Jumat, 10 Februari 2012

What Love's Like - Part 6


Tittle                : What Love’s Like? – Part 6
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Main Casts     : Choi Minho, Kim Kibum “Key”,  Bae Suzy
Other Casts    : Choi Minyoung, Choi Go Eun (OC), Onew, Taecyeon & Junho 2PM SHINee,
Lee Taemin
Length             : ? (belum ditentukan)
Rating              : PG-15



Akhirnya kelar juga part ini. Setelah 'menjemput' poster buatan Yuyu eonn, aku langsung publish. Gomawo eonn ^^ 
Dan poster untuk ff What Love's Like resmi diganti. Happy reading ! :D


Author POV
            Key berjalan menuju atap sekolah, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, kemudian menghembuskannya dengan kasar.
            “Dari sekian banyak sekolah kenapa harus sekolah ini? Apa tujuanmu kali ini, Go Eun?” omel Key sambil mengacak rambutnya dengan frustasi.

            ~Hey whisper is the lucifer~
            Onew hyung’s calling
            “Ada apa, hyung?” tanya Key to the point ketika mengangkat telpon dari Onew.
            “Kau di mana? Tadi aku melihat seseorang yang mirip dengan Go Eun. Apa jangan-jangan karena masih shock dengan kejadian kemarin?
            “Jangan lebay, hyung. Lagipula bukan hanya sekedar mirip. Yang kau lihat tadi memang Go Eun,”
            “Maksudmu apa, Key?
            “Ia pindah ke sekolah ini dan sekelas dengan Sue Ji,”
            “M-m-mwo? Don’t joke at me, Key !”
            “Aku tidak sedang dalam mood untuk bercanda, hyung. Aku sudah bertemu dengannya tadi,”
            “Jinja?”
            “Ne.”
            Terdengar suara decakan dari seberang telepon. Kemudian ditutup tanpa aba-aba. Seperti biasa, Onew selalu menutup telepon dengan tiba-tiba.

Key POV
            “Sudah kuduga kau di sini,” kata sebuah suara diikuti suara pintu ditutup. Langkah orang itu semakin dekat namun tak kuhiraukan karena aku sudah tau siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Onew hyung. Hanya dia yang tau kalau aku suka bersembunyi di sini ketika jam pelajaran berlangsung atau untuk sekedar menikmati hembusan angin yang cukup kencang dari atas sini.
            “Bocah ini.. Ya, Key ! Aku tau kau tidak tuli. Setidaknya kau menyapa sunbae-mu yang sampai kelelahan menaiki tangga menuju kemari untuk menyusulmu,” omel Onew hyung.
            Aku menengadahkan kepalaku, “Aku tak menyuruhmu menyusulku. Lagipula sejak kapan kau perlu sapaan basa-basi?”
            Mendengar jawabanku, ia hanya mendengus mengalah, lalu duduk di sebelahku.
            “Apa yang akan kau lakukan?” tanyanya dengan mata terpejam.
            “Molla,” jawabku pelan sambil menatap langit yang mulai tertutup oleh awan seluruhnya. Mendung.
            “Jawaban yang tak memuaskan. Setidaknya carilah jawaban, Key. Kata ‘molla’ bukanlah jawaban yang kuharapkan. Setidaknya seseorang punya rencana,” keluhnya.
            Rencana. Aku tak punya rencana apa-apa. Aku bahkan terlalu kalut untuk memikirkan sebuah rencana. Aku tak ingin berhubungan lagi dengannya. Aku bahkan tak ingin mengenalnya lagi.
            “Kau sadar? Nampaknya seseorang mulai memasuki kehidupanmu lagi, Key.” sambungnya lagi.
            Seseorang mulai memasuki kehidupanku? Apa maksudnya? Selama ini semenjak kepergian Go Eun aku tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Bagaimanapun aku mencoba, selalu saja kandas bahkan sebelum aku memulai dengan benar.
            “Nugu?” tanyaku penasaran.
            “Kau tak sadar? Ah.. rupanya Go Eun telah membuatmu kehilangan kepekaan. Kau tak punya teman perempuan kan? Bahkan Minyoung pun hanya seorang yeoja yang tak berhenti mendekatimu. Yeoja pertama yang kau dekati adalah Sue Ji,”
            “Mwo?!? Hahaha... kau pasti bercanda, hyung. Apanya yang kudekati? Kami bahkan tak saling kenal sebelumnya,” balasku mengejek pendapatnya. “Kau terlalu mencemaskanku. Lagipula apa salahnya memiliki seorang teman yeoja? Ia bahkan bukan benar-benar teman melainkan hanya ‘suruhan’-ku.”
            Ia termenung sejenak sambil menggigiti bibir bawahnya tanda sedang berpikir.
            “Oke. Aku mungkin tak bisa menjelaskan, tapi aku punya insting yang kuat, Key. Jangan sampai kau menyesal karena lagi-lagi tak mendengarkanku,” katanya dengan nada serius.
            “Cara bicaramu mulai terdengar seperti seorang dukun atau peramal. Berhentilah bersikap berlebihan, Hyung. Masa lalu tak baik untuk dibahas. Ini bukan sebuah remedial,” jawabku kesal.
            Hening. Kami sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi sepertinya Onew hyung tidak sedang memikirkan apapun. Bahkan nampaknya ia sudah mulai terdidur.
            “Mendung,” katanya tiba-tiba.
            “Eoh? Kukira kau tidur,”
            “Hampir. Tapi sepertinya hari sudah mendung. Aku tak mau kehujanan gara-gara tertidur di sini,” kemudian ia membuka mata dan mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, lalu berdiri dan berjalan hendak meninggalkanku.
            “Hyung !” panggilku, namun ia terus berjalan tanpa menghiraukanku. Alhasil, aku hanya bisa mendengus kesal.

