” Bukannya menjawab, Sue Ji malah mendorong wajah Minho agar kembali menghadap jalanan.
            “Kau ingin aku pindah ke sekolahmu? Kalau kau mau aku akan melakukannya,” ujar Minho lagi mengulang pertanyaan yang sama.
            “Kau tak perlu melakukannya hanya demi aku. Kita kan masih bisa bertemu selain di sekolah,” tolak Sue Ji.
            Minho sedikit kecewa mendengarnya. Namun tak ada lagi yang bisa ia katakan. Setidaknya membonceng Sue Ji sudah membuat detak jantungnya tak karuan. Apalagi kalau ia satu sekolah dengan yeoja itu, bisa-bisa ia jantungan.
            Minho mengencangkan laju motornya. Refleks tangan Sue Ji memeluk pinggangnya. Senyum semakin merekah di wajah tampan itu. “Lebih nyaman seperti ini.”
            Setibanya di sekolah, Sue Ji turun dari motor dan mengembalikan helm Minho.
            “Gomawo,” katanya sambil tersenyum.
            Minho balas tersenyum. Ia mengacak rambut Sue Ji. Yeoja itu lantas menggembungkan pipinya. “Kau membuatnya berantakan,” keluhnya. Minho hanya tertawa kecil sambil menyalakan mesin motornya. “Sampai jumpa.”
            Dari jendela kelas, mata Key mengawasi. Namun ada hal yang membuatnya tak mengerti. Mengapa saat berbalik, wajah Sue Ji malah berubah sedih? Bukankah seharusnya yeoja itu senang? Ia bahkan sengaja berangkat duluan karena tau Minho akan menjemput Sue Ji. Dilihatnya Sue Ji menengadahkan kepala. Menatap ke arah kelasnya. Ke arahnya. Key tak bersembunyi. Ia menatap balik yeoja itu. Tersenyum ramah. Meski hatinya begitu panas melihat kejadian barusan.
            “Ia sudah di sekolah? Apakah aku kesiangan sehingga ia meninggalkanku?” tanya Sue Ji pada dirinya sendiri. Ia bergegas menuju kelas.
            “Diantar Minho lagi?” tanya Go Eun ramah. Namun Sue Ji tetap menyadari ada sindiran dari nada bicaranya.
            Enggan bermasalah dengan yeoja di hadapannya, Sue Ji hanya mengangguk sambil tersenyum.
            Kali ini Go Eun menatapnya tajam. “Sebenarnya siapa yang kau sukai? Kibum atau Minho? Jangan mempermainkan mereka berdua.”
            Sue Ji balas menatap Go Eun. Namun tetap mencoba bersikap baik. “Apa maksudmu Choi Go Eun? Siapa yang mempermainkan mereka? Siapa yang PERNAH mempermainkan mereka?” sindirnya sinis.
            “Kau tau, Key adalah...”
            “Aku tau. Aku sudah tau. Tak perlu kau katakan pun aku tau. Aku tak akan ikut campur. Aku tak akan merusak hubunganmu. Jadi, urus saja urusanmu sendiri. Mencelakaiku tak akan memberi pengaruh apa-apa.”
            Go Eun menggigit bibir bawahnya. Dengan hati-hati ia bertanya, “Mencelakaimu?”
            “Kau kira aku tak tau? Mengapa? Kau takut aku akan mengadu pada Key? Tenang saja, aku tak akan mengadukanmu. Asal kau berhenti menggangguku. Teruskan saja aktingmu berpura-pura ramah padaku. Aku tak akan merusak rencanamu.”
            Kali ini Go Eun kehabisan kata-kata. Ia kembali ke tempat duduknya tanpa menatap Sue Ji.
***

Malam hari...
            Key tersenyum sambil memasuki sebuah restoran mewah. Dengan setelan tuksedonya, ia berjalan menuju sebuah meja di mana sudah ada orang tuanya menunggunya untuk makan malam bersama.
            Usai makan, Key mempersiapkan kata-kata yang sudah dirancangnya seharian ini. Ya. sebuah permintaan yang mungkin menentang keinginan orang tuanya. Meskipun begitu, lebih baik mencoba daripada menyerah sebelum berperang, bukan?
            “Aboenim, Eomonim. Ada yang ingin kukatakan,” ujar Key hati-hati. Intensitas pertemuan yang sangat langka membuatnya bersikap kelewat formal kepada kedua orang tuanya.
            Mrs. Kim tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan anaknya. Ada sedikit rasa bersalah karena tak bisa berada di sisi anaknya setiap hari. “Ada apa, Kibum? Katakan saja.”
            “Apakah bisa, jika perjanjian dengan keluarga Choi dibatalkan?” Key mengutarakan maksudnya.
            Orang tuanya tak langsung menjawab. Melainkan saling bertatapan.
            Merasa tak direspon, Key meneruskan kalimatnya. “Aku.. tidak menyukai gadis itu. Bukankah ini menyangkut masa depanku? Bagaimana bisa aku menikahi seorang gadis yang bahkan tak kusukai? Aku ingin memilih pasangan hidupku sendiri. Lagipula, bukankah aku masih terlalu muda untuk memusingkan sebuah perjodohan? Dan lagi, tidakkah perjodohan terlalu kuno untuk diterapkan di masa kini?”
            Masih kebisuan yang didapatnya. Key mulai khawatir. Ia mulai mencari kata-kata lagi untuk meyakinkan kedua orangtuanya.
            “Hahaha...” Mr. Kim tertawa. “Anakku sudah dewasa rupanya.”
            Key menatap ayahnya dengan bingung. Respon macam apa ini? Sama sekali tak diduganya.
            Mrs. Kim bangkit dari kursinya dan duduk di sebelah Key. Memegang bahu anaknya dan memeluknya. Key semakin bingung dibuatnya.
            “Kami memang tak bermaksud untuk serius menjodohkanmu,” kata Mrs. Kim.
            “Tapi, apakah kau benar-benar yakin untuk membatalkannya?” tanya ayahnya memastikan.
            Key mengangguk mantap.
            “Baiklah. Lagipula surat kontrak belum ditandatangani.”
            “Benarkah?”
            Mr. Kim mengangguk menjawab pertanyaan anaknya. Key girang bukan main. Ternyata orang tuanya tak se-diktator perkiraannya. Orang tuanya adalah DAEBAK !
            Saat ini yang ada di pikiran Key adalah :
1.      Sue Ji
2.      Menyingkirkan Choi Go Eun
Ada lagi. Minho masih saingannya sekarang. Ia harus lebih keras menarik hati Sue Ji lagi.

T B C

Kependekan? Ngga kok. Sama kaya part part sebelumnya kok. 1635 kata. Biasanya sekitar 1500an malah.

What Love's Like - Part 13


Tittle                : What Love’s Like? – Part 13
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15

what-loves-like_requested-by-raturegina_text.jpg

Author POV
            Sue Ji mendapati Key sudah berdiri di depan rumahnya begitu ia keluar untuk berangkat sekolah.
            Key menoleh ketika mendengar langkah Sue Ji. Ia tersenyum. “Maaf kemarin aku tidak kemari. Ayo berangkat !” ajaknya.
            Sue Ji ragu-ragu. Key menyadari itu dan sudah menebak apa yang membuat gadis itu ragu untuk mengikutinya.
            “Kau sedang menunggu Minho?” tanya Key.
            Sue Ji mengangguk pelan.
            Key membuang napas. Tidak. Ia tak boleh cemburu dulu. Ini masih pagi dan ia tau benar ia sudah nyaris tertinggal beberapa langkah dari Minho. Maka dari itu ia hendak memperbaiki ketertinggalannya. Ia tau kalau Minho masih dalam tahap mencoba untuk membuat Sue Ji menyukainya.
            “Kalau begitu aku duluan. Sampai jumpa di sekolah.” Key melepas genggaman tangannya. Ia tak melihat raut kecewa di wajah Sue Ji saat melihatnya memasuki mobil sendiri. Saat dirinya tak lagi menatap gadis itu.
            Pandangan mata Sue Ji tak lepas dari mobil itu sampai menghilang di persimpangan jalan. Yeoja itu mendesah. “Andai saat itu aku tak mendengar pembicaraan kalian. Mungkin hatiku tak akan seberat ini.”
            Lagi-lagi Minho muncul di hadapannya. Tak tega, Sue Ji memaksakan sebuah senyum. Minho membalas senyumnya sambil menyerahkan sebuah helm.
            Sue Ji tak henti-hentinya meyakinkan dirinya untuk tidak menyesal. Namun rasa penyesalan itu terus bersarang di hatinya. Mengapa ia tak masuk saja ke mobil Key dan beralasan kepada Minho kalau hari ini ia tidak sekolah? Berkali-kali ia menepis pikiran bodoh itu dan fokus pada Minho. Namja itu sudah berusaha. Dan ia tak ingin membuat semuanya sia-sia.
***
            “Sudah kau lakukan itu?” tanya Onew begitu Key tiba di sekolah.
            “Seperti yang kau sarankan. Tapi mengapa aku harus melakukan hal itu?”
Onew tersenyum. “Seseorang akan menyadari perasaannya yang sesungguhnya di saat orang yang benar-benar disayanginya menghilang. Karena kau tidak mungkin menghilang jauh-jauh dari sekolah ini, kau cukup berubah sedikit menjauhinya.”
“Huh? Yang benar saja. Memangnya akan benar-benar bekerja? Kau terlalu banyak membaca novel, hyung,” ledek Key.
“Sudah. Turuti saja apa kataku.”
            “Oh iya. Bagaimana dengan Nicole?” tanya Key.
            “Kau masih ingin mencaritahu? Bukankah kau bilang sudah tidak ingin berhubungan dengan Go Eun lagi?”
            “Memang sih. Tapi aku masih penasaran,” jawab Key sambil menopang dagu.
            Onew menghela napas. “Kebetulan Nicole memang sering ke tempat Hyukjae hyung. Jadi aku mengajaknya minum dan menanyainya di saat ia benar-benar mabuk. Dan.. sepertinya memang Go Eun lah yang menyuruhnya.”
            Mendengar itu, rahang Key mengeras menahan amarah. “Sialan. Aku harus menemuinya.”
            Onew menahan Key. “Sebaiknya jangan dulu. Hal itu hanya akan membuat Go Eun semakin merasa buruk. Ia bisa saja melakukan yang lebih buruk pada Sue Ji.”
            Key mencoba menenangkan diri. Apa yang Onew katakan memang benar. Ia juga harus memikirkan apa akibatnya kalau ia terlalu gegabah.
            “Yang penting kau tak lagi terikat dengan yeoja itu.”
            Key mengangguk. Ia melangkahkan kaki dengan lesu menuju kelas.
***
           
            “Hei, Bae Sue Ji !” panggil seseorang di belakang Sue Ji.
            Mendengar suara itu, Sue Ji tersenyum. Ia berbalik mendapati Key di belakangnya. Namja itu membawa sesuatu di tangannya.
            “Kemarin kau membuatku tidak makan siang,” tuntut Key.
            “Mian..” kata Sue Ji sambil memasang wajah bersalah.
            “Bagaimana dengan hari ini?” tagih Key.
            Lagi-lagi Sue Ji memasang wajah bersalah. “Aku tak membawa bekal.”
            “Aku bawa,” ujar Key sambil mengangkat apa yang ada di tangannya. “Kajja !”
            Sue Ji tersenyum dan mengekor di belakang Key. Mereka menuju ke ruang kesenian dan makan di sana karena ruangan itu sedang tidak dipakai.
            “Waaa.... masista !” puji Sue Ji begitu melihat apa yang Key bawa.
            Key menarik sudut bibirnya, kemudian memasang wajah sombong. “Kau baru melihatnya, belum mencicipinya.” Kemudian ia tertawa begitu melihat ekspresi Sue Ji yang menyesal telah memuji dirinya.
            “Selamat makan !” seru mereka berdua bersamaan.
            Sue Ji makan bekal pemberian Key sampai habis. Key melipat kedua tangann di meja dan memperhatikannya sambil tersenyum. Merasa diperhatikan, Sue Ji menghentikan makannya.
            “Err... aku sudah kenyang,” ujar Sue Ji sambil menutup tempat makan di tangannya. Bagaimana ia bisa makan kalau jantungnya berdetak terlalu cepat seakan detakan itu akan segera berhenti?
            “Kau suka?” tanya Key.
            Sue Ji mengangguk bersemangat. Key kembali tersenyum.
            “Makanannya atau kokinya?”
            Sue Ji menatap Key. Namja itu menuntut jawaban. “Tentu saja makanannya,” jawab Sue Ji riang.
            “Bagaimana dengan kokinya? Kau tidak suka?” tanya Key lagi.
            “Aku suka..” jawab Sue Ji. Ia menambahkan, “Karena kokinya adalah temanku.”
            Wajah Key berubah kecewa mendengarnya. “Tapi kokinya menyukaimu lebih dari seorang teman.”
            Sue Ji membelalak kaget. Ia terdiam sejenak. Tak berani menatap orang di hadapannya. Kalimat terakhir yang Key ucapkan membuat perasaannya berdebar. Seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya.
            Tapi, tunggu ! Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya saat ini. Apa lagi kalau bukan Go Eun? Bukankah hal itu yang selalu membuat Sue Ji mencoba untuk menyerah?
            “Tapi kokinya sudah memiliki calon pendamping hidup,” jawab Sue Ji lesu.
            Key mengernyit mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan Sue Ji. “Kau menguping saat itu?”
            Sue Ji mengangguk. Ia merasa tubuhnya menyusut saat ini. Kepalanya tetap tertunduk, tak berani menatap Key.
            “Apakah kau menyukaiku?” tanya Key lagi. Kali ini sambil mengulum senyum.
            “Apakah kalau aku menjawab, akan merubah keadaan? Aku menyukaimu, Key. Saaaaangat suka. Tapi aku tak bisa. Go Eun lah orang yang dijodohkan denganmu. Minho juga sudah berusaha mebuatku menyukainya. Meskipun sulit, aku akan berusaha. Aku tak ingin menyusahkanmu dengan perasaanku, Key.” Senyum di wajah Key menghilang mendengar jawaban panjang Sue Ji. Namun ia berusaha mengerti ada sebuah kesalahpahaman di sini.
            “Rupanya kau sudah tau kalau aku dijodohkan. Tapi kau tak tau kalau aku sudah membatalkannya.”
            Sue Ji mengangkat kepalanya. Tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Benarkah?”
            Key memasang wajah cemberut, lalu mengangguk. Sue Ji merasa tak enak padanya karena dua hal. Pertama, ia sudah menguping dan tidak mengaku. Kedua, ia seperti sedang menuduh Key, sedangkan ia sendiri tak tau kalau perjodohan itu sudah dibatalkan.
            Eh? Dibatalkan?
            Sue Ji agak terkejut mendengar Key menyatakan hal itu. Lantas mengapa Go Eun tak membantah ketika Sue Ji menyatakan kalau ia sudah tau hubungannya dengan Key?
            “Eumm... Key?” panggil Sue Ji hati-hati.
            “Apa?” sahut Key dengan nada enggan. Padahal dalam hatinya sedang berbunga-bunga.
            “Kau... tidak bohong kan? Itu sungguhan kan? Tapi Go Eun...”
            Sumpit yang dipegang Sue Ji terlepas. Key sudah melumat bibirnya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Untuk kedua kalinya, ia merasakan sekujur tubuhnya begitu lemas. Yeoja itu hanya mampu memejamkan mata hingga Key kembali ke posisi semula.
            “Apa itu cukup untuk membuktikan bahwa aku tidak berbohong? Haruskah kuhubungi kedua orangtuaku?”
            Sue Ji masih mematung dengan wajah syok. Begitu sadar, ia segera menarik napas dalam-dalam. Mengisi sebanyak mungkin oksigen ke dalam paru-parunya.
            Sebelum Sue Ji mengatakan sesuatu, Key sudah menambahkan ucapannya, “Go Eun mungkin belum tau mengenai hal ini. Kaulah orang kedua setelah Onew hyung yang sudah kuberitahu. Jadi, kalau Go Eun macam-macam padamu, katakan saja padaku. Arasso?”
            Bagai dihipnotis, Sue Ji mengangguk menurut.
            Tapi, masih ada hal lain selain Go Eun untuk dikhawatirkan. Baik Sue Ji maupun Key sedari tadi memikirkan hal itu, namun belum ada yang memulai untuk membahasnya.
            Minho.
            “Tapi... bukankah kau sedang pacaran dengan Minho?” tanya Key ragu. Ia bingung. Ia sebenarnya tak ingin bertanya karena mungkin saja Sue Ji mengiyakan pertanyaannya.
            Sue Ji menunduk, menatap jari-jari tangannya yang sedang memilin rok seragamnya. Bingung harus mengatakan apa. Sebenarnya ia pun masih belum memahami perasaannya dengan jelas. Mana yang benar-benar ia sukai? Apakah ia sedang jatuh cinta kepada dua orang pria secara bersamaan?
            “Kami tidak sedang pacaran.”
            Ada rasa senang menyeruak dalam dada Key begitu mendengar jawaban Sue Ji.
            “Tapi...”
            Rasa senang itu sedikit berkurang setelah mendengar kelanjutan kalimat yeoja di hadapannya.
            “Tapi apa? Kau menyukainya?” tanya Key.
            “Aku... aku... aku bingung, Key. Aku benar-benar.. sepertinya menyukai kalian berdua secara bersamaan. Entahlah. Aku bingung, Key,” jawab Sue Ji jujur.
            Rasa senang itu surut seketika. Hati Key berubah suram. Jadi Minho masih rivalnya?
            “Bagaimana bisa kau menyukai dua orang di saat yang bersamaan?”
            Sue Ji merenung. Tak menjawab pertanyaan Key.
            “Mungkin salah satunya bukan cinta. Seandainya iya pun, kuharap kau bisa memilih salah satu yang berada lebih unggul di hatimu. Aku tak akan memaksamu,” ujar Key mengakhiri. Ia tersenyum, kemudian beranjak tanpa mempedulikan makanan yang belum habis maupun Sue Ji yang masih membisu.
***
            Lagi-lagi Key membolos di atap sekolah. Menatap langit dengan wajah menahan penat. Ucapan Sue Ji begitu menyesakkannya. Dalam pikirannya saat ini adalah, bagaimana jika Sue Ji lebih memilih Minho? Bagaimana jika Go Eun melakukan sesuatu yang lebih parah?
            Ya. Yeoja itu selalu memiliki berbagai cara. Go Eun yang picik, Go Eun yang jahat, Go Eun yang ambisius. Ia yakin Go Eun tak akan menyerah begitu saja. Meskipun pada akhirnya ia tak akan pernah menyukai gadis itu lagi.
            BRAK !
            Pintu dibuka dengan kasar. Seorang yeoja datang menghampiri Key dengan wajah merah menahan amarah. Ia berjalan dengan tergesa hingga posisi mereka kini menjadi berhadapan.
            PLAK !
            Tangan halus gadis itu melayang dan mendarat tepat di pipi Key. Untuk kedua kalinya rasa panas itu kembali menyengat pipi mulusnya. Key menatap Go Eun yang balik menatap garang padanya.
            “Kau sudah dengar beritanya, bukan?” tanya Key sambil mengangkat alis.
            “Wae? WAE ?! Kau kira perjodohan ini hanyalah hal sepele? Kau anggap ini sebuah permainan yang bisa kau akhiri kapan saja?” serang Go Eun.
            “Well, kalau denganmu, sepertinya jawabanku adalah iya,” jawab Key santai.
            HOW DARE YOU !” teriak Go Eun sambil bersiap untuk melayangkan tamparan lagi. Namun sayangnya Key sudah membaca gerakannya sehingga tangan kecil itu tertahan di udara. Tepatnya ditahan oleh Key.
            “Jangan menyentuhku ! Kau bisa melukaiku, melukai kulitku. Anggap saja kita impas mengenai kejadian masa lalu. Arasso?” ujar Key dingin.
            “Ah ! Satu lagi ! Berpura-puralah kita tidak saling mengenal. Juga, jangan temui aku lagi, baik itu di koridor sekolah, atap sekolah, atau di manapun.” tambah Key sambil melangkah pergi.
            Go Eun menahan tangan Key. “Kau menyukai gadis itu kan?”
            Key tak menjawab.
            “Kenapa tak menjawab? Tidak tau siapa yang kumaksud? Perlu kusebutkan namanya? Bae Sue Ji ! Dia kan?”
            “Hentikan !” Key memperingatkan.
