Kamis, 17 Mei 2012

What Love's Like - Part 13


Tittle                : What Love’s Like? – Part 13
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15

what-loves-like_requested-by-raturegina_text.jpg

Author POV
            Sue Ji mendapati Key sudah berdiri di depan rumahnya begitu ia keluar untuk berangkat sekolah.
            Key menoleh ketika mendengar langkah Sue Ji. Ia tersenyum. “Maaf kemarin aku tidak kemari. Ayo berangkat !” ajaknya.
            Sue Ji ragu-ragu. Key menyadari itu dan sudah menebak apa yang membuat gadis itu ragu untuk mengikutinya.
            “Kau sedang menunggu Minho?” tanya Key.
            Sue Ji mengangguk pelan.
            Key membuang napas. Tidak. Ia tak boleh cemburu dulu. Ini masih pagi dan ia tau benar ia sudah nyaris tertinggal beberapa langkah dari Minho. Maka dari itu ia hendak memperbaiki ketertinggalannya. Ia tau kalau Minho masih dalam tahap mencoba untuk membuat Sue Ji menyukainya.
            “Kalau begitu aku duluan. Sampai jumpa di sekolah.” Key melepas genggaman tangannya. Ia tak melihat raut kecewa di wajah Sue Ji saat melihatnya memasuki mobil sendiri. Saat dirinya tak lagi menatap gadis itu.
            Pandangan mata Sue Ji tak lepas dari mobil itu sampai menghilang di persimpangan jalan. Yeoja itu mendesah. “Andai saat itu aku tak mendengar pembicaraan kalian. Mungkin hatiku tak akan seberat ini.”
            Lagi-lagi Minho muncul di hadapannya. Tak tega, Sue Ji memaksakan sebuah senyum. Minho membalas senyumnya sambil menyerahkan sebuah helm.
            Sue Ji tak henti-hentinya meyakinkan dirinya untuk tidak menyesal. Namun rasa penyesalan itu terus bersarang di hatinya. Mengapa ia tak masuk saja ke mobil Key dan beralasan kepada Minho kalau hari ini ia tidak sekolah? Berkali-kali ia menepis pikiran bodoh itu dan fokus pada Minho. Namja itu sudah berusaha. Dan ia tak ingin membuat semuanya sia-sia.
***
            “Sudah kau lakukan itu?” tanya Onew begitu Key tiba di sekolah.
            “Seperti yang kau sarankan. Tapi mengapa aku harus melakukan hal itu?”
Onew tersenyum. “Seseorang akan menyadari perasaannya yang sesungguhnya di saat orang yang benar-benar disayanginya menghilang. Karena kau tidak mungkin menghilang jauh-jauh dari sekolah ini, kau cukup berubah sedikit menjauhinya.”
“Huh? Yang benar saja. Memangnya akan benar-benar bekerja? Kau terlalu banyak membaca novel, hyung,” ledek Key.
“Sudah. Turuti saja apa kataku.”
            “Oh iya. Bagaimana dengan Nicole?” tanya Key.
            “Kau masih ingin mencaritahu? Bukankah kau bilang sudah tidak ingin berhubungan dengan Go Eun lagi?”
            “Memang sih. Tapi aku masih penasaran,” jawab Key sambil menopang dagu.
            Onew menghela napas. “Kebetulan Nicole memang sering ke tempat Hyukjae hyung. Jadi aku mengajaknya minum dan menanyainya di saat ia benar-benar mabuk. Dan.. sepertinya memang Go Eun lah yang menyuruhnya.”
            Mendengar itu, rahang Key mengeras menahan amarah. “Sialan. Aku harus menemuinya.”
            Onew menahan Key. “Sebaiknya jangan dulu. Hal itu hanya akan membuat Go Eun semakin merasa buruk. Ia bisa saja melakukan yang lebih buruk pada Sue Ji.”
            Key mencoba menenangkan diri. Apa yang Onew katakan memang benar. Ia juga harus memikirkan apa akibatnya kalau ia terlalu gegabah.
            “Yang penting kau tak lagi terikat dengan yeoja itu.”
            Key mengangguk. Ia melangkahkan kaki dengan lesu menuju kelas.
***
           
