Selasa, 27 Desember 2011

You're My Pet

Hai..hai..haaaaaiiiii......
Ada yang udah nonton film barunya abangku? #plak
Ini dia filmnya... You're My Pet
Kemarin seharian nyari subtitle bahasa indonesianya berjam-jam ga ketemu-ketemu. Eh justru malah dapet pengetahuan baru yaitu Cara Mengubah Subtitle Indonesia. Yap ! Akhirnya aku cari subtitle english nya dan ngikutin tips tersebut. Sekarang aku berbagi untuk kalian. Semoga bermanfaat ^^






Details
Title          : You're My Pet / You Are My Pet
Japanese Title : きみはペット
Also Known As  : Neoneun Pet / 너는 펫 
Date Release   : 2011
Language       : Korean
Genre          : Melodrama, Romance
Directed by    : Kim Byung-Kon
Server         : Indowebster, Mediafire, Enterupload, Megaupload
More Info      : http://asianmediawiki.com/You%27re_My_Pet_%28Korean_Movie%29




[Teaser] You're My Pet (너는 펫) - Korean Movie 2011 



Sinopsis :
Film Korea You Are My Pet ini bercerita tentang seorang wanita bernama Ji Eun diperankan oleh Kim Ha Neul yang menemukan seorang pria bernama In Ho diperankan oleh Jang Geun Suk di dalam sebuah box didepan rumahnya.  Kemudian wanita bernama Ji Eun tersebut membawa pria yang bernama In Ho tersebut dan merawat serta menjaganya.  Wanita itu selalu bercanda dengan menjadikan laki-laki tersebut sebagai peliharaannya, karena mengingatkan anjing peliharaannya.  Laki-laki itu setuju untuk dirawat oleh Wanita tersebut.  Bagaimana cerita kelanjutannya, silahkan saksikan saja ya di bioskop Korea dan Jepang, dan untuk di Indonesia sendiri belum diketahui apakah akan ditayangkan atau tidak, tetapi apabila penasaran bisa menonton melalui DVD saja.Film ini sendiri dibuat berdasarkan sebuah komik manga Jepang yang menceritakan tentang seorang wanita karier yang selalu dipuji karena kecantikan dan kecakapannya di tempat kerja. Namun sayang, ia selalu tak berkutik jika dihadapkan dengan masalah cinta.  Komik Manga Jepang ini sendiri berjudul Kimi wa Pet yang terbit sekitar tahun 2000 sampai 2005.

Minggu, 25 Desember 2011

What Love’s Like? – Part 4


Tittle                : What Love’s Like? – Part 4
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum “Key”, Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee, Bae Suzy, Choi Minyoung (OC)
Length             : ?
Rating              : PG-15



Sue Ji POV
            Hari ini aku pulang bersama Key. Jangan salah sangka dulu. Apalagi untuk iri. Karena aku bukan berkunjung sebagai teman apalagi kekasih melainkan seorang pengganti pembantunya. Bukan berarti aku pembantu loh ! Dia kan tak menggajiku.
            Aku masuk ke dalam mobil keren Key. Tak pernah kubayangkan bisa semobil dengannya. Kali ini sebaiknya kulupakan dulu sejenak tujuanku ke apartemennya. Lebih baik menikmati saat-saat bersama namja idamanku yang tak mungkin kudapatkan #lebay
            Kuperhatikan isi mobilnya, terdapat banyak pernak-pernik Sponge Bob dan hal-hal bernuansa basket. “Kau suka Sponge Bob?” tanyaku dengan pandangan masih menjelajah isi mobilnya. Sesekali aku meliriknya yang sedang serius menyetir sambil menikmati alunan musik. Tanpa mengeluarkan suara apapun dari mulutnya, ia hanya mengangguk.
            Tak lama kemudian kami tiba di tempat tujuan. Ia turun pertama. Disusul oleh aku yang membawakan tasnya. “Kajja !” ajaknya. Kami naik lift menuju lantai tiga kemudian tiba di depan pintu apartemennya.
            Ketika masuk kudapati di apartemen Key tak ada siapapun. Artinya hanya ada kami berdua. Keluarganya ke mana ya? Padahal aku penasaran seperti apa rupa orang tua Key sampai bisa melahirkan namja setampan ia. “Orang tuamu sedang tidak ada?” tanyaku.
            “Mereka tinggal di Shanghai. Aku tinggal sendiri,” jawabnya sambil mengambil minuman dingin dari kulkas. ”Oh iya, penyedot debunya ada di sana,” katanya sambil menunjuk ke sebuah pintu yang menurutku adalah gudang. “Ne,” sahutku sambil cemberut menuju pintu tersebut. “Ia bahkan tak menawariku untuk duduk dan sekedar minum air putih,” omelku sambil berbisik agar tak terdengar olehnya.
            Akhirnya aku membersihkan tempat tinggal Key. Tak lupa kuamati setiap benda yang ada di sini, termasuk foto-fotonya. “Bukankah ini Kim Jonghyun sunbae?” tanyaku pada Key sambil menunjuk fotonya yang sedang berdua dengan Jonghyun sunbae – salah seorang sunbae populer di sekolahku. “Ia sepupuku. Tinggal di sebelah,” jawabnya.
            Kulihat lagi, ada sebuah foto Key bersama tim basket semasa SMP. Eh, sepertinya sekilas aku melihat seseorang yang kukenal di foto itu. Bukan Key, tapi namja di sebelah kirinya. Namja itu sedang merangkul Key di kanan dan seorang yeoja di sebelah kirinya. Choi Minho. Namja jangkung+belo itu. Pantas saja mereka saling kenal. Eh, tapi yeoja di sebelah Minho itu siapa ya? Dengan senyum manisnya ia terlihat saaaangat cantik. Sepertinya ia bukan pemain basket karena ia satu-satunya yang memakai seragam sekolah. Jangan-jangan ia adalah yeojachingu Minho? Mata mereka sama-sama belo dan senyumnya pun mirip. Aigoo...pasangan yang serasi.
            “Itu Minho, yang kemarin tanding basket di sekolah kita. Kau ingat?” katanya mengagetkanku. Aku mengangguk. “Lalu dia?” tanyaku sambil menunjuk yeoja cantik tadi.
            “Dia adalah Choi Minyoung, yeodongsaeng Minho,” jawabnya. Aku hanya menanggapi dengan ber-oh ria.
            Eh ! Dongsaeng Minho? Jadi, gadis ini yang bahkan tak dilirik oleh Key? Waduh....jangan-jangan Key katarak?
            “Tidakkah ia cantik, Key?” tanyaku seusai besih-bersih. Saat ini kami sedang masak berdua, nampaknya ia jago masak. “Nugu?” Key balik bertanya.
            “Choi Minyoung. Ia mirip sekali dengan Minho,” jawabku. Aku sedang berusaha mencari tau pendapat Key mengenai Minyoung. Kalau kurang cantik itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.
            “Memang cantik. Memang kenapa? Kau suka?” tanya Key balik. “Mwo? Suka? Aku masih normal, Key. Memangnya tidak boleh memuji sesama yeoja? Jangan-jangan kau yang suka?” godaku. Bagus, Sue Ji ! Pancing terus !
            “Aku? Suka pada bocah itu? Yang benar saja ! Dia bahkan lebih manja dari anak umur 5 tahun,” keluhnya.
            Tanpa kusadari ternyata sedari tadi kami memasak sambil mengobrol banyak hal. Ternyata Key tidak seburuk dugaanku. Buktinya aku bisa mengobrol banyak hal dengannya. Kami mulai sedikit akrab. Sedikit.

Author POV
            Setelah bersih-bersih dan masak bersama Key, Sue Ji pulang dan menggantikan pekerjaan eomma-nya di toko.
            Pukul 8 malam, seperti biasa Minho akan datang.
            “Bagaimana?” tanya Minho. Sue Ji sudah mengerti akan hal yang ditanyakan oleh Minho.
            “Dongsaengmu cantik sekali. Tapi sayang ya pantas saja Key tak mau dengannya karena Key tak menyukai sifat kekanak-kanakannya,” jelasku singkat. Minho nampak kecewa.
            “Untuk sementara ini baru itu saja yang bisa kulakukan. Aku tak bisa berbuat banyak. Kau tau sendiri kan ia bahkan baru tau namaku,” kataku lagi. Ia terlihat pasrah kemudian pulang setelah membayar belanjaannya.

Minho POV
            “Untuk sementara ini baru itu saja yang bisa kulakukan. Aku tak bisa berbuat banyak. Kau tau sendiri kan ia bahkan baru tau namaku,” kata Sue Ji. Sebenarnya aku tak bisa mengandalkan dia sepenuhnya. Aku bahkan tak yakin ia akan bisa membuat Key menyukai dongsaengku. Terlebih karena sifat kekanak-kanakkannya yang terkadang membuatku repot. Tapi mau bagaimana lagi, dia kan dongsaengku dan aku oppanya. Semanja apapun aku tetap menyayanginya dan tak tega kalau ia harus bersedih. Selain itu aku juga melakukan ini demi Key agar ia bisa melupakan yeoja itu.
            Ya. Yeoja itu, yang menyebabkan Key enggan mempunyai yeojachingu hingga saat ini.

Author POV
            Kriiiiiiiing....!!! Telepon rumah Key berbunyi. Dengan segera Key mengangkatnya.
            “Yeoboseyo?”
            Hening di seberang sana.
            “Yeoboseyo? Ini siapa? Yeob..” klik. Telepon ditutup. “Aneh,” gumam Key. Ia berpikir mungkin itu ulah orang iseng atau salah seorang siswi yang menyukainya. Ingat kan Key itu populer?

*
            Hari Minggu, Sue Ji sedang asik memilih komik di toko buku. Tak lama kemudian ponselnya berdering dan kontan membuat para pengunjung menatapnya risih. “Mianhamnida..” bisik Sue Ji kepada para pengunjung toko, ia segera berjalan ke pojok dan melihat nama peneleponnya : Key.
            “Yeob..”
            “Lama sekali sih mengangkatnya?!” omel Key tanpa mempedulikan salam si penerima telepon. Sue Ji mencibir kesal.
            “ Ck ! Aku sedang di perpustakaan, bawel !” desis Sue Ji.
            “Aku tak bertanya kau dimana. Belikan aku minum,” pinta Key.
            “Minum? Ya ! Kau menggangguku hanya untuk menyuruhku beli minuman untukmu? Yang benar saja, berhenti bercanda, Key,” elak Sue Ji.
            “Bercanda? Sudahlah cepat belikan aku minum. Aku lupa bawa minum untuk latihan. Memangnya kau mau tanggung jawab kalau aku dehidrasi?” paksa Key. Sue Ji mendengus kesal. “Huh ! Arasso, kau latihan di mana?” tanya Sue Ji setengah membentak. Para pengunjung langsung ber-“Sst”-ria mendengar bentakan Sue Ji. Tanpa basa-basi Sue Ji buru-buru meninggalkan tempat tersebut sebelum ia diusir.
           
*

            Sue Ji berjalan memasuki tempat di mana Key dan teman-temannya sedang berlatih.
            “Key !” panggil Sue Ji. Yang dipanggil malah pura-pura tak mendengar. “KEY !” panggil Sue Ji lagi, kali ini ia berteriak. Key tetap pura-pura tak mendengarkan.
            “YA KIM KIBUM ! KEY !” Sue Ji kehabisan kesabaran, nyaris melempar minuman yang dibawanya ke arah namja yang sedari tadi mengacuhkannya. Namun diurungkannya niat itu karena akhirnya permainan selesai, Key dan teman-temannya beristirahat. Ia segera menghampiri Key yang bemandikan keringat. Melihat Sue Ji, Key menengadahkan tangan. Yeoja di hadapannya cemberut sambil memberikan kantung berisi dua botol isotonik.
            Seorang namja disusul teman-temannya baru datang dan menghampiri Key. “Sudah pemanasan rupanya,” kata suara berat di belakang Sue Ji. Jantung Sue Ji langsung berdegup kencang mendengar suara itu. Ia hafal benar siapa pemiliknya hingga si pemilik suara berdiri di sebelahnya.
            “Minho?” Sue Ji berusaha bersikap biasa. Tanpa sepengetahuan Key, Minho mengedipkan sebelah matanya kepada Sue Ji – sebagai isyarat agar Sue Ji tidak keceplosan mengenai perjanjian mereka. Sue Ji tersenyum tanda mengerti.
            “Annyeong Sue Ji noona,” sapa Taemin. “A-annyeong,” balas Sue Ji. “Sedang apa kau di sini? Ah...mau melihat kami latihan ya? Kau dukung siapa?” borong Taemin membuat Sue Ji bingung harus menjawab apa.
            “Dia budakku,” ujar Key akhirnya. Membuat Sue Ji dan Taemin serentak kaget. “Karena dia adalah budakku maka ia harus mendukungku,” tambah Key lagi. Kemudian ia tersenyum tengil sambil melihat Sue Ji yang juga sedang menatapnya garang. Taemin yang menyaksikan keduanya memandang Minho penuh tanya, Minho hanya mengangkat bahu, enggan ikut pusing karena tanpa sepengetahuan Taemin maupun Key ia sudah tau mengenai perbudakan ini.
            Key menyudahi adu tatapnya dengan Sue Ji. Beralih menatap Minho, “Oh iya, tidakkah kau mengenalnya? Seingatku kau pernah menanyakan orang bernama Bae Sue Ji di sekolahku. Apa dia orangnya?”
            “Hmm..begitulah,” jawab Minho tak pasti. Key memutuskan bahwa katidakpastian itu adalah “iya” versi Minho.
            “Key, Minho, Taemin, kalian sedang apa? Istirahatnya sudah selesai, ayo main lagi !” panggil Onew dari tengah lapangan. Akhirnya Sue Ji ditinggal sendiri di bangku penonton.

Sue Ji POV
            Tsk ! Apa-apaan sih dia mempermalukanku di hadapan Taemin, menyebalkan ! Key, kau menyebalkan ! Minho juga, ia sepertinya enggan mengakui kalau kami saling kenal.
            Santai, Sue Ji. Ini hanya bagian dari perjanjian. Seminggu. Hanya seminggu. Ah, benar ! Bagaimana dengan Minyoung? Aku bahkan tak tau cara membuat ia bisa dekat dengan Key. Aigoo... membuatku pusing. Lebih baik aku melihat mereka latihan saja. Jarang-jarang kan bisa dapat kesempatan jadi penonton tunggal.
            Taemin bermain dengan gesit. Ya, nampaknya hanya ia saja namja tampan yang berperilaku baik. Ia juga imut.
            “Hwaiting, Taemin !” teriakku menyemangati. Key dan Minho langsung memelototiku. Eh, Minho? Rupanya ia juga ingin kusemangati. Haha *pede*
            Tuk..tuk...tuk... terdengar suara hak sepatu menuju ke arahku. Penasaran, aku menengok ke sumber suara. Dia...

            Author POV
            Seorang yeoja cantik, dengan tubuh langsing dan dandanan rapi memasuki ruangan dan duduk tak jauh dari tempat Sue Ji duduk. Sue Ji sempat terpana melihatnya. Yeoja ini, benarkah Key bahkan tak meliriknya? Kalau iya, apalagi aku. Key pasti benar-benar menganggapku sebagai seorang budak, pikir Sue Ji.
            “Key oppa, Minho oppa, hwaiting !” teriak yeoja tersebut. Minho tersenyum melihat adiknya, namun Key bahkan tak menengok sedikitpun.
            Tak lama kemudian permainan berakhir. Key berjalan ke tempat Sue Ji duduk kemudian duduk di sebelahnya. Minyoung mengikuti dengan duduk di sebelah Key.
            “Ini, oppa. Kubawakan minum,” tawar Minyoung. Namun Key malah mengambil botol minum di tangan Sue Ji.
Minho menghampiri mereka. “Minyoung, kau datang rupanya,” sapa Minho pada dongsaeng kesayangannya tersebut. “Ne,” sahut Minyoung murung. Ia menatap sebal pada Sue Ji. Melihat yeoja itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sue Ji yang merasa sedang dinilai oleh Minyoung merasa tidak nyaman. Minho yang mengetahui hal tersebut segera menyikut Taemin. Mengerti dengan isyarat seniornya, Taemin berusaha mencairkan suasana.
"Minyoung-ah, kudengar kau jadi cover girl. Chukae... Bagaimana kalau kau mentraktir kami?” tanya Taemin riang. Wajah Minyoung sumringah, “Ne. Hehehe... Ah, bagaimana kalau kita makan di temp...”
“Ayam !” teriak Onew. Semua mata langsung menuju ke sumber suara. Kaget dengan teriakannya yang tiba-tiba. Sebenarnya hal ini sudah biasa. Ketika mendengar tentang makan, yang pertama kali terpikirkan oleh Onew adalah ayam, maka ia akan refleks berteriak “Ayam !” dengan penuhn semangat.
Karena tidak ada usul lain, sesuai keinginan Onew mereka semua pergi ke restoran ayam cepat saji. Sue Ji dan Key juga ikut atas paksaan Taemin.
*
Setibanya di restoran, Minyoung segera ambil ancang-ancang untuk duduk di sebelah Key. Minho tersenyum, ia duduk di sebelah Sue Ji, membuat jantung Sue Ji nyaris copot menyadari Minho di sebelahnya.
“Minho, apa kau yakin Key bisa menyukai Minyoung? Key bahkan tak memandangnya sedari tadi,” bisik Sue Ji. Minho hanya mendesah pelan. “Bisa tidak kita bicarakan ini nanti malam?” pinta Minho. Sue Ji mengangguk pelan.
“Oppa, makanlah yang banyak. Kau pasti lelah sehabis latihan bukan?” tanya Minyoung namun tak ditanggapi oleh Key.
“Minyoung, ayam lebihnya boleh untukku tidak? Daripada tidak ada yang makan, mubajir.” pinta Onew. Sambil cemberut, Minyoung menyerahkan dua potong ayam yang belum disentuh oleh siapapun.
Mungkin bagi teman-teman Key dan Minho kejadian – Minyoung lengket sekali pada Key – ini sudah biasa. Tapi bagi Sue Ji, ia tak menyangka yeoja secantik Minyoung ternyata mempunyai tabiat buruk. Contohnya saja saat mereka berjalan tadi, Minyoung terus saja bergelayut di tangan Key. Bahkan sepertinya Minyoung cemburu padanya. Setiap Key dekat dengan Sue Ji – walau sedetik – pasti Munyoung akan menjauhkan mereka. Tak tahukah ia bahwa Sue Ji adalah budak Key? Sepertinya ia belum tau. Seandainya ia tau pun, usahanya menjauhkan Key dari Sue Ji pun akan semakin gencar.
Onew makan dengan lahap, hal ini juga baru bagi Sue Ji. Sosok Onew sebagai salah satu namja populer di sekolah tidak seperti ini. Ia tampan, pintar, jago main basket, hanya saja ia cukup pendiam. Melihat betapa rakusnya ia ketika menghadapi ayam mungkin akan membuat para yeoja ilfil, atau ia justru terlihat lucu seperti anak kecil?
Bagi Sue Ji, walaupun hanya sebagai budak Key, ia senang bisa makan bersama Key, Minho, dan teman-teman mereka. Walau ia merasa kalau Minyoung kurang menyukainya, tapi mungkin suatu hari jika misinya berhasil Minyoung akan sangat berterima kasih padanya. Semoga saja..
Usai makan-makan Sue Ji, Minho, Key, Minyoung, Taemin, Onew, Taecyeon dan Junho bersiap pulang. Ketika di ambang pintu restoran, mereka berpapasan dengan seorang yeoja yang membuat Key tiba-tiba mematung, disusul oleh Minho dan Onew yang tekejut melihat yeoja tersebut. Yang lain bingung melihat kelakuan Key dan ketiga orang tersebut.
Merasa diperhatikan, akhirnya yeoja itu melihat ke arah rombongan di sampingnya. Ikut terkejut melihat salah seorang di antara rombongan itu.
“Kim Kibum-ssi?” terka yeoja itu. Key masih mematung. Perasaannya campur aduk antara senang tapi benci. Ya, ia memiliki cukup banyak alasan untuk membenci yeoja di hadapannya. Mau tau apa alasannya? Tunggu di part selanjutnya ! See you readers ^^

T B C

Rabu, 14 Desember 2011

Why?



Why?
The only word that thought by me is "why"
I'm afraid to answer. I'm a coward. That's why I'm a fool.
This is me. This is who I am. And this is what have been given by God.
This is my life !
Now tell me, what should I do now?
Should I runaway? Should I?
Even if I run, this is my life. STILL my LIFE !
I can't run from my life.
Cause my life is me.
Cause our life just like shadow. It'll go wherever we go.
Even in the dark we couldn't see it, it's still with us.

What Love’s Like? – Part 3

Tittle                : What Love’s Like? – Part 3
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum “Key”, SHINee, Bae Suzy
Length             : ?
Rating              : PG-15

Annyeong ! Adakah yang menantikan kemunculan ff ini? Mian kalo lama. Maklum minggu kemarin kan UAS #alibi





Sue Ji POV
“Kau kenal Key? Buat ia jadian dengan dongsaengku,” kata namja ini enteng.
            “Hah? Bukankah itu terlalu berlebihan hanya untuk sebuah buku? Ya sudah buku itu untukmu saja, aku sudah beli yang baru,” jawabku sambil meninggalkannya. Enak saja, aku saja tidak begitu dekat dengan Key, seandainya bisa pun pasti sudah kujadikan ia namjachinguku dari dulu, bagaimana bisa aku menjadikannya namjachingu dari dongsaengnya Minho?
            “Kau ingin Key tau mengenai gambar ‘itu’? Ah.. bagaimana dengan Taemin? Kau ingin aku memberitahukannya sehingga ia akan menertawakanmu?” tanyanya yang sukses membuatku menghentikan langkah dan berbalik ke arahnya yang kini menunjukkan ekspresi kemenangan. Baiklah tuan Choi, kau selalu menang.
            “Bagaimana caranya?” tanyaku. Saat ini kami bedua sedang berada di tangga sekolah. “Terserah kau. Dongsaengku sudah berusaha keras mendekati Key tapi tak mendapat respon sedikitpun darinya,” jawabnya gusar. Nampaknya ia saking sayang pada adiknya sampai rela membantunya mendapatkan namjachingu. “Mengapa tak kau saja? Bukankah kalian berteman?” tanyaku lagi yang mulai merasa permintaannya sungguh mustahil dilakukan olehku yang notabene tak begitu mengenal Key seperti ia mengenalnya. “Key bahkan mungkin tidak tau namaku,” gumamku. “Memang,” ujar si Minho yang bagiku kini ia mulai menyebalkan. Lagipula tanpa ia perjelas pun aku sudah tau Key tak tau namaku, aku hanya berusaha menghibur diri dengan mengatakan ‘mungkin’.
            “Seandainya aku bisa, pasti sudah dari dulu ia jadian dengan dongsaengku. Lagipula aku kan bukan mak comblang,” jawabnya. “Mengapa tidak bisa? Lagipula aku juga bukan mak comblang, jadi mana bisa aku membuat mereka pacaran,” kataku sewot. “Pokoknya lakukan saja. Mana ponselmu?” pintanya. Aku mengeluarkan ponselku, ia cepat-cepat merebutnya dan menulis nomor ponsel – sepertinya nomor ponselnya – kemudian mengembalikannya padaku. “Lewat SMS saja kita bicarakan lagi. Aku sibuk,” ujarnya menutup pembicaraan kami. Memang sih dari tadi kami hanya membuang-buang waktu dengan saling diam dan setiap kali bicara pasti hanya akan membuatku semakin kesal. Tapi entah mengapa aku merasa senang bisa mengobrol dengannya, bahkan mendapatkan nomor ponselnya. Hanya saja masih ada satu masalah : Key.
Key memang tak mengetahui namaku, tapi kalau melihat wajahku mungkin saja ia akan ingat kejadian tabrak-menabrak itu dan bukannya berhasil, rencana kami mungkin saja gagal lalu Minho akan mempermalukanku. Lagipula sejelek apa sih dongsaengnya Minho sampai-sampai Key bahkan tak meresponnya sama sekali? Kuasumsikan wajahnya pasti jelek, Key kan namja populer, bisa hancul lebur imagenya jika punya pacar yang (maaf) tidak cantik. Ia pasti punya standar tersendiri. Apakah asumsiku terlalu berlebihan?
            Aku berjalan menuju kelasku sambil memainkan ponselku, masih tidak percaya kalau aku punya nomor seorang namja yang selalu kuidam-idamkan, walau tujuan ia memberikan nomornya bukan benar-benar untukku tapi demi dongsaengnya. Aku senyum-senyum sendiri, tak memperhatikan jalan sampai seseorang menghalangi jalanku. Aku bergerak ke kiri, ia ikut ke kiri, aku ke kanan, ia ke kanan. Sepertinya ia seorang namja dan ia memakai baju basket tim sekolah kami. Basket? Jangan-jangan...
            “Jumpa lagi nona...” kata namja tersebut membuatku bergidik. Aku setengah kagum setengah takut melihatnya. Kalian pasti sudah mampu menebak siapa yang ada di hadapanku ini. Key. Aku mendongak, dan memang benar dia adalah Key. Aku hendak kabur, tapi sialnya kakiku seakan terpaku pada tempatnya, menyuruhku bertanggung jawab atas kesalahanku kemarin-kemarin.
            Kemudian ia bersandar pada dinding koridor, masih dengan tatapan mengarah padaku. “Jadi, ada yang ingin kau katakan?” tanyanya dengan posisi berpangku tangan dan punggung yang bersandar pada dinding. Aku menundukkan kepala. Tatapannya benar-benar setajam silet dengan mata kucingnya yang semakin memperkuat kesan angkuh pada dirinya. Entah mengapa aku begitu tertarik pada namja ini. Mungkin karena ketampanan serta kepopulerannya. Tak bisa kupungkiri, aku pun yeoja normal yang sangat senang melihat namja tampan. Masalahnya adalah bahwa aku terlalu berlebihan dalam menjaga image-ku walau aku sudah tau kalau Key bahkan tau namaku pun tidak, maka image-ku tak akan berpengaruh baginya.
            “Mianhae, aku tak bermaksud sungguh-sungguh waktu mengataimu pervert. Aku hanya keceplosan,” ujarku dengan nada menyesal. Kulirik wajahnya, ia nampak belum puas dengan permintaan maafku. “Masih kurang. Bagiku, tuduhan anehmu itu sangat tidak menyenangkan. Mungkin saja saat itu ada orang yang mendengarmu mengataiku pervert dan beranggapan bahwa aku benar-benar mesum seperti tuduhanmu. Kau bahkan menabrakku dua kali. Dua kali ! Sepertinya memang kau saja yang suka bertabrakan denganku atau kau yang pervert sih?” Apa? Dia menuduhku pervert? Aku tau dia tampan tapi aku tak tau bahwa ia sangat bawel dan caranya menjaga image terlalu berlebihan. “Pervert katamu? Ya ! Lagipula yang waktu itu melihat kejadian itu kan hanya satu orang dan dia adalah temanku yang tak akan menyebarkannya pada siapapun. Dan aku tidak pervert. Untuk apa aku menabrakmu? Jadi menurutmu aku suka menabrak-nabrak? Justru aku yang sedang jalan dan kau yang menabrakku. Aish...menyebalkan !” untung saja koridor ini cukup sepi dan kebetulan tidak ada yang lewat sehingga baku bentak antara kami tidak akan disaksikan oleh siapapun.
            “Pokoknya aku tidak mau tau. Aku tidak suka. Bahkan kau yeoja pertama yang menghinaku dengan tuduhanmu itu,” bentaknya. “Aku kan sudah minta maaf. Lantas aku harus bagaimana? Menjadi budakmu agar kau bisa menganggap urusan kita impas?” tanyaku tak sabar. Tentu saja aku hanya berkonotasi agar ia berpikir untuk memaafkanku. Aku tak mau memperpanjang urusan.
            Ia terlihat berpikir sejenak, kemudian sebuah lampu keluar dari puncak kepalanya. TING ! Sepertinya ia mendapat pencerahan. Aku tak sabar menanti keputusannya.
            “Baiklah, sepertinya idemu bagus juga,” katanya dengan nada yang tenang, tidak membentak seperti tadi lagi. “Ide yang mana? Aku tak mengusulkan ide apapun,” ujarku heran.
            “Kau harus jadi budakku,” katanya mantap. Gurat-gurat keangkuhan di wajahnya tegambar jelas.
            MWO??? Perjanjian aneh macam apa lagi ini? Apakah aku boleh berteriak sekarang? Ottokhe???????

