Sabtu, 19 November 2011

What Love's Like part 2


Tittle                : What Love’s Like? – Part 2
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum, SHINee, Bae Suzy
Length             : ?
Rating              : PG-15

Thanks to Dita yang terus-terusan nanyain kapan ff aku dilanjutin. Sesuai janji, ff ini langsung aku kerjain. Semoga kali ini bisa lebih serius. Amin...
FF ini juga aku publish di wordpress

Happy reading ^^



Minho POV
            “Gotcha ! Ternyata benar ini kau. Hahaha” aku tertawa puas setelah menangkap basah yeoja ini yang ternyata sedang menyamar, dan aku menduga bahwa ia tak ingin bertemu denganku karena kejadian kemarin. Lucu sekali ekspresi wajahnya itu. Perpaduan antara malu, kesal, dan seperti maling yang tertangkap basah mencuri. Kasihan ia, sebaiknya aku berhenti menggodanya jika tidak bisa-bisa image cool-ku berkurang nanti. *narsis benerrr*
            “Ya ! Kau tak pelu sampai menyamar seperti ini, nona. Seperti di sinetron saja. Aku ka tak akan melaporkanmu pada polisi hanya karena kau menggambar diriku tanpa sepengetahuanku. Lagipula gambaranmu memang bagus, hanya saja imajinasimu yang tidak elit,” yeoja itu semakin mengerucutkan bibirnya, wajahnya semakin ditekuk mendengar perkataanku barusan. Biarkan saja, aku senang membuatnya merasa malu. Jahatkah? Haha..
            “Kau !” teriaknya. “Ah.. tidak, tidak. Imageku harus tetap dijaga. Huft..” ia mulai bicara sendiri. Sepertinya ia sedang berusaha meredakan amarahnya. Wah... yeoja ini, tak marahkah ia padaku? “Sedang apa sih?” tanyaku heran. Tanpa menghiraukanku, akhirnya ia kembali menghitung belanjaanku. “Totalnya 8000 won,” katanya sembari menyodorkan kantong belanjaan ke arahku.
            Loh, mengapa jadi begini? Bukankah harusnya ia yang minta maaf padaku? Kesempatan ini harus kumanfaatkan baik-baik.
            “Nona ! Sepertinya aku berubah pikiran. Aku tidak suka kau menggambarku aneh begitu. Kau harusnya minta maaf padaku.” Kataku angkuh. Ia mendongakkan kepalanya. “Apa? Lagipula itu hanya sebuah gambar kan?” bantahnya.
            Kuambil buku sketsanya. “kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !” setelah menenteng belanjaanku, aku membawa buku sketsa milik yeoja itu. “Sampai jumpa !” pamitku padanya yang sedang memasang mimik kesal.

Sue Ji POV
            “Kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !”
            Apa dia bilang? Dia mau pinjam buku sketsaku??? OMO ! Jangan ia akan menyebarkan aibku pada teman-temannya yang mungkin saja tampan-tampan. Haish ! matilah aku !
            “Sampai jumpa !” kata namja itu keluar dari tokoku tanpa memperdulikanku yang sudah dibuat kesal olehnya. Tidaaaaak....!!!

*

            “Sue Ji, palli ! Sebentar lagi bel berbunyi,” panggil Nana. Aku tak menghiraukannya. Yang jelas aku masih galau memikirkan bagaimana nasib buku sketsaku yang mungkin saja sedang ditertawakan oleh namja itu bersama teman-temannya. Gambaranku kan jelek. Selain itu gambar namja itu tidak hanya satu, juga baju-baju gambaranku, dan lain-lain.
            BRUK !
            “Aww ! Aigoo...siapa sih pagi-pagi sudah main tabrak-tabrak?” umpatku kesal. Kemudian orang yang menabraku tadi mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dan ketika kulihat siapa pemilik tangan itu ternyata Key.
            WHAT ??????? KEY ????
            Ya Tuhan bawalah aku pergi dari situasi ini atau sebaiknya semoga namja ini tak ingat mengenai insiden kemarin.
            “Jeongsahamnida. Gwencana?” tanyanya membuat pipiku justru bersemu merah. “Eum..” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku sembari menganggukkan kepala.
            “Eh, bukankah kau yeoja kemarin?” pekiknya. Aku memejamkan mataku, sepertinya do’aku tak dikabulkan.
            “I...i...iya,” jawabku ragu-ragu. “Ah...kau lagi rupanya. Sepertinya kau pervert yang suka menghalangi jalan orang ya?”
            “Mwo? Aku pervert? Yaa ! Kau yang harusnya jalan lihat-lihat, pabo ! Eh keceplosan !” pabo pabo pabo Sue Ji... Mulut bodohku sulit sekali diajak kompromi, ottokhe?
            “Pabo? Pabo katamu? Ya !!”
            Teng...teng....
            Kata-katanya terputus oleh suara bel sekolah tanda masuk kelas. “Ah, sudah masuk, sampai jumpa !” kataku padanya sambil berlari menuju kelas sendirian, karena sepertinya Nana sudah duluan. Masih sempat kudengar teriakannya yang mengatakan bahwa urusan kami belum selesai.
           
            Waktu istirahat..
            “Sue Ji, ayo ke kantin !” ajak Nana padaku yang kujawab dengan gelengan kecil. Aku enggan keluar kelas hari ini. Bagaimana jika Key memang menganggap urusan kami benar-benar belum selesai? Apa yang akan dilakukannya padaku? Bagaimana jika dia meminta kepala sekolah untuk men-drop out-ku? Oke, itu memang sedikit berlebihan. Tapi tetap saja kalau kau bermasalah dengan seorang namja terkeren di sekolah, dan kau adalah salah seorang penggemarnya, mau ditaruh di mana mukaku? Aigoo.. akhir-akhir ini sudah dua namja keren yang bermasalah denganku. Sepertinya kesialan sedang melekat padaku.
            “Ya !” Nana menepuk-nepuk pipiku. “Kau sedang melamunkan apa sih? Kupanggil-panggil malah bengong. Wajahmu seperti orang bodoh tau,” ejeknya. Aku semakin lemas. “Nana, menurutmu apa yang akan kau lakukan jika kau mempunyai masalah dengan dua orang namja yang kau sukai?” tanyaku. “Hmm.. kalau aku.. Eh, maksudmu apa? Kau punya masalah dengan siapa?” tanya Nana curiga. “Ah, tidak. Kan aku hanya berandai-andai,” kilahku menghindari tatapan-meminta-penjelasan sahabatku itu. “Bohong. Biar kutebak, pasti Key. Iya kan?” melihat tatapan pasrahku, ia kembali melanjutkan, “O iya, tadi kau bilang dua. Siapa satu lagi?” desaknya lagi. “Namja tampan langgananku,”
            “Langgananmu? YA Sue Ji, langganan apa? Maksudmu kau adalah seorang...” Nana menatapku nanar. “Eh, bukan. Bukan seperti itu. Maksudku langganan ibuku,” kataku agar ia tak salah sangka. “Langganan ibumu? Jadi ibumu adalah seorang wan...”
            “Asih, bukan ! Maksudku langganan di toko ibuku,” kataku lagi memotong ucapannya yang setengah berteriak. Seisi kelas langsung memperhatikan kami heran.
            “Oooh... habis bicaramu sepotong-sepotong sih. Aku kan jadi salah kaprah. Kembali ke topik pembicaraan kita, jadi namja satu lagi itu langganan di toko ibumu? Seperti apa orangnya?” tanyanya penasaran. “Kau tau kan seleraku seperti apa, berarti kalau kubilang tampan ya memang tampan. Ia tinggi, bermata besar, dengan senyum yang saaaaaaaaangat manis, ia keren loh !” ujarku sambil membayangkan wajah namja itu. “Namanya?” tanyanya lagi. “Eoh? Aku tak menanyakan namanya. Tapi buku sketsaku diambil olehnya,” memikirkan kejadian itu aku kembali murung. “Buku sketsamu? Jangan-jangan dia menyukai gambaranmu jadi mengambilnya,” kata Nana yang tak tau alasan namja itu mengambil bukuku. “Bukan seperti itu..” maka kuceritakan detail cerita dari awal sampai kejadian semalam.
            “APA??? Kau parah sekali, Sue Ji. Aigoo... benar-benar ceroboh. Lalu bagaimana dengan nanti malam?” pertanyaan Nana  sekali lagi membuatku murung. “Aku tak tau. Lihat nanti saja,” jawabku murung.

Author POV
            Hari berganti malam. Sue Ji kembali menekuni kehidupan malam(?)nya yaitu menjaga toko.
            Pintu terbuka, “Annyeonghase...” Sue ji tertegun melihat siapa yang datang. Sebenarnya pelanggan itu sudah biasa datang ke tokonya, tetapi malam ini Sue Ji sudah berdo’a dengan sungguh-sungguh agar orang itu tidak pernah datang lagi ke toko ibunya. Tapi lagi-lagi do’anya tak terkabul.
            Seperti biasa namja itu membeli susu pisang – untuk Taemin – dan makanan ringan lainnya. Kemudian ia akan menuju meja kasir dan...
            “...”
            “Totalnya 5000 won,” Sue Ji menyerahkan belanjaan namja itu.
            “Siapa namamu?” tanya namja itu membuat Sue Ji kaget karena sedari tadi mereka hanya saling diam. “Sue Ji. Bae Sue Ji,” jawab Sue Ji singkat. Kemudian namja itu pergi. Tanpa membahas mengenai kejadian semalam apalagi mengembalikan buku sketsanya yang kini Sue Ji sudah membeli lagi yang baru.
            Malam semakin merayap dan Sue Ji menutup toko. Pulang ke rumahnya yang disambut oleh makan malam buatan Eommanya. Sambil makan ia mengingat kembali kejadian tadi. Ia begitu penasaran dengan nama namja itu dan menyesali mengapa ia tak bertanya balik.
            Usai makan malam Sue Ji menuju kamarnya dan melanjutkan gambarnya – sketsa baju yang akan dipesannya di tukang jahit jika sudah rampung.

Esok harinya...
            Sue Ji berangkat ke sekolah bersama Nana. Ia heran mengapa di kelasnya begitu riuh begitu pula di kelas lain, terutama para yeoja. “Benar, aku tak sabar melihat setampan apa sih namja-namja dari Seoul International High School. Hihihi” celoteh seorang yeoja genit kepada temannya yang juga ikut terkikik. Ah benar juga ! Hari ini akan ada tim basket dari SIHC ke sekolah mereka. Membuat Sue Ji penasaran apa benar kata teman-teman kalau siswa-siswa SIHC itu tampan-tampan? Check it out !
            Lapangan basket riuh oleh siswa-siswi yang hendak menonton pertandingan persahabatan antar sekolah. Terlihat pula Sue Ji dan Nana yang berusaha mencari tempat duduk teduh untuk menonton karena acaranya berlangsung di lapangan outdoor. Suasana semakin riuh ketika namja-namja tampan memasuki lapangan yang tak lain dan tak bukan adalah tim dari SIHC dan dari sekoah Sue Ji.

Sue Ji POV

            Aigoo...apakah pemilihan anggota tim basket diseleksi dulu sehingga mereka memiliki wajah yang tampan-tampan? Apalagi dari SIHC, kulirik satu-persatu. Dan yang paling ujung itu sepertinya adalah ketua tim. Loh? Sepertinya wajahnya cukup familiar. Siapa ya? Aku memutar keras otakku untuk mengingat siapa namja jangkung dari tim lawan tersebut.
            Ting !
            “Nana, kau pasti tak akan percaya,” ujarku. “Hmm.. apa?”
            “Dialah namja yang kuceritakan kemarin. Pelanggan di toko ibuku,” bahuku merosot. Lemas rasanya mengingat bahwa aku masih malu padanya. “Yang benar? Mungkin kau salah orang, Sue Ji. Eh namja di sebelahnya sempat kukira ia yeoja loh, habis cantik sekali.” Puji Nana. Dan memang benar sih kalau namja itu bisa dibilang cukup cantik dan imut apalagi dengan rambut jamurnya itu.
            Permainan dimulai dan berlangsung seru. Kuakui namja belo itu cukup mahir dalam bermain. Dan lawannya yang cukup tangguh adalah Key, meskipun tetap saja namja itu sepertinya bahkan lebih unggul dibanding Key. Tentu saja, bandingkan saja ukuran tubuhnya, namja itu lebih tinggi dan lebih berotot daripada Key. Sudah pasti namja belo itu akan jadi bintang lapangan hari ini, bahkan para yeoja lebih bersorak mendukungnya ketimbang tim sekolah kami. Dasar para supporter penghianat. Untung saja ini hanya pertandingan persahabatan, jadi masih bisa dimaklumi kalau supporter lebih memperhatikan wajah-wajah para pemain dibanding permainannya. Pantas saja anggota tim basket tampan-tampan, sehingga bisa menarik lebih banyak supporter dengan wajah mereka.
            Namja itu menengok ke arahku, rambut gondrongnya yang basah oleh keringat membuatnya terlihat lebih keren. Ia sedikit tersentak melihatku, kemudian ekspresinya berubah, tak bisa kuartikan.
            Pertandingan telah usai dan kulihat kedua tim saling mengobrol termasuk namja belo dengan Key. Mereka terlihat cukup dekat, apa ya yang sedang mereka bicarakan?

Minho POV
            Jadi yeoja itu sekolah di sini. Key kenal tidak ya padanya?
            “Permainan yang bagus, kawan,” puji Key. Kutahu bahwa ia sebenarnya merasa kesal karena sering kalah dariku. “Kau juga. Oh iya, kau kenal Bae Sue Ji?” tanyaku.
            “Bae Sue Ji? Sepertinya tidak. Lagipula aku kan tidak hafal nama siswa di sini satu-persatu,” jawaban yang masuk akal. “Oh, begitu,” sahutku datar. Taemin, ayo ke kantin. Aku ingin mencicipi makanan di kantin sekolah ini. “Ne, hyung. Kajja !”

Author POV
            Minho dan seorang namja imut terlihat membawa nampan makanan dan menghampiri dua orang yeoja yang sedang asik mengobrol di kantin. Salah seorang dari yeoja itu menyadari kehadirannya dan berkata pada temannya, “Sue Ji, sepertinya aku mulai percaya bahwa namja yang tadi kau tunjuk adalah namja yang kemarin kau ceritakan,” ujar gadis itu pada temannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kedua namja tampan yang kini berdiri di hadapan mereka. “Tentu saja aku benar. Mana mungkin aku salah lihat? Dia memang tampan, tapi aku menyesal telah menggambarnya. Coba kalau tidak kulakukan, pasti aku tidak akan merasa risih setiap bertemu dengannya, atau seandainya aku tak mengizinkannya mengambil buku sket...” celotehan Sue Ji berhenti setelah mengikuti arah tatapan Nana yang kini mengarah pada seseorang. Tidak. Dua orang. Sue Ji menepuk-nepuk bibirnya, menyesali apa yang barusan ia katakan pada Nana yang pasti kini sudah didengar oleh namja itu.
            “Boleh kami duduk di sini?” tanya si namja berambut jamur, yang dijawab dengan anggukan oleh Sue Ji dan Nana. “Kajja, hyung.” Yang diajak duduk mengangguk.
            “Kenalkan, joneun Lee Taemin imnida. Ini seniorku, Choi Minho,” mendengar perkataan namja itu Sue Ji semakin kaget. Taemin ! Namja belo itu – Minho – pernah bilang kalau banana milk itu milik Taemin. Apakah Taemin yang ini? Pikir Sue Ji. Ia kalut sekali tatkala mengintip Minho yang mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sue Ji memejamkan matanya, “Bae Sue Ji. Benar?” pertanyaan Minho lebih terdengar seperti pernyataan. “Kalian saling kenal?” tanya Taemin penasaran. “Tidak” “Ya” jawab Minho dan Sue Ji bersamaan. “Ne,” akhirnya Sue Ji mengangguk. “Dia sering belanja di toko Eommaku,” Minho menunjukkan ekspresi tak peduli dengan jawaban Sue Ji, sepertinya ia kurang puas dengan jawaban tersebut.
            “Toko? Minho hyung sering membelikanku banana milk setiap belanja di malam hari. Hehe” kata Taemin sambil terkekeh. Menunjukkan gigi-gigi putihnya. Sue Ji semakin lemas mendengar pernyataan Taemin. Tentu saja ia sudah tau mengenai Minho yang sering membelikannya banana milk.
            Melihat Minho yang hendak membuka mulut, Sue Ji menendang kakinya. Tanpa mengintip ke bawah meja pun Minho tau siapa yang telah menendang kakinya. Akhirnya ia kembali tutup mulut. Bukan karena takut ditendang, ada alasan lain yang menurutnya cukup menyenangkan untuk dinegosiasikan dengan yeoja di hadapannya ini.
            Taemin sepertinya merupakan orang yang supel. Ia mengobrol banyak dengan Sue Ji dan Nana. Sedangkan Minho? Ia hanya menikmati makanannya tanpa merasa tertarik untuk ikut nimbrung. Akhirnya ia menghabiskan makannya duluan. “Taem, aku duluan. Ada sedikit urusan,” kata Minho yang berdiri meninggalkan ketiga orang yang sedang mengobrol. “Ne,” sahut Taemin singkat dan kembali meneruskan obrolannya. Terlihat Minho yang menunjuk Sue Ji kemudian mengisyaratkan agar mengikutinya. Setelah Minho keluar dari pintu kantin, Sue Ji menyusulnya dengan alasan ingin ke toilet.
            Sue Ji menghampiri Minho yang sedang berjalan meninggalkan kantin. “Ya !” panggilnya. Minho tak menghentikan langkahnya dan terpaksa Sue Ji berjalan cepat menyusulnya. “Kembalikan buku sketsaku !” tagih yeoja itu. “Aku tak membawanya,” sahut Minho enteng. “Lalu kenapa kau menyuruhku menyusulmu?” Sue Ji berusaha mengimbangi langkah Minho yang lebar walau santai namun harus diimbanginya dengan berjalan cepat karena kakinya tak sepanjang kaki Minho. “Kau mau bukumu kembali?” Sue Ji mengangguk cepat. “Dan kau tak ingin aku menceritakan mengenai gambar itu pada siapapun?” ia mengangguk lagi, wajahnya sumringah, merasa Minho akan segera mengembalikan buku sketsanya. “Tahukah kau bahwa aku tidak suka digambar yang aneh-aneh?” Minho mulai memelankan langkahnya sehingga yeoja itu tak kesulitan lagi mengimbangi langkahnya. “Lalu kau maunya apa?” sergah Sue Ji cepat. “Ada syaratnya,” jawab Minho mantap. “Apa syaratnya?” tanya Sue Ji jengah, merasa namja ini terlalu memanjangkan masalah.
            “Kau kenal Key? Buat ia jadian dengan dongsaengku.”
            “Hah???”

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...