Author POV
            Key berjalan lesu di koridor sekolah, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
            “Ya ! Kalau jalan li...” omelan orang yang ditabrak Key barusan terhenti seketika setelah melihat siapa orang yang telah menabraknya.
            “Mian,” ucap Key singkat kemudian ia berlalu meninggalkan orang tersebut.
            “Isanghae (aneh). Ia bahkan tak mengomel,” gumam orang tadi yang ternyata adalah Bae Sue Ji. Ia hendak mengejar Key, namun diurungkannya karena ia harus cepat-cepat ke kelas setelah dari toilet.
*
            Sekembalinya dari toilet Sue Ji tak henti-hentinya memikirkan sikap Key tadi. ‘Apa ia sedang ada amsalah?’ ‘Apakah karena kehadiran Go Eun?’ ‘Ia bahkan tak melihatku. Apa karena ia tidak tau tadi itu adalah aku makanya ia bersikap acuh?’ batin Sue Ji.
            Kebetulan Sue Ji duduk dekat dengan jendela. Ketika ia melihat ke arah lapangan, didapatinya Key sedang bermain basket dengan teman-temannya.
“Ia tidak mengikuti pelajaran?” gumam Sue Ji sambil menautkan kedua alisnya dan terus memperhatikan lapangan. Matanya mengikuti kemana pun Key bergerak.
“Sedang melihat siapa?” tanya seseorang.
“Itu,” sahut Sue Ji sambil menunjuk Key tanpa menoleh kepada si penanya.
“Bukankah ia Kim Kibum?” tanya orang tadi.
“Ne, ia adalah Kim Kibum yang menyebalkan,” sahut Sue Ji lagi sambil cemberut dan beralih dari jendela ke orang yang tadi menanyainya.
“Eomma !” pekik Sue Ji terlonjak kaget ketika mendapati Lee seonsaengnim tengah berpangku tangan sambil menatapnya dengan tatapan horor.
“Berdiri di luar sampai bel pulang berbunyi. Angkat sebelah kaki dan pegang kedua telingamu !” perintah Lee seonsaengnim tak tebantahkan.
Dengan wajah memelas dan langkah gontai ia menuruti perintah guru yang terkenal killer tersebut. Wajahnya memerah menahan malu ditertawakan oleh teman-teman sekelas.
Tak sampai di situ, tak lama kemudian Key dan teman-temannya kembali dari lapangan dan melewati Sue Ji. Key berhenti sejenak dan mengamati yeoja yang sedang menunduk menyembunyikan wajahnya tersebut.
“Huh. . .aku tau itu kau. Tak perlu bersembunyi,” goda Key. Entah mengapa mood-nya yang tadinya buruk hilang seketika. Ia jadi ingin menggoda Sue Ji, apalagi setelah tadi ia menyadari kalau Sue Ji memperhatikannya melalui jendela.
Sue Ji tetap bungkam. Sedangkan Key semakin gencar menggoda Sue Ji. Setelah mengintip melalui jendela dan mendapati Lee seonsaengnim, akhirnya Key tau kenapa Sue Ji disetrap. Ia sangat yakin dengan perkiraannya.
“Kau dihukum kenapa?”
Diam.
“Karena tidak mengerjakan PR?”
Diam.
            “Mengobrol ketika sedang belajar?”
            Diam.
            “Atau..... karena tertangkap basah sedang menatap ke luar jendela?”
            Kali ini Sue Ji merespon. Matanya terbelalak, tubuhnya menegang.
            “Wae? Apakah tebakanku barusan benar?” goda Key lagi. Meskipun dari ekspresinya nampak jelas kalau Sue Ji mulai salah tingkah, namun ia tetap bungkam.
            Melihat Key yang tertawa dengan suara pelan namun sangat puas, Sue Ji kesal. Ia pun menendang tulang kering Key.
            “Auwwww !!!” teriak Key kesakitan. Kontan Lee seonsaengnim yang sedang berada di dalam kelas akhirnya keluar dan mendapati Key yang tengah melompat-lompat dengan posisi kaki kiri diangkat dan terus mengaduh. Sedangkan Sue Ji menatapnya dengan wajah innocent.
            “Siswa Kim Kibum. Bukankah pelajaran sedang berlangsung? Apa yang sedang anda lakukan? Berdiri di situ, ikuti dia ! Saya akan melaporkan anda ke guru bersangkutan,” titah Lee seonsaengnim beserta bonus tatapannya yang menyeramkan membuat Key mengangguk khidmat.
            “Ya ! Semua ini gara-gara kau !” omel Key setengah berbisik.
            “Naega (aku)? Ya, kau yang duluan kan !” balas Sue Ji yang juga sambil berbisik.
            “Seandainya kau tak menendangku tadi, aku tak mungkin ikut dihukum bersamamu di sini,” dumal Key.
            “Kalau begitu biarkan saja. Lumayan aku jadi tidak dihukum sendiri,” sahut Sue Ji sewot.
            “Kau..” Key hendak protes, namun diurungkannya setelah mendengar deheman Lee seonsaengnim di mulut pintu kelas.
            Sue Ji dan Key melanjutkan hukuman mereka. Key sempat melihat Sue Ji terkikik ketika Lee seonsaengnim berdehem tadi.