Author POV
“MWO? Ya ! Apa maksudmu? Aku kan hanya bercanda, tidak bermaksud sungguhan menawarkan diri menjadi budakmu. Dan... Hellooo... tidakkah istilah ‘budak’ terlalu berlebihan?” protes Sue Ji yang menyesali mengapa Key menganggap serius hiperbola yang terlontar dari mulutnya tadi. Ia mulai bingung sebenarnya siapa yang bodoh? Ia atau Key?
“Kenapa? Idemu tidak buruk kok. Sepertinya menarik untuk memiliki seorang... kau-tau-apa,” Key melontarkan alasan yang bagi Sue Ji sangat tidak masuk akal. ‘menarik’ menurut Key di sini adalah dalam artian sepihak. Artinya hanya Key saja yang menganggap ini menarik. Sedangkan bagi Sue Ji ini adalah sebuah kesialan. Eh? Ngomong-ngomong mengenai perjanjian, Sue Ji tiba-tiba ingat perjanjiannya dengan Minho. Sepertinya ada keuntungan yang bisa diambilnya. Dengan menjadi ‘suruhan’nya Key, ia bisa selangkah maju untuk memuluskan rencananya dengan Minho. ‘Mungkin inilah yang disebut sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui,’ benak Sue Ji.
“Baiklah. Aku setuju,” jawab Sue Ji yang membuat Key menjadi sedikit terperangah karena ia bahkan sempat tak yakin yeoja ini akan  menyetujuinya. Segera ia mengubah ekspresinya menjadi angkuh kembali, “Deal,” ucapnya sambil melangkah pergi.
“Oh iya, mana ponselmu?” tanya Key sambil berbalik ke arah Sue Ji. “Eoh?” Sue Ji menjadi bingung. “Bagaimana aku bisa menyuruhmu kalau aku bahkan tidak bisa menghubungimu?” jelas Key yang dimaksudkan agar Sue Ji tidak kegeeran. Dengan sedikit terpaksa  karena ternyata ponselnya hanya sebagai perantara antara ia dan ‘majikan’nya.
“Nih,” seraya mengembalikan ponsel Sue Ji, kemudian pergi lagi. Tapi lagi-lagi berbalik setelah mendengar Sue Ji memanggilnya, “Chamkamman!”
“Apa lagi? Aku sibuk, kau hanya membuang-buang waktuku saja.” Sue Ji yang mendengar nada ketus pada ucapan Key mulai ikut jengkel. “Aku hanya ingin bertanya, harus berapa lama aku, ehem...” Sue Ji berdehem agar Key mengerti maksudnya. “Oh, itu. Dua minggu,”
“MWO? Ya ! Memangnya kau mau menggajiku berapa hah?!? Kau ! Hey kau ! Ya ! Ya ! Keeeeeeeeeeeey !!!” Sue Ji meraung-raung tak jelas memanggil Key yang terus berjalan meninggalkannya. Ia tak akan menyangka bahwa keputusannya benar-benar merupakan petaka.
Di tangga Key berhenti sejenak mengingat nama yang tertera pada name tag yeoja tadi, “Bae Sue Ji. Bukankah tadi Minho menanyakan nama itu? Apakah Sue Ji yang tadi?” gumamnya. Sambil berpikir ia kembali berjalan menuju lapangan di mana kedua tim sudah berkumpul.

*

Sue Ji POV

Saat pulang sekolah...

* 1 Received Message
       From    : No Name
       Ke kelasku sekarang !

            “Nomor siapa ini? Jangan-jangan salah kirim,” gumam Sue Ji setelah membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Ia memutuskan untuk membalas pesan tersebut.

       To        : No Name
       Nuguseyo?

* 1 Received Message
       From    : No Name
       Key. Lambat sekali sih !

            Pesan kedua sukses membuatku mendengus. Kutambahkan nomornya ke contact list kemudian beranjak ke kelasnya dengan setengah berlari.
            Key sudah stand by di kelasnya sambil memasang wajah kesal. Aku maju ke arahnya dan bertanya, “Ada apa?” ia malah semakin cemberut, “Bawakan barang-barangku,” ujarnya kemudian menunjuk bola basket dan tasnya yang berada di atas meja. Awalnya aku hendak menyanggah, tapi melihat death glare-nya akhirnya aku menyerah saja. Lagipula ini sudah keputusanku, mau tidak mau harus kukerjakan.
            Kami – Key di depan dan aku di belakangnya – berjalan menyusuri koridor sekolah menuju area parkir di mana terdapat mobil Key.
            Setibanya di parkiran Key langsung masuk ke dalam mobilnya dan membiarkan aku berdiri di luar seperti orang bodoh. “Sedang apa kau?” tegurnya padaku. Aku masih mepertimbangkan untuk naik atau tidak. Sepertinya enak juga kalau bisa pulang bareng Key.
            Dengan wajah sumringah aku masuk ke dalam mobilnya di bagian belakang.

Author POV
            Sue Ji masuk kedalam mobil Key. Si empunya mobil berjengit melihat apa yang dilakukan oleh yeoja tersebut. “Ya ! Untuk apa kau di belakang situ? Memangnya aku ini supirmu?” bentaknya. Sue Ji merengut kemudian pindah untuk duduk di sebelah bangku kemudi. Key semakin dibuat kesal. “Kau ! Siapa yang mengizinkanmu naik mobilku?”

*

            Sue Ji memberengut. Wajaknya ditekuk, bibirnya dikerucutkan, tak henti-hentinya ia merutuki kebodohannya yang sampai lupa seperti apa sifat Key. Ia memang bukan sahabat atau teman yang begitu mengenal Key. Tapi hanya dengan berada di dekatnya pun kini ia paham betapa menyebalkannya Key.
            Sambil berjalan Sue Ji menendang-nendang benda apa saja yang menghalangi jalannya. Batu kerikil, kaleng bekas minuman, dedaunan,  ditendangnya dengan kasar.
            Setibanya di rumah ia kembali melakukan rutinitasnya menjaga toko. Ia tak lagi membawa buku sketsa karena kapok dengan insiden yang telah menimpanya.
            TING
            Seorang pelanggan memasuki toko. Sue Ji kini tak mau repot-repot menyambut pelanggan tersebut. Ya, benar. Siapa lagi kalau bukan Choi Minho.
            “Kau tidak mengirimiku pesan?” tanya Sue Ji pada Minho yang baru masuk langsung mengambil keranjang belanjaan tanpa menyapa Sue Ji. Merasa diabaikan, Sue Ji melanjutkan, “Maksudku bukannya aku menunggu pesanmu. Tapi bukankah kita ada urusan? Atau kau tidak jadi minta bantuanku?”
            Minho – masih sambil mengambil barang-barang yang akan dia beli – menatap tajam pada Sue Ji. “Sebenarnya itu tidak bisa dibilang minta bantuan. Itu disebut dengan “tebusan”. Jadi yang butuh adalah kau, bukan aku.”
            “Tapi sebenarnya itu harga yang terlalu tinggi untuk menebus hal yang menurutku bahkan tidak akan menghancurkan image-mu,” sahut Sue Ji. Minho kembali menatapnya. Kali ini dengan tatapan datar yang tak terbaca – karena ekspresinya memang selalu datar – “Memang bukan image-ku, tapi image-mu. Aku bahkan kini tau bahwa kau itu genit,”
            “Apa? Genit katamu?!?” Sue Ji setengah berteriak menanggapi perkataan Minho barusan yang membuatnya shock. Namja ini berkata terlalu jujur mengenai pandangannya sehingga tanpa ia sadari telah melakukan pembunuhan karakter terhadap yeoja di hadapannya. Selalu saja dengan santai dan tanpa merasa bersalah sedikitpun, menunjukkan wajah innocent-nya setelah membuat Sue Ji dongkol karenanya.
            Minho mengangkat sebelah alisnya, kemudian ia berjalan ke meja kasir untuk menghitung belanjaannya. “Jadi, bagaimana perkembangannya?” tanyanya santai sambil memperhatikan Sue Ji yang sedang menghitung. Entah mengapa ia merasa sangat menyenangkan membuat gadis itu kesal. Sepertinya merupakan suatu hiburan baginya.
            “Kau tau? Karena permintaanmu itu aku harus melakukan perjanjian lagi dan itu sangat menyiksa. Aku terpaksa bersedia jadi suruhan Key. Aku bahkan tidak punya image lagi di hadapannya,” keluh Sue Ji yang merasa perkatannya itu benar dan ia menyesali kenapa ia baru sadar sekarang sedangkan ia telah terperangkap pada dua buah perjanjian yang tak ada untungnya baginya.
            ‘Ini seperti ditawari buah simalakama, maju kena mundur kena.’ Pikir Sue Ji.
            “Sudahlah aku kemari bukan untuk mendengar keluhanmu,” kata Minho tak sabar. “Aku bahkan belum memulai,” tanggap Sue Ji yang membuat si penanya kecewa. “Kutunggu secepatnya. Ingat, kau tidak boleh santai.” tegas Minho dengan nada mengintimidasi. Mau tak mau Sue Ji mengangguk saja.

*

            “Kirim pesan tidak ya?” tanya Sue Ji pada dirinya sendiri sambil mondar-mandir di kamarnya. Sesekali ia melirik ponselnya di meja belajar. Ia ragu hendak mengirim pesan pada Key atau tidak. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan.
       To        : Key
       Sudah tidur?
            Kirim? Tidak? Tidak. Ia menghapus ketikannya.
       To        : Key
       Besok tugasku apa lagi?
            Send..
            Message delivered.

            Semenit...
            Tiga menit...
            Tidak ada balasan dari Key. Sue Ji menyimpulkan bahwa Key pasti merasa tidak penting membalas pesan darinya.

       * 1 Received Message
       From    : Key
       Pembantuku untuk sementara tidak bisa datang. Mulai besok kau bersihkan apartemenku.

            “Membersihkan apartemen Key? Omo ! Berarti tugasku semakin berat. Hwaiting Sue Ji ! Ini hanya seminggu. Seminggu !”

TBC

Gimana? Gaje kah part ini? Mian maklum masih newbie dan ini adalah ff pertamaku.
Jangan lupa comment ya.. ^^


Jumat, 09 Desember 2011

Pengertian Sel menurut para ahli

Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)


Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)


Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”

Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma

Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.

Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)

Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup

Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)

Lingkaran tahun dan Komponen penyusun Membran Sel

Lingkaran Tahun adalah lingkaran konsentris akibat pertumbuhan sekunder yang tampak berlapis-lapis akibat pergantian keadaan lingkungan.

Komponen penyusun membran sel antara lain adalah fospolipid, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.

Sabtu, 19 November 2011

What Love's Like part 2


Tittle                : What Love’s Like? – Part 2
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum, SHINee, Bae Suzy
Length             : ?
Rating              : PG-15

Thanks to Dita yang terus-terusan nanyain kapan ff aku dilanjutin. Sesuai janji, ff ini langsung aku kerjain. Semoga kali ini bisa lebih serius. Amin...
FF ini juga aku publish di wordpress

Happy reading ^^



Minho POV
            “Gotcha ! Ternyata benar ini kau. Hahaha” aku tertawa puas setelah menangkap basah yeoja ini yang ternyata sedang menyamar, dan aku menduga bahwa ia tak ingin bertemu denganku karena kejadian kemarin. Lucu sekali ekspresi wajahnya itu. Perpaduan antara malu, kesal, dan seperti maling yang tertangkap basah mencuri. Kasihan ia, sebaiknya aku berhenti menggodanya jika tidak bisa-bisa image cool-ku berkurang nanti. *narsis benerrr*
            “Ya ! Kau tak pelu sampai menyamar seperti ini, nona. Seperti di sinetron saja. Aku ka tak akan melaporkanmu pada polisi hanya karena kau menggambar diriku tanpa sepengetahuanku. Lagipula gambaranmu memang bagus, hanya saja imajinasimu yang tidak elit,” yeoja itu semakin mengerucutkan bibirnya, wajahnya semakin ditekuk mendengar perkataanku barusan. Biarkan saja, aku senang membuatnya merasa malu. Jahatkah? Haha..
            “Kau !” teriaknya. “Ah.. tidak, tidak. Imageku harus tetap dijaga. Huft..” ia mulai bicara sendiri. Sepertinya ia sedang berusaha meredakan amarahnya. Wah... yeoja ini, tak marahkah ia padaku? “Sedang apa sih?” tanyaku heran. Tanpa menghiraukanku, akhirnya ia kembali menghitung belanjaanku. “Totalnya 8000 won,” katanya sembari menyodorkan kantong belanjaan ke arahku.
            Loh, mengapa jadi begini? Bukankah harusnya ia yang minta maaf padaku? Kesempatan ini harus kumanfaatkan baik-baik.
            “Nona ! Sepertinya aku berubah pikiran. Aku tidak suka kau menggambarku aneh begitu. Kau harusnya minta maaf padaku.” Kataku angkuh. Ia mendongakkan kepalanya. “Apa? Lagipula itu hanya sebuah gambar kan?” bantahnya.
            Kuambil buku sketsanya. “kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !” setelah menenteng belanjaanku, aku membawa buku sketsa milik yeoja itu. “Sampai jumpa !” pamitku padanya yang sedang memasang mimik kesal.

Sue Ji POV
            “Kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !”
            Apa dia bilang? Dia mau pinjam buku sketsaku??? OMO ! Jangan ia akan menyebarkan aibku pada teman-temannya yang mungkin saja tampan-tampan. Haish ! matilah aku !
            “Sampai jumpa !” kata namja itu keluar dari tokoku tanpa memperdulikanku yang sudah dibuat kesal olehnya. Tidaaaaak....!!!

*

            “Sue Ji, palli ! Sebentar lagi bel berbunyi,” panggil Nana. Aku tak menghiraukannya. Yang jelas aku masih galau memikirkan bagaimana nasib buku sketsaku yang mungkin saja sedang ditertawakan oleh namja itu bersama teman-temannya. Gambaranku kan jelek. Selain itu gambar namja itu tidak hanya satu, juga baju-baju gambaranku, dan lain-lain.
            BRUK !
            “Aww ! Aigoo...siapa sih pagi-pagi sudah main tabrak-tabrak?” umpatku kesal. Kemudian orang yang menabraku tadi mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dan ketika kulihat siapa pemilik tangan itu ternyata Key.
            WHAT ??????? KEY ????
            Ya Tuhan bawalah aku pergi dari situasi ini atau sebaiknya semoga namja ini tak ingat mengenai insiden kemarin.
            “Jeongsahamnida. Gwencana?” tanyanya membuat pipiku justru bersemu merah. “Eum..” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku sembari menganggukkan kepala.
            “Eh, bukankah kau yeoja kemarin?” pekiknya. Aku memejamkan mataku, sepertinya do’aku tak dikabulkan.
            “I...i...iya,” jawabku ragu-ragu. “Ah...kau lagi rupanya. Sepertinya kau pervert yang suka menghalangi jalan orang ya?”
            “Mwo? Aku pervert? Yaa ! Kau yang harusnya jalan lihat-lihat, pabo ! Eh keceplosan !” pabo pabo pabo Sue Ji... Mulut bodohku sulit sekali diajak kompromi, ottokhe?
            “Pabo? Pabo katamu? Ya !!”
            Teng...teng....
            Kata-katanya terputus oleh suara bel sekolah tanda masuk kelas. “Ah, sudah masuk, sampai jumpa !” kataku padanya sambil berlari menuju kelas sendirian, karena sepertinya Nana sudah duluan. Masih sempat kudengar teriakannya yang mengatakan bahwa urusan kami belum selesai.
           
            Waktu istirahat..
            “Sue Ji, ayo ke kantin !” ajak Nana padaku yang kujawab dengan gelengan kecil. Aku enggan keluar kelas hari ini. Bagaimana jika Key memang menganggap urusan kami benar-benar belum selesai? Apa yang akan dilakukannya padaku? Bagaimana jika dia meminta kepala sekolah untuk men-drop out-ku? Oke, itu memang sedikit berlebihan. Tapi tetap saja kalau kau bermasalah dengan seorang namja terkeren di sekolah, dan kau adalah salah seorang penggemarnya, mau ditaruh di mana mukaku? Aigoo.. akhir-akhir ini sudah dua namja keren yang bermasalah denganku. Sepertinya kesialan sedang melekat padaku.
            “Ya !” Nana menepuk-nepuk pipiku. “Kau sedang melamunkan apa sih? Kupanggil-panggil malah bengong. Wajahmu seperti orang bodoh tau,” ejeknya. Aku semakin lemas. “Nana, menurutmu apa yang akan kau lakukan jika kau mempunyai masalah dengan dua orang namja yang kau sukai?” tanyaku. “Hmm.. kalau aku.. Eh, maksudmu apa? Kau punya masalah dengan siapa?” tanya Nana curiga. “Ah, tidak. Kan aku hanya berandai-andai,” kilahku menghindari tatapan-meminta-penjelasan sahabatku itu. “Bohong. Biar kutebak, pasti Key. Iya kan?” melihat tatapan pasrahku, ia kembali melanjutkan, “O iya, tadi kau bilang dua. Siapa satu lagi?” desaknya lagi. “Namja tampan langgananku,”
            “Langgananmu? YA Sue Ji, langganan apa? Maksudmu kau adalah seorang...” Nana menatapku nanar. “Eh, bukan. Bukan seperti itu. Maksudku langganan ibuku,” kataku agar ia tak salah sangka. “Langganan ibumu? Jadi ibumu adalah seorang wan...”
            “Asih, bukan ! Maksudku langganan di toko ibuku,” kataku lagi memotong ucapannya yang setengah berteriak. Seisi kelas langsung memperhatikan kami heran.
            “Oooh... habis bicaramu sepotong-sepotong sih. Aku kan jadi salah kaprah. Kembali ke topik pembicaraan kita, jadi namja satu lagi itu langganan di toko ibumu? Seperti apa orangnya?” tanyanya penasaran. “Kau tau kan seleraku seperti apa, berarti kalau kubilang tampan ya memang tampan. Ia tinggi, bermata besar, dengan senyum yang saaaaaaaaangat manis, ia keren loh !” ujarku sambil membayangkan wajah namja itu. “Namanya?” tanyanya lagi. “Eoh? Aku tak menanyakan namanya. Tapi buku sketsaku diambil olehnya,” memikirkan kejadian itu aku kembali murung. “Buku sketsamu? Jangan-jangan dia menyukai gambaranmu jadi mengambilnya,” kata Nana yang tak tau alasan namja itu mengambil bukuku. “Bukan seperti itu..” maka kuceritakan detail cerita dari awal sampai kejadian semalam.
            “APA??? Kau parah sekali, Sue Ji. Aigoo... benar-benar ceroboh. Lalu bagaimana dengan nanti malam?” pertanyaan Nana  sekali lagi membuatku murung. “Aku tak tau. Lihat nanti saja,” jawabku murung.

Author POV
            Hari berganti malam. Sue Ji kembali menekuni kehidupan malam(?)nya yaitu menjaga toko.
            Pintu terbuka, “Annyeonghase...” Sue ji tertegun melihat siapa yang datang. Sebenarnya pelanggan itu sudah biasa datang ke tokonya, tetapi malam ini Sue Ji sudah berdo’a dengan sungguh-sungguh agar orang itu tidak pernah datang lagi ke toko ibunya. Tapi lagi-lagi do’anya tak terkabul.
            Seperti biasa namja itu membeli susu pisang – untuk Taemin – dan makanan ringan lainnya. Kemudian ia akan menuju meja kasir dan...
            “...”
            “Totalnya 5000 won,” Sue Ji menyerahkan belanjaan namja itu.
            “Siapa namamu?” tanya namja itu membuat Sue Ji kaget karena sedari tadi mereka hanya saling diam. “Sue Ji. Bae Sue Ji,” jawab Sue Ji singkat. Kemudian namja itu pergi. Tanpa membahas mengenai kejadian semalam apalagi mengembalikan buku sketsanya yang kini Sue Ji sudah membeli lagi yang baru.
            Malam semakin merayap dan Sue Ji menutup toko. Pulang ke rumahnya yang disambut oleh makan malam buatan Eommanya. Sambil makan ia mengingat kembali kejadian tadi. Ia begitu penasaran dengan nama namja itu dan menyesali mengapa ia tak bertanya balik.
            Usai makan malam Sue Ji menuju kamarnya dan melanjutkan gambarnya – sketsa baju yang akan dipesannya di tukang jahit jika sudah rampung.

Esok harinya...
            Sue Ji berangkat ke sekolah bersama Nana. Ia heran mengapa di kelasnya begitu riuh begitu pula di kelas lain, terutama para yeoja. “Benar, aku tak sabar melihat setampan apa sih namja-namja dari Seoul International High School. Hihihi” celoteh seorang yeoja genit kepada temannya yang juga ikut terkikik. Ah benar juga ! Hari ini akan ada tim basket dari SIHC ke sekolah mereka. Membuat Sue Ji penasaran apa benar kata teman-teman kalau siswa-siswa SIHC itu tampan-tampan? Check it out !
            Lapangan basket riuh oleh siswa-siswi yang hendak menonton pertandingan persahabatan antar sekolah. Terlihat pula Sue Ji dan Nana yang berusaha mencari tempat duduk teduh untuk menonton karena acaranya berlangsung di lapangan outdoor. Suasana semakin riuh ketika namja-namja tampan memasuki lapangan yang tak lain dan tak bukan adalah tim dari SIHC dan dari sekoah Sue Ji.

Sue Ji POV

            Aigoo...apakah pemilihan anggota tim basket diseleksi dulu sehingga mereka memiliki wajah yang tampan-tampan? Apalagi dari SIHC, kulirik satu-persatu. Dan yang paling ujung itu sepertinya adalah ketua tim. Loh? Sepertinya wajahnya cukup familiar. Siapa ya? Aku memutar keras otakku untuk mengingat siapa namja jangkung dari tim lawan tersebut.
            Ting !
            “Nana, kau pasti tak akan percaya,” ujarku. “Hmm.. apa?”
            “Dialah namja yang kuceritakan kemarin. Pelanggan di toko ibuku,” bahuku merosot. Lemas rasanya mengingat bahwa aku masih malu padanya. “Yang benar? Mungkin kau salah orang, Sue Ji. Eh namja di sebelahnya sempat kukira ia yeoja loh, habis cantik sekali.” Puji Nana. Dan memang benar sih kalau namja itu bisa dibilang cukup cantik dan imut apalagi dengan rambut jamurnya itu.
            Permainan dimulai dan berlangsung seru. Kuakui namja belo itu cukup mahir dalam bermain. Dan lawannya yang cukup tangguh adalah Key, meskipun tetap saja namja itu sepertinya bahkan lebih unggul dibanding Key. Tentu saja, bandingkan saja ukuran tubuhnya, namja itu lebih tinggi dan lebih berotot daripada Key. Sudah pasti namja belo itu akan jadi bintang lapangan hari ini, bahkan para yeoja lebih bersorak mendukungnya ketimbang tim sekolah kami. Dasar para supporter penghianat. Untung saja ini hanya pertandingan persahabatan, jadi masih bisa dimaklumi kalau supporter lebih memperhatikan wajah-wajah para pemain dibanding permainannya. Pantas saja anggota tim basket tampan-tampan, sehingga bisa menarik lebih banyak supporter dengan wajah mereka.
            Namja itu menengok ke arahku, rambut gondrongnya yang basah oleh keringat membuatnya terlihat lebih keren. Ia sedikit tersentak melihatku, kemudian ekspresinya berubah, tak bisa kuartikan.
            Pertandingan telah usai dan kulihat kedua tim saling mengobrol termasuk namja belo dengan Key. Mereka terlihat cukup dekat, apa ya yang sedang mereka bicarakan?

Minho POV
            Jadi yeoja itu sekolah di sini. Key kenal tidak ya padanya?
            “Permainan yang bagus, kawan,” puji Key. Kutahu bahwa ia sebenarnya merasa kesal karena sering kalah dariku. “Kau juga. Oh iya, kau kenal Bae Sue Ji?” tanyaku.
            “Bae Sue Ji? Sepertinya tidak. Lagipula aku kan tidak hafal nama siswa di sini satu-persatu,” jawaban yang masuk akal. “Oh, begitu,” sahutku datar. Taemin, ayo ke kantin. Aku ingin mencicipi makanan di kantin sekolah ini. “Ne, hyung. Kajja !”

Author POV
            Minho dan seorang namja imut terlihat membawa nampan makanan dan menghampiri dua orang yeoja yang sedang asik mengobrol di kantin. Salah seorang dari yeoja itu menyadari kehadirannya dan berkata pada temannya, “Sue Ji, sepertinya aku mulai percaya bahwa namja yang tadi kau tunjuk adalah namja yang kemarin kau ceritakan,” ujar gadis itu pada temannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kedua namja tampan yang kini berdiri di hadapan mereka. “Tentu saja aku benar. Mana mungkin aku salah lihat? Dia memang tampan, tapi aku menyesal telah menggambarnya. Coba kalau tidak kulakukan, pasti aku tidak akan merasa risih setiap bertemu dengannya, atau seandainya aku tak mengizinkannya mengambil buku sket...” celotehan Sue Ji berhenti setelah mengikuti arah tatapan Nana yang kini mengarah pada seseorang. Tidak. Dua orang. Sue Ji menepuk-nepuk bibirnya, menyesali apa yang barusan ia katakan pada Nana yang pasti kini sudah didengar oleh namja itu.
            “Boleh kami duduk di sini?” tanya si namja berambut jamur, yang dijawab dengan anggukan oleh Sue Ji dan Nana. “Kajja, hyung.” Yang diajak duduk mengangguk.
            “Kenalkan, joneun Lee Taemin imnida. Ini seniorku, Choi Minho,” mendengar perkataan namja itu Sue Ji semakin kaget. Taemin ! Namja belo itu – Minho – pernah bilang kalau banana milk itu milik Taemin. Apakah Taemin yang ini? Pikir Sue Ji. Ia kalut sekali tatkala mengintip Minho yang mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sue Ji memejamkan matanya, “Bae Sue Ji. Benar?” pertanyaan Minho lebih terdengar seperti pernyataan. “Kalian saling kenal?” tanya Taemin penasaran. “Tidak” “Ya” jawab Minho dan Sue Ji bersamaan. “Ne,” akhirnya Sue Ji mengangguk. “Dia sering belanja di toko Eommaku,” Minho menunjukkan ekspresi tak peduli dengan jawaban Sue Ji, sepertinya ia kurang puas dengan jawaban tersebut.
            “Toko? Minho hyung sering membelikanku banana milk setiap belanja di malam hari. Hehe” kata Taemin sambil terkekeh. Menunjukkan gigi-gigi putihnya. Sue Ji semakin lemas mendengar pernyataan Taemin. Tentu saja ia sudah tau mengenai Minho yang sering membelikannya banana milk.
            Melihat Minho yang hendak membuka mulut, Sue Ji menendang kakinya. Tanpa mengintip ke bawah meja pun Minho tau siapa yang telah menendang kakinya. Akhirnya ia kembali tutup mulut. Bukan karena takut ditendang, ada alasan lain yang menurutnya cukup menyenangkan untuk dinegosiasikan dengan yeoja di hadapannya ini.
            Taemin sepertinya merupakan orang yang supel. Ia mengobrol banyak dengan Sue Ji dan Nana. Sedangkan Minho? Ia hanya menikmati makanannya tanpa merasa tertarik untuk ikut nimbrung. Akhirnya ia menghabiskan makannya duluan. “Taem, aku duluan. Ada sedikit urusan,” kata Minho yang berdiri meninggalkan ketiga orang yang sedang mengobrol. “Ne,” sahut Taemin singkat dan kembali meneruskan obrolannya. Terlihat Minho yang menunjuk Sue Ji kemudian mengisyaratkan agar mengikutinya. Setelah Minho keluar dari pintu kantin, Sue Ji menyusulnya dengan alasan ingin ke toilet.
            Sue Ji menghampiri Minho yang sedang berjalan meninggalkan kantin. “Ya !” panggilnya. Minho tak menghentikan langkahnya dan terpaksa Sue Ji berjalan cepat menyusulnya. “Kembalikan buku sketsaku !” tagih yeoja itu. “Aku tak membawanya,” sahut Minho enteng. “Lalu kenapa kau menyuruhku menyusulmu?” Sue Ji berusaha mengimbangi langkah Minho yang lebar walau santai namun harus diimbanginya dengan berjalan cepat karena kakinya tak sepanjang kaki Minho. “Kau mau bukumu kembali?” Sue Ji mengangguk cepat. “Dan kau tak ingin aku menceritakan mengenai gambar itu pada siapapun?” ia mengangguk lagi, wajahnya sumringah, merasa Minho akan segera mengembalikan buku sketsanya. “Tahukah kau bahwa aku tidak suka digambar yang aneh-aneh?” Minho mulai memelankan langkahnya sehingga yeoja itu tak kesulitan lagi mengimbangi langkahnya. “Lalu kau maunya apa?” sergah Sue Ji cepat. “Ada syaratnya,” jawab Minho mantap. “Apa syaratnya?” tanya Sue Ji jengah, merasa namja ini terlalu memanjangkan masalah.
            “Kau kenal Key? Buat ia jadian dengan dongsaengku.”
            “Hah???”

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...