            Go Eun semakin gencar. “Dia mempermainkanmu. Dia mempermainkan kalian –kau dan Minho. Tidakkah kau menyadari itu? Kau lebih menyukainya ketimbang diriku?”
            “Hentikan !”
            “Yeoja jelek itu. Miskin, bodoh, tidak lebih baik dariku. Aku memiliki segala yang tidak dimilikinya...”
            “CHOI GO EUN !” bentak Key. Emosinya memuncak.
            “Berhenti mengoloknya seakan kau benar-benar lebih baik darinya ! Kau tidak lebih baik darinya ! Kau lebih buruk ! Kau bahkan mengais kembali apa yang sudah kau buang. Tidakkah kau merasa bahwa dirimu menjijikkan? Kau kira aku tak tau kalau kau yang menyuruh Nicole?” bentak Key bertubi-tubi. Tanpa menunggu respon dari Go Eun, ia menghempas kasar tangan Go Eun yang sedang menahan tangannya. Kemudian berlalu pergi.
            Tubuh Go Eun merosot. Kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya saking kuatnya gemetar yang dirasakannya. “Mereka berkata kalau ada yang namanya kesempatan kedua. Tapi nyatanya, orang yang kusayangi justru semakin membenciku.”
***

            “Ayo pergi !” ajak Key begitu Sue Ji keluar dari kelas sepulang sekolah.
            “Ke mana?”
            “Mencari udara segar. Pikiranku benar-benar penat saat ini,” jawab Key dengan nada memohon. Sue Ji tertawa melihatnya.
            “Wae? Ada yang aneh?” tanya Key bingung.
            “Hahaha~ Wajahmu aneh,” ledek Sue Ji.
            Key langsung meraba wajahnya. Hal itu semakin membuat tawa Sue Ji meledak.
            “Bukan itu. Tapi aku baru pertama kalinya melihat ekspresi seperti yang tadi. Kau benar-benar lucu, Key.”
            Key langsung berpangku tangan. “Kau mentertawaiku?” tanyanya dengan tampang galak. “Kau adalah teman yang jahat, Bae Sue Ji. Aku marah padamu, Bae Sue Ji,” lanjutnya sambil berbalik hendak pergi.
            “Tunggu ! Kau marah? Mian, Key. Aku kan hanya bercanda. Ayolah, jangan diambil hati. Ayo kita pergi !” Sue Ji menarik tangan Key dan menyeretnya menuju parkiran.
            “Mau ke mana?” tanya Key begitu mereka memasang sabuk pengaman.
            Sue Ji mengangkat bahu. “Aku tidak ada ide. Kau saja yang menentukan, aku menurut saja.”
            Key mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir. “Namsan tower !” cetusnya tiba-tiba.
            Sue Ji mundur ke samping. Menatap Key heran. “Namsan tower? Jangan bercanda. Aku tak mau !”
            “Kau bilang terserah padaku. Tapi malah bilang tidak mau. Ya sudah, kau saja yang tentukan !”
            Sue Ji berpikir sejenak. “Kau bilang ingin merilekskan pikiran, kan? Ayo makan es krim !” ujarnya bersemangat.
            “Es krim?” tanya Key memastikan kalau ia tak salah dengar.
            Sue Ji mengangguk cepat. “Makan es krim. Aku mau es krim ! Es krim ! Es krim !” tuntutnya sambil memukul-mukul dashboard mobil Key.
            “Ya~ ! Jangan menganiaya mobilku !” bentak Key galak.
            Sue Ji tak menggubris, ia masih saja menuntut ingin makan es krim. Key akhirnya menyerah.
            “Arasso, arasso ! Kita makan es krim. Dasar, seperti anak kecil saja !” ledeknya.
            “Seperti dirimu sudah tua saja. Halaboeji.” Sue Ji mehrong. Namun ia segera buang muka begitu Key menggodanya dengan menghadap ke arahnya sambil memanyunkan bibir dan memejamkan mata.
            “Yaa~ ! Mesuuuum !” teriaknya sambil menutup wajah dengan tas. Key tertawa puas setelah melihat wajah gadis itu merah bagai tomat masak. Kemudian ia menyalakan mesin mobil dan meluncur menuju tempat tujuan : es krim.

T B C
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...