            “Hei, Bae Sue Ji !” panggil seseorang di belakang Sue Ji.
            Mendengar suara itu, Sue Ji tersenyum. Ia berbalik mendapati Key di belakangnya. Namja itu membawa sesuatu di tangannya.
            “Kemarin kau membuatku tidak makan siang,” tuntut Key.
            “Mian..” kata Sue Ji sambil memasang wajah bersalah.
            “Bagaimana dengan hari ini?” tagih Key.
            Lagi-lagi Sue Ji memasang wajah bersalah. “Aku tak membawa bekal.”
            “Aku bawa,” ujar Key sambil mengangkat apa yang ada di tangannya. “Kajja !”
            Sue Ji tersenyum dan mengekor di belakang Key. Mereka menuju ke ruang kesenian dan makan di sana karena ruangan itu sedang tidak dipakai.
            “Waaa.... masista !” puji Sue Ji begitu melihat apa yang Key bawa.
            Key menarik sudut bibirnya, kemudian memasang wajah sombong. “Kau baru melihatnya, belum mencicipinya.” Kemudian ia tertawa begitu melihat ekspresi Sue Ji yang menyesal telah memuji dirinya.
            “Selamat makan !” seru mereka berdua bersamaan.
            Sue Ji makan bekal pemberian Key sampai habis. Key melipat kedua tangann di meja dan memperhatikannya sambil tersenyum. Merasa diperhatikan, Sue Ji menghentikan makannya.
            “Err... aku sudah kenyang,” ujar Sue Ji sambil menutup tempat makan di tangannya. Bagaimana ia bisa makan kalau jantungnya berdetak terlalu cepat seakan detakan itu akan segera berhenti?
            “Kau suka?” tanya Key.
            Sue Ji mengangguk bersemangat. Key kembali tersenyum.
            “Makanannya atau kokinya?”
            Sue Ji menatap Key. Namja itu menuntut jawaban. “Tentu saja makanannya,” jawab Sue Ji riang.
            “Bagaimana dengan kokinya? Kau tidak suka?” tanya Key lagi.
            “Aku suka..” jawab Sue Ji. Ia menambahkan, “Karena kokinya adalah temanku.”
            Wajah Key berubah kecewa mendengarnya. “Tapi kokinya menyukaimu lebih dari seorang teman.”
            Sue Ji membelalak kaget. Ia terdiam sejenak. Tak berani menatap orang di hadapannya. Kalimat terakhir yang Key ucapkan membuat perasaannya berdebar. Seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya.
            Tapi, tunggu ! Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya saat ini. Apa lagi kalau bukan Go Eun? Bukankah hal itu yang selalu membuat Sue Ji mencoba untuk menyerah?
            “Tapi kokinya sudah memiliki calon pendamping hidup,” jawab Sue Ji lesu.
            Key mengernyit mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan Sue Ji. “Kau menguping saat itu?”
            Sue Ji mengangguk. Ia merasa tubuhnya menyusut saat ini. Kepalanya tetap tertunduk, tak berani menatap Key.
            “Apakah kau menyukaiku?” tanya Key lagi. Kali ini sambil mengulum senyum.
            “Apakah kalau aku menjawab, akan merubah keadaan? Aku menyukaimu, Key. Saaaaangat suka. Tapi aku tak bisa. Go Eun lah orang yang dijodohkan denganmu. Minho juga sudah berusaha mebuatku menyukainya. Meskipun sulit, aku akan berusaha. Aku tak ingin menyusahkanmu dengan perasaanku, Key.” Senyum di wajah Key menghilang mendengar jawaban panjang Sue Ji. Namun ia berusaha mengerti ada sebuah kesalahpahaman di sini.
            “Rupanya kau sudah tau kalau aku dijodohkan. Tapi kau tak tau kalau aku sudah membatalkannya.”
            Sue Ji mengangkat kepalanya. Tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Benarkah?”
            Key memasang wajah cemberut, lalu mengangguk. Sue Ji merasa tak enak padanya karena dua hal. Pertama, ia sudah menguping dan tidak mengaku. Kedua, ia seperti sedang menuduh Key, sedangkan ia sendiri tak tau kalau perjodohan itu sudah dibatalkan.
            Eh? Dibatalkan?
            Sue Ji agak terkejut mendengar Key menyatakan hal itu. Lantas mengapa Go Eun tak membantah ketika Sue Ji menyatakan kalau ia sudah tau hubungannya dengan Key?
            “Eumm... Key?” panggil Sue Ji hati-hati.
            “Apa?” sahut Key dengan nada enggan. Padahal dalam hatinya sedang berbunga-bunga.
            “Kau... tidak bohong kan? Itu sungguhan kan? Tapi Go Eun...”
            Sumpit yang dipegang Sue Ji terlepas. Key sudah melumat bibirnya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Untuk kedua kalinya, ia merasakan sekujur tubuhnya begitu lemas. Yeoja itu hanya mampu memejamkan mata hingga Key kembali ke posisi semula.
            “Apa itu cukup untuk membuktikan bahwa aku tidak berbohong? Haruskah kuhubungi kedua orangtuaku?”
            Sue Ji masih mematung dengan wajah syok. Begitu sadar, ia segera menarik napas dalam-dalam. Mengisi sebanyak mungkin oksigen ke dalam paru-parunya.
            Sebelum Sue Ji mengatakan sesuatu, Key sudah menambahkan ucapannya, “Go Eun mungkin belum tau mengenai hal ini. Kaulah orang kedua setelah Onew hyung yang sudah kuberitahu. Jadi, kalau Go Eun macam-macam padamu, katakan saja padaku. Arasso?”