            TENG.....TENG....

            Murid-murid berhamburan ke luar kelas. Awalnya Key hendak kabur, tapi nyalinya menciut seketika melihat Lee seonsaengnim telah berdiri di hadapannya. Ia hanya bisa nyengir pasrah dan kembali ke posisi sebelumnya.
            “Kalian berdua, ikut aku !” ajak Lee seonsaengnim ke ruang guru. Key dan Sue Ji menyeret langkah mereka dengan ogah-ogahan dan saling sikut.
            Setelah duduk, barulah Lee seonsaengnim bicara, “Apakah kalian adalah sepasang kekasih?”
            “Bu...” tolak Key dan Sue Ji bersamaan namun buru-buru dipotong oleh Lee seonsaengnim.
            “Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Setelah ini kalian harus membersihkan kelas – kelas Key dan kelas Sue Ji – kemudian jangan lupa bersihkan papan tulis,” potong Lee seonsaengnim.
            “Sendirian?” tanya Sue Ji buru-buru.
            “Tidak. Kalian harus bekerja bersama.”
Setelah mendengar kalimat terakhir Lee seonsaengnim, Sue Ji dan Key buru-buru ke kelas Sue Ji terlebih dahulu.
*
            “Ya !” panggil Sue Ji entah untuk keberapa kalinya.
            “Ya ! Ya ! Ya ! Keeeeeey !” akhirnya ia meneriaki Key. Orang yang diteriaki langsung terlonjak kaget dan melepas headset di telinganya kemudian menatap Sue Ji dengan garang.
            “Apa sih? Kau menganggu saja. Cepat selesaikan bersih-bersihnya, kelasku masih menunggu untuk kau bersihkan !”
            “Mwo? ‘Kau bersihkan’ ?!” tanya Sue Ji sinis.
            “Ne. KAU bersihkan. Kenapa? Kau berharap aku membantumu?” balas Key tak kalah sinis.
            “Tapi-“
            “Kau masih terikat perjanjian denganku. Masih untung aku menungguimu. Makanya cepat !” omel Key tak sabar. Lalu ia memasang kembali headsetnya.
            Sue Ji memberengut kesal sambil melanjutkan pekerjaannya. Dalam hati ia merutuki Key. Menyesali mengapa ia harus memperhatikan Key melalui jendela dan menyebabkan ia dihukum.
            Akhirnya setelah menyelesaikan hukuman di kelas Sue Ji, mereka beralih ke kelas Key. Sama seperti sebelumnya, Sue Ji melakukannya sendiri sementara Key hanya duduk sambil mendengarkan musik melalui headsetnya.
            Setelah semua selesai, mereka berdua berjalan di koridor dan mendapati sekolah telah sepi. Bahkan di parkiran pun hanya tersisa beberapa kendaraan saja termasuk kendaraan Key. Ternyata hari sudah senja.
            Sue Ji meyapu pandangannya ke area parkiran mobil, namun anehnya tak ada mobil yang dicarinya. Ketika ia menengok ke sebelah pun ia sudah tak mendapati Key.
            Bruuuuuum...bruuuuum.........
            Deru motor yang semakin mendekat nyaris menabrak Sue Ji dan membuat napasnya tercekat. Setelah si pengendara membuka helmnya barulah Sue Ji mampu bernapas dan bersiap-siap untuk melancarkan omelan panjang lebar kalau saja si pengendara motor tak menyuruhnya untuk naik.
            “Naik?” tanya Sue Ji setelah mendapat isyarat untuk naik. Ia sempat melirik ke jok belakang dan mendapati posisi jok tersebut agak menukik.
            “Tidak mau? Ya sudah..”
            “E-e-eeeh... tunggu !” tahan Sue Ji sambil duduk di belakang Key. Yap ! Pengendara motor tersebut adalah Key. Pantas saja Sue Ji tak menemukan mobil Key di parkiran.
            Key melajukan motor sportnya dengan ngebut. Sue Ji refleks memeluk pinggang namja itu dengan erat, membuatnya terkