Senin, 23 April 2012

What Love's Like - Part 11


?Tittle                : What Love’s Like? – Part 11
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : you’ll find in the story
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15

Annyeong..... lagi-lagi telat, lagi-lagi ngaret. Padahal udah janji mau publish malem senin. Mianhae chingu..
Happy reading ^^



Author POV
            Key berjalan menuju kelas Sue Ji. Begitu ia sudah nyaris mencapai pintu kelas, ia berpapasan dengan Nana yang sedang uring-uringan seorang diri di depan kelas. Namun Key yang tak terlalu mengenal Nana hanya berlalu dan menjulurkan kepalanya ke dalam kelas yang ternyata sudah sepi tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Nana.
            “Ini kelasmu?” tanya Key. Nana mengangguk.
            Key berdehem kecil. Ragu-ragu untuk bertanya.
            “Kau mencari Sue Ji?” tanya Nana cepat. Kini gantian Key yang mengangguk.
            Ekspresi Nana semakin cemas. “Kami berjanji akan pulang bersama. Dia bilang dia akan pergi ke toilet dulu sebentar. Tapi sedari tadi ia tak kunjung kembali.”
            “Kau tidak menyusulnya?” tanya Key. Ia mencoba untuk tidak khawatir. Dalam pikirannya, mungkin saja Sue Ji sakit perut sehingga ia agak lama.
            “Tadi aku piket dulu.”
***

“Baru saja dua hari berturut-turut kau menggoda Minho. Sekarang Key juga kau rayu?” ujarnya dengan nada meremehkan.
            Nicole. Gadis yang sedari tadi bicara itu, memutar kepala Sue Ji ke arah cermin.
            “Lihatlah wajah jelek ini ! Bagaimana kau bisa merayu mereka?” omelnya dengan nada meremehkan sambil terus memegangi dan mengguncang-guncang kepala Sue Ji. Empat gadis lainnya ikut tertawa meremehkan.
            Sue Ji tak menyahut apapun sedari tadi. Bulir-bulir air mata mulai mengalir di wajahnya. Sekuat tenaga ia menahan aliran itu agar tidak semakin deras.
***

            Key mencoba menghubungi ponsel Sue Ji. Namun ketika nada sambung mulai berbunyi, terdengar suara ponsel dari dalam tas Sue Ji yang sedang berada di tangan Nana.
***

            PLAK !
            Lagi-lagi tamparan mendarat di pipinya yang satu lagi.
            Panas. Wajahnya makin memerah. Ia meremas kuat ujung rok seragamnya hingga buku-buku jarinya mulai memutih. Seperti inikah rasanya dibully?
            Ikat rambutnya ditarik paksa hingga lepas. Rambutnya diacak-acak. Tubuhnya didorong-dorong.
            BYURRR !
            Air kembali membasahi tubuhnya. Ia mulai menggigil.
            Tak kuat lagi menahan tangis, ia menangis sejadinya. Gadis-gadis yang masih dalam keadaan mengelilinginya semakin melancarkan unek-unek mereka. Sue Ji sudah tak mampu lagi menampung ocehan demi ocehan yang terus menyerang pendengarannya.
***

            Nicole dan beserta anak buahnya berjalan meninggalkan toilet dengan wajah puas. Sue Ji mereka kunci di salah satu bilik toilet tersebut.
            Di jalan, mereka berpapasan dengan Key dan Nana yang sedang menuju toilet dengan wajah cemas.
            Mereka tak mempedulikan hal itu dan terus melangkahkan kaki mereka. Nicole memisahkan diri dan menuju ke tempat yang agak sepi untuk menghubungi seseorang.
            “Bagaimana?” tanya sebuah suara di seberang telepon.
            “Lancar. Kami baru saja mengurungnya di toilet. Nampaknya ia sangat ketakutan tadi,” jawab Nicole.
            “Good job. Periksa lokermu. Dan jangan lupa untuk tutup mulut mengenai kejadian ini. Terutama mengenai siapa yang menyuruhmu melakukannya.”
            “Baiklah. Jangan sungkan kalau kau memerlukanku lagi,” ujar Nicole sambil tersenyum puas.
            Setelah memutus sambungan, Nicole berjalan menuju lokernya yang sengaja tak ia kunci. Begitu ia membukanya, terdapat sebuah amplop yang setelah diperiksa isinya adalah uang sesuai dengan nominal yang telah dijanjikan oleh si penelpon tadi.
***

            Nana tak menemukan Sue Ji di toilet. Namun salah satu toilet yang berada di ujung menarik perhatiannya. Toilet yang kenop pintunya diganjal oleh sebatang sapu.
            “Sue Ji?” panggil Nana.
            Agak tidak yakin, Nana seperti mendengar erangan kecil dari dalam bilik toilet tersebut.
            “Sue Ji, kau di dalam?” panggilnya lagi. Ia memindahkan sapu tersebut dan membuka pintu toilet. Didapatinya Sue Ji tengah terduduk lemas di atas kloset dengan tubuh basah kuyup.
            “Astaga !” pekik Nana. Ia segera keluar menghampiri Key yang tengah menunggu di depan toilet wanita.
            “Key !” panggil Nana. Tubuh gadis itu bergetar. Matanya mulai mengeluarkan air mata. “Key !” panggilnya lagi.
            Key bingung dan menjadi cemas melihat Nana yang begitu gemetaran memanggilnya. Firasatnya menjadi tidak enak. “Kenapa?”
            Nana menarik-narik seragam Key. “Tolong Sue Ji. Palli ! Palli, Key !”
            Key sebenarnya enggan memasuki toilet wanita. Namun begitu mendengar nama Sue Ji ia segera masuk dan mendapati Sue Ji dalam keadaan yang memprihatinkan. Tanpa buang waktu lagi ia segera membopong Sue Ji.
            Saking paniknya Key bahkan bukannya menuju UKS, melainkan menuju mobilnya. Nana yang juga dalam keadaan panik, sama-sama tak ingat dan ikut masuk ke dalam mobil Key.
            Barulah setelah mereka memasang sabuk pengaman dan Key mulai menyalakan mobil, Nana bertanya, “Kita mau ke mana?”
            Key baru ingat kalau ia seharusnya membawa Sue Ji ke UKS. Tapi karena mereka sudah terlanjur di jalan, ia memutuskan untuk menjawab, “Ke rumahku.”
            Key melihat Sue Ji yang tengah menyandarkan kepalanya di pundak Nana. Wajah gadis itu pucat sekali. Nampak kedua pipinya merah seperti bekas ditampar. Tubuh gadis itu menggigil. Key segera melepas blazer sekolahnya dan memberikannya pada Nana.
            “Pakaikan ini padanya. Ia kedinginan,” titahnya. Setelah itu ia menyalakan penghangat mobil.
***

            Sue Ji saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen Key sembari menyesap segelas cokelat hangat. Sedangkan di sebelahnya Key sedang menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di pikirannya sehingga tak menyadari tatapan heran Sue Ji yang mengira kalau ia gemar menonton melodrama.
            Sue Ji mulai mengantuk karena tak kunjung mengerti apa yang sedang mereka tonton. Apalagi ia belum pernah menonton drama tersebut. Ia hanya tau judulnya saja karena eomma-nya sering menonton drama itu.
            “Key, bisa ganti acara TV-nya tidak? Aku kurang mengerti jalan cerita dramanya,” pinta Sue Ji. Key yang sejak awal memang tak menyadari apa yang sedang mereka tonton refleks menoleh, “Aku juga tidak mengerti. Kukira kau menikmati acaranya. Harusnya bilang dari tadi.”
            Key melihat ke arah TV, ia sempat mendegus menertawakan diri sendiri. ‘Melodrama, huh? Sejak kapan aku menonton tayangan seperti ini?’ pikirnya. Segera ia memindahkan channel melalui remote, namun ia sendiri sebenarnya bingung apa yang akan ditontonnya. Pikirannya terlalu sibuk mengurusi rasa penasaran yang terus mengusiknya sedari tadi.
            “Kau saja yang cari !” titah Key sambil menaruh remote di meja. Ia kemudian bangkit dan menuju pantry untuk mengisi gelasnya yang sudah kosong.
            Sue Ji melanjutkan menonton TV. Ia merasa agak canggung karena Key sama sekali tak bersikap ketus. Namja itu bahkan sudah menolongnya.
            Oh iya, berbicara soal tolong-menolong, apakah Key tau kalau Nicole lah yang telah menyiksa Sue Ji? Sue Ji sendiri masih belum tau pasti apakah Key sudah tau atau belum. Pasalnya Key sama sekali tidak–̶ lebih tepatnya belum–̶ menyinggung mengenai penyebab bagaimana Sue Ji bisa ditemukan dalam keadaan menggenaskan seperti tadi.
            Merasa bosan, Sue Ji akhirnya mematikan TV. Ia hanya duduk tanpa melakukan apapun. Beginikah rasanya jadi temannya Key? Ia memang pernah datang ke tempat ini, tapi bukan untuk duduk santai seperti ini, melainkan untuk menggantikan pembantunya Key.
            Key datang dan duduk di sebelah Sue Ji. Ia memutar tubuh dan menatap wajah yeoja di hadapannya. Sue Ji jadi merasa agak risih diperhatikan seperti ini. Ia menunduk.
            Tanpa diduga, Key justru mengangkat dagu Sue Ji. Menggerakkan kepala gadis itu ke kanan dan kekiri secara perlahan hingga ia dapat melihat dengan jelas lebam di wajah cantik itu.
            Key mendesah pelan. Kemudian beranjak lagi dari sofa, ia kembali dengan membawa kotak P3K.
            Dengan telaten Key mulai mengobati luka-luka di wajah Sue Ji. Meskipun perasaannya berdebar keras saat ini, apalagi saat menyentuh kulit wajah yeoja itu, seperti tersengat aliran listrik. Ada apa ini? Apakah kini dirinya adalah seorang superhero dengan kekuatan listrik?
            Rupanya bukan hanya Key yang merasa seperti itu. Sue Ji juga merasakan hal yang sama. Namun ia memilih untuk bungkam.
            Masih berkutat dengan plester dan salep, Key mencoba mengontrol detak jantungnya agar kembali normal. Ia mulai memasang plester di wajah Sue Ji. Secara otomatis jarak di antara wajah mereka terpangkas, kini hanya terpaut beberapa senti saja.
            Pandangan Key yang tadinya fokus ke luka di waha Sue Ji akhirnya buyar, tanpa disadarinya kini ia sudah beradu pandang dengan Sue Ji. Sekilas dipandangnya bibir yeoja itu. Glek ! Ia menelan ludah.
            Jarak antara wajah mereka semakin pendek, Key bahkan mampu merasakan napas Sue Ji yang tak karuan.
            Cup
                A kiss. Bukan sebuah kecupan di pipi seperti saat di mobil. Bibir Key menyapu lembut bibir Sue Ji. Yeoja itu tak melawan, bergeming di tempatnya sambil menahan napas. Key memejamkan matanya sementara bibir mereka saling bertaut. Tidak sebentar dan belum lama, namun bibir mereka hanya salinng menempel.

Key POV
            “Dari tadi kau tidak de– Astaga !” pekik seseorang. Refleks aku dan Sue Ji langsung mundur. Melihat siapa yang datang, aku nyaris mengumpat dalam hati kalau bukan karena menyadari bahwa Onew hyung lah orang yang telah mengganggu momen indahku saat ini.
            “Ups ! Mianhae, Key,” katanya sambil tersenyum bersalah. Bersyukurlah hyung karena aku memaafkanmu.
            Sue Ji terus-terusan menundukkan kepalanya sejak kedatangan Onew. Sebenarnya bukan hanya dirinya yang sedang malu saat ini. Hanya saja karena yang memergoki kami adalah Onew mau bagaimana lagi?
            Kami bertiga duduk di sofa, menonton TV. Sebenarnya menonton TV hanya alibi saja. Aku dan Sue Ji sedari tadi terus membisu, sedangkan Onew sibuk melahap ayam goreng yang dibawanya.
            “Sebaiknya aku segera pulang,” ujar Sue Ji. Yaah... ia jadi pergi kan.
            “Aku akan mengantarmu,” tawarku. Setidaknya aku harus berbicara berdua dengannya setelah kejadian barusan. Dengan kecepatan kilat kuambil kunci mobilku.
            “Err... Key, di mana bajuku?”
            “Uhuk !”
            Aku baru ingat kalau Sue Ji masih memakai pakaianku dan Onew hyung baru sadar sekaligus shock. Kuyakin ia memikirkan yang tidak-tidak dan sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan segera menyerangku sepulang mengantar Sue Ji nanti.
            Sambil menunggu Sue Ji berganti pakaian, aku duduk menemani Onew hyung.
            “Kau berhutang banyak penjelasan padaku, nak,” ujar Onew hyung dengan senyum jahil.
            “Kau kurang update sih, hyung,” balasku meledek.
            “Huh?”
            Sue Ji sudah selesai berganti pakaian. “Kajja !” ajakku sambil memainkan kunci mobil. Meninggalkan Onew hyung yang melanjutkan makannya.
***
            Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan di bawah kategori sedang. Nyaris lambat. Tujuannya adalah untuk mengulur waktu. Namun sayangnya yang hadir justru keheningan. Baik aku maupun Sue Ji tak bersuara sedikitpun. Malah gadis itu sedari tadi terus menunduk, kalau tidak ia akan menatap ke luar jendela. Yang jelas ia sedang berusaha untuk tidak melihatku.
            Apa ia marah? Aku tak tau pasti. Aku khawatir ia akan benci padaku karena bertindak tiba-tiba seperti tadi. Kuyakin ia pasti kaget tadi.
            “Aku–“
            “Aku–“
            Ah ! Kenapa harus berbarengan?!
            “Kau dulu,” pintanya. Ya sudah, tak apa lah aku dulu yang bicara. Setidaknya jika ia berniat untuk memarahiku pun aku sudah minta maaf dulu.
            “Mianhae,” ujarku pelan.
            “Maaf untuk apa?” tanyanya. Ia akhirnya menatapku. Sayangnya mataku sedang fokus ke jalanan sehingga tak bisa ikut menatapnya.
            “Untuk yang tadi,” jawabku.
            “Oh, itu.” Ia menyentuh bibirnya. Aku memperhatikan dari cermin. Bibir. Fantasiku memutar kembali kejadian beberapa saat yang lalu. Bibir itu.
            Glek !
Aku menelan ludah. Haduh Key.... jernihkan pikiranmu !
            “Aish !” umpatku tak tahan. Akhirnya aku aku cepat-cepat bertanya agar ia menarik tangan dari bibirnya. “Bagaimana denganmu? Apa yang hendak kau katakan?”
            “Hmm... Aku hanya ingin mengatakan kalau aku tidak apa-apa. Mungkin kau sedang banyak pikiran sehingga refleks melakukan hal tak terduga. Aku... tidak apa-apa.” ujarnya nyaris mencicit.
            Shit ! Bukan itu yang ingin kudengar. Seandainya ia tau kalau aku melakukannya dalam keadaan sepenuhnya sadar. Aku tidak sedang mabuk atau banyak pikiran.

Sue Ji POV
            Benar. Aku meyakinkan diriku bahwa kejadian tadi bukanlah disengaja melainkan hanyalah sebuah kecelakaan.
            Bukannya aku merasa terlalu percaya diri, bukannya aku tak menyukainya, hanya saja ada sesuatu yang mengganjal hatiku.
            Masih terngiang di telingaku percakapan yang sempat kucuri dengar waktu lalu. ‘Kita dijodohkan, Key. Kau lupa itu?’. Aku jelas sudah tau walau ia tak menyadari itu. Aku tau kalau ia sudah bertunangan. Choi Go Eun. Bukankah ia pernah menginginkan yeoja itu? Bukankah mereka pantas bersama?
            “Ada yang ingin kukatakan,” katanya.
            “Sudah sampai,” potongku. Apapun yang akan dikatakannya saat ini, lebih baik aku tidak dengar dulu. Aku segera keluar dari mobil. “Gomawo.”
            “Bae Sue Ji, aku menyukaimu,” gumamnya sambil menatapku sayu tepat di saat aku menutup pintu mobil. Aku pura-pura tak mendengarnya. Kuharap aku salah dengar.

Kibum POV
            Aku menatap punggungnya yang mulai memasuki rumah. apakah ia mendengar pengakuanku tadi? Dapatkah ia mendengarnya? Bae Sue Ji, jebal...
            Setelah yakin ia masuk ke rumahnya, kunyalakan kembali mesin mobil dan pulang.
           
Author POV
            “Kau berutang banyak penjelasan padaku,” Onew mengulang ucapannya saat mendengar suara Key di pintu.
            “Kau sudah melihatnya, hyung,” sahut Key lesu.
            “Kenapa kau? Tadi masih bersemangat, sekarang malah kebalikannya. Kau... ditolak?”
            “Tidak. Tapi, ia bahkan belum mendengarnya.”
            “Lagipula bukankah katamu kau dijodohkan dengan Go Eun?”
            “Tapi aku bahlan tak tertarik padanya.”
            “Kau tertarik atau tidak, kau suka atau tidak, status itu masih melekat padamu. Cepat atau lambat Sue Ji akan tau. Bagaimana jika Go Eun tau kalau Sue Ji-lah yang kau sukai? Kau tau sendiri ambisi yeoja itu terlampau besar. Sebaiknya kau selesaikan dulu masalah perjodohan, baru kau dekati Sue Ji,” saran Onew.
            Key mencerna kata-kata Onew. Ada benarnya juga. Lebih baik menyelesaikan masalah yang ada dulu daripada menempatkan Sue Ji dalam posisi sulit nantinya.
***

Keesokan harinya...
            Key sudah memarkir rapi mobilnya di depan rumah Sue Ji. Melihat yeoja itu keluar dari rumahnya, Key menurunkan kaca jendela mobil.
            “Ayo naik !” ajaknya.
            Sue Ji bingung. Key menjemputnya? Ada hal aneh apa lagi ini? Ia hanya menatap Key heran.
            “Ayo, kau tak mau kesiangan kan?” tawar Key lagi.
            Sue Ji masih bergeming. Ragu antara ingin masuk atau tidak.  Tapi, ia merasa tidak enak karena Key sudah di depan rumahnya. Akhirnya ia mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
            “Lama sekali berpikirnya,” sindir Key sambil menjalankan mobil.
            “Aku takut pada penggemar-penggemarmu,” ungkap Sue Ji jujur. Key agak meringis mendengarnya. Sempat terlintas di pikirannya bagaimana jika mereka benar-benar pacaran.
            Key mencuri pandang ke arah Sue Ji. Masih terlihat plester melapisi bekas lukanya kemarin. Oh iya, Key lupa menanyakan hal itu.
            “Ngomong-ngomong, siapa yang melakukan itu padamu?” tanya Key membuka percakapan.
            Sue Ji menarik napas dalam-dalam. Haruskah ia mengatakannya? Haruskah ia memberitahu kalau ini semua adalah karena skandal mereka berdua?
            “Kenapa kau ingin tau?”
            “Tentu saja. Kita teman. Masa iya aku harus diam begitu saja mengetahu temanku diperlakukan kasar seperti itu? Teman macam apa aku ini?” sahut Key dengan nada sedikit lebih tinggi.
            “Apa yang akan kau lakukan kalau kau tau siapa pelakunya?”
            “Aku? Aku bisa saja membalasnya untukmu kalau kau mau.”
            “Kalau aku tak mau?”
            “Mengapa kau terus-terusan mengulur pertanyaan? Kau tinggal sebut saja namanya.”
            “Jawab dulu pertanyaanku.”
            “Baiklah. Aku hanya ingin tau,” ujar Key mengalah.
            “Nicole dan teman-temannya.”
            “Nicole? Nicole Jung?”
            “Hmm.. Sepertinya begitu. Memang kenapa?”
            “Ah, tidak.”
            Mereka tiba di sekolah. Kali ini nampaknya para murid sudah bosan menggosipkan Sue Ji berangkat dengan siapa. Tapi mungkin akan ramai lagi kalau Sue Ji ‘ganti jemputan’ dengan namja keren lain. Nama Bae Sue Ji kini telah melejit ke seantero sekolah. Ia sudah terkenal berkat skandalnya dengan Minho dan Key.
            Sue Ji dan Key turun bersamaan. Mata orang-orang di sekitar parkiran menuju ke arah mereka. Tatapan kagum menuju ke arah Key, tatapan aneh menuju ke arah Sue Ji. Tatapan-tatapan itu kian melebar tatkala Key menarik tangan Sue Ji.
            “Ayo, jangan terlalu santai, kita bisa terlambat ke kelas !”  Key menarik tangan Sue Ji sambil setengah berlari.
***

            Key diam tak memperhatikan selama pelajaran. Pikirannya menuju ke jawaban Sue Ji tadi saat di mobil. Nicole. Nama itu sedikit familiar. Ia terus menutar ingatan di mana ia pernah melihat atau mengenal seseorang bernama Nicole.
            Ia teringat Onew. Ya. Onew memiliki ingatan yang bagus. Orang itu mungkin tau siapa Nicole. Tanpa buang waktu lagi ia segera mengirim sebuah pesan pada Onew.
       To        : Lee Jinki
       Hyung, kau kenal seseorang bernama Nicole?
           
* 1 Received Message
       From    : Lee Jinki
       Sepertinya pernah dengar. Beri aku waktu untuk mengingat.
           
            Key kembali fokus pada pelajaran. Ia tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Ia melirik jam dinding. Dua menit lagi bel.
***
            Onew menghampiri Key di kelasnya dengan wajah berbinar. Menemukan hal yang sedang kau usahakan untuk ingat mungkin bisa membuat ekspresi wajahmu sama dengan ekspresi yang ditunjukkan Onew saat ini.
            “Aku ingat !”
            Key yang memang sudah penasaran langsung antusias. “Kau ingat?”
            Onew membusungkan dada dengan jumawa. “Tentu saja aku ingat. Tanyakan segala hal padaku dan aku pasti tau.”
            “Hentikan dulu pamernya. Yang penting kau katakan dulu padaku siapa itu Nicole,” pinta Key tak sabar.
            “Kuyakin kau akan terkejut mendengarnya. Dia adalah sepupunya Choi Go Eun.”
            “MWO??” darah Key langsung naik ke ubun-ubun. Apa yang dipikirkannya saat ini sudah jelas. Ia yakin Go Eun lah biang di balik semua ini. Onew yang menyadari hal itu langsung berusaha menenangkan Key.
            “Memang ada apa, Key?”
            “Dia yang mencelakai Sue Ji kemarin,” jawab Key dengan wajah merah padam. Rahangnya mengeras.
            Onew lagi-lagi paham mengenai apa yang ada dalam pikiran Key sekarang.
            “Jangan terbawa emosi, Key. Semakin kau menentang Go Eun, yang akan dia serang bukan kau. Apalagi ia akan sadar kalau kau begitu melindungi Bae Sue Ji. Apa yang akan dilakukannya? Ia akan menyadari bahwa Sue Ji lah titik lemahmu.” Onew lagi-lagi menasihati.
            Key berusaha menenangkan diri. Go Eun lagi, Go Eun lagi, Go Eun lagi. Yeoja itu terus-terusan mengganggu kehidupannya. Key benar-benar menginginkannya untuk segera enyah.
            “Oh iya, Sue Ji tak membawakan kita bekal lagi?” tanya Onew.
            “ ’Kita’ ? Dia hanya membawa untukku, hyung.” kata Key bangga. Ia memang sedari-tadi terus-terusan mengamati pintu kelas, siapa tau Sue Ji akan datang. Namun sampai bel masuk berbunyi pun yeoja itu tak kunjung muncul batang hidungnya.
            “Pergilah, hyung. Sudah masuk,” usir Key.
            “Ah... kau tega sekali mengusirku. Ya sudah lah. Aku kembali ke kelas,” protes Onew, namun pada akhirnya ia memilih untuk pasrah saja.
***

Sepulang sekolah...
            Usai membereskan tasnya, Key berjalan ke luar kelasnya, berniat menuju ke kelas Sue JI. Namun yang didapatinya justru tak ada Sue Ji di kelasnya, teman-temannya mengatakan kalau Sue Ji dan Nana sudah pulang.
            “Bae Sue Ji. Sulit sekali untuk bicara empat mata denganmu,” gumam Key lesu.
            “Sedang apa kau di sini?” tanya sebuah suara di belakang Key, sosok itu berjalan dan berhenti di sebelahnya.
“Tidak. Aku hanya ingin mengamati kelas lain dengan lebih saksama,” kilah Key.
“Bukan untuk mencari seseorang?”
“Mencari siapa? Kau? Lupakan !” cibir Key.
Go Eun tertawa sinis.
“Sebaiknya kau yang berhenti mengejarku. Percuma saja, tak akan sampai,” ujar Key
sarkatis.
            “Oh iya. Lain kali kalau kau berniat untuk menjebak seseorang, carilah tenpat yang lebih baik dari toilet,” sindir Key pedas.
            “Apa yang kau bicarakan? Aku tak menjebak siapapun,” ujar Go Eun membela diri.
            “Nicole, bukankah ia saudaramu?
            Kali ini tubuh Go Eun bukan hanya menegang. Tapi juga sedikit takut Key akan tau kalau dirinya lah yang telah menyuruh Nicole. Apa jadinya bila Key tau? Ia tak berani memikirkan sejauh itu.
            “Sudahlah. Aku jadi ingin cepat pulang setelah melihatmu,” kata Key sinis.
            “Nicole adalah sepupuku,” aku Go Eun cepat. “Memangnya kenapa?”
            “Oh.. Aku sudah tau. Barusan aku hanya sekedar memverifikasi hal itu.” ujar Key sambil berlalu pergi.
            “Pasti dia !” gumam Key penuh emosi. Ia segera menuju area parkir untuk mengambil mobilnya dan pulang.

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...