            Bagai dihipnotis, Sue Ji mengangguk menurut.
            Tapi, masih ada hal lain selain Go Eun untuk dikhawatirkan. Baik Sue Ji maupun Key sedari tadi memikirkan hal itu, namun belum ada yang memulai untuk membahasnya.
            Minho.
            “Tapi... bukankah kau sedang pacaran dengan Minho?” tanya Key ragu. Ia bingung. Ia sebenarnya tak ingin bertanya karena mungkin saja Sue Ji mengiyakan pertanyaannya.
            Sue Ji menunduk, menatap jari-jari tangannya yang sedang memilin rok seragamnya. Bingung harus mengatakan apa. Sebenarnya ia pun masih belum memahami perasaannya dengan jelas. Mana yang benar-benar ia sukai? Apakah ia sedang jatuh cinta kepada dua orang pria secara bersamaan?
            “Kami tidak sedang pacaran.”
            Ada rasa senang menyeruak dalam dada Key begitu mendengar jawaban Sue Ji.
            “Tapi...”
            Rasa senang itu sedikit berkurang setelah mendengar kelanjutan kalimat yeoja di hadapannya.
            “Tapi apa? Kau menyukainya?” tanya Key.
            “Aku... aku... aku bingung, Key. Aku benar-benar.. sepertinya menyukai kalian berdua secara bersamaan. Entahlah. Aku bingung, Key,” jawab Sue Ji jujur.
            Rasa senang itu surut seketika. Hati Key berubah suram. Jadi Minho masih rivalnya?
            “Bagaimana bisa kau menyukai dua orang di saat yang bersamaan?”
            Sue Ji merenung. Tak menjawab pertanyaan Key.
            “Mungkin salah satunya bukan cinta. Seandainya iya pun, kuharap kau bisa memilih salah satu yang berada lebih unggul di hatimu. Aku tak akan memaksamu,” ujar Key mengakhiri. Ia tersenyum, kemudian beranjak tanpa mempedulikan makanan yang belum habis maupun Sue Ji yang masih membisu.
***
            Lagi-lagi Key membolos di atap sekolah. Menatap langit dengan wajah menahan penat. Ucapan Sue Ji begitu menyesakkannya. Dalam pikirannya saat ini adalah, bagaimana jika Sue Ji lebih memilih Minho? Bagaimana jika Go Eun melakukan sesuatu yang lebih parah?
            Ya. Yeoja itu selalu memiliki berbagai cara. Go Eun yang picik, Go Eun yang jahat, Go Eun yang ambisius. Ia yakin Go Eun tak akan menyerah begitu saja. Meskipun pada akhirnya ia tak akan pernah menyukai gadis itu lagi.
            BRAK !
            Pintu dibuka dengan kasar. Seorang yeoja datang menghampiri Key dengan wajah merah menahan amarah. Ia berjalan dengan tergesa hingga posisi mereka kini menjadi berhadapan.
            PLAK !
            Tangan halus gadis itu melayang dan mendarat tepat di pipi Key. Untuk kedua kalinya rasa panas itu kembali menyengat pipi mulusnya. Key menatap Go Eun yang balik menatap garang padanya.
            “Kau sudah dengar beritanya, bukan?” tanya Key sambil mengangkat alis.
            “Wae? WAE ?! Kau kira perjodohan ini hanyalah hal sepele? Kau anggap ini sebuah permainan yang bisa kau akhiri kapan saja?” serang Go Eun.
            “Well, kalau denganmu, sepertinya jawabanku adalah iya,” jawab Key santai.
            HOW DARE YOU !” teriak Go Eun sambil bersiap untuk melayangkan tamparan lagi. Namun sayangnya Key sudah membaca gerakannya sehingga tangan kecil itu tertahan di udara. Tepatnya ditahan oleh Key.
            “Jangan menyentuhku ! Kau bisa melukaiku, melukai kulitku. Anggap saja kita impas mengenai kejadian masa lalu. Arasso?” ujar Key dingin.
            “Ah ! Satu lagi ! Berpura-puralah kita tidak saling mengenal. Juga, jangan temui aku lagi, baik itu di koridor sekolah, atap sekolah, atau di manapun.” tambah Key sambil melangkah pergi.
            Go Eun menahan tangan Key. “Kau menyukai gadis itu kan?”
            Key tak menjawab.
            “Kenapa tak menjawab? Tidak tau siapa yang kumaksud? Perlu kusebutkan namanya? Bae Sue Ji ! Dia kan?”
            “Hentikan !” Key memperingatkan.
            Go Eun semakin gencar. “Dia mempermainkanmu. Dia mempermainkan kalian –kau dan Minho. Tidakkah kau menyadari itu? Kau lebih menyukainya ketimbang diriku?”
            “Hentikan !”
            “Yeoja jelek itu. Miskin, bodoh, tidak lebih baik dariku. Aku memiliki segala yang tidak dimilikinya...”
            “CHOI GO EUN !” bentak Key. Emosinya memuncak.
            “Berhenti mengoloknya seakan kau benar-benar lebih baik darinya ! Kau tidak lebih baik darinya ! Kau lebih buruk ! Kau bahkan mengais kembali apa yang sudah kau buang. Tidakkah kau merasa bahwa dirimu menjijikkan? Kau kira aku tak tau kalau kau yang menyuruh Nicole?” bentak Key bertubi-tubi. Tanpa menunggu respon dari Go Eun, ia menghempas kasar tangan Go Eun yang sedang menahan tangannya. Kemudian berlalu pergi.
            Tubuh Go Eun merosot. Kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya saking kuatnya gemetar yang dirasakannya. “Mereka berkata kalau ada yang namanya kesempatan kedua. Tapi nyatanya, orang yang kusayangi justru semakin membenciku.”
***

            “Ayo pergi !” ajak Key begitu Sue Ji keluar dari kelas sepulang sekolah.
            “Ke mana?”
            “Mencari udara segar. Pikiranku benar-benar penat saat ini,” jawab Key dengan nada memohon. Sue Ji tertawa melihatnya.
            “Wae? Ada yang aneh?” tanya Key bingung.
            “Hahaha~ Wajahmu aneh,” ledek Sue Ji.
            Key langsung meraba wajahnya. Hal itu semakin membuat tawa Sue Ji meledak.
            “Bukan itu. Tapi aku baru pertama kalinya melihat ekspresi seperti yang tadi. Kau benar-benar lucu, Key.”
            Key langsung berpangku tangan. “Kau mentertawaiku?” tanyanya dengan tampang galak. “Kau adalah teman yang jahat, Bae Sue Ji. Aku marah padamu, Bae Sue Ji,” lanjutnya sambil berbalik hendak pergi.
            “Tunggu ! Kau marah? Mian, Key. Aku kan hanya bercanda. Ayolah, jangan diambil hati. Ayo kita pergi !” Sue Ji menarik tangan Key dan menyeretnya menuju parkiran.
            “Mau ke mana?” tanya Key begitu mereka memasang sabuk pengaman.
            Sue Ji mengangkat bahu. “Aku tidak ada ide. Kau saja yang menentukan, aku menurut saja.”
            Key mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir. “Namsan tower !” cetusnya tiba-tiba.
            Sue Ji mundur ke samping. Menatap Key heran. “Namsan tower? Jangan bercanda. Aku tak mau !”
            “Kau bilang terserah padaku. Tapi malah bilang tidak mau. Ya sudah, kau saja yang tentukan !”
            Sue Ji berpikir sejenak. “Kau bilang ingin merilekskan pikiran, kan? Ayo makan es krim !” ujarnya bersemangat.
            “Es krim?” tanya Key memastikan kalau ia tak salah dengar.
            Sue Ji mengangguk cepat. “Makan es krim. Aku mau es krim ! Es krim ! Es krim !” tuntutnya sambil memukul-mukul dashboard mobil Key.
            “Ya~ ! Jangan menganiaya mobilku !” bentak Key galak.
            Sue Ji tak menggubris, ia masih saja menuntut ingin makan es krim. Key akhirnya menyerah.
            “Arasso, arasso ! Kita makan es krim. Dasar, seperti anak kecil saja !” ledeknya.
            “Seperti dirimu sudah tua saja. Halaboeji.” Sue Ji mehrong. Namun ia segera buang muka begitu Key menggodanya dengan menghadap ke arahnya sambil memanyunkan bibir dan memejamkan mata.
            “Yaa~ ! Mesuuuum !” teriaknya sambil menutup wajah dengan tas. Key tertawa puas setelah melihat wajah gadis itu merah bagai tomat masak. Kemudian ia menyalakan mesin mobil dan meluncur menuju tempat tujuan : es krim.

T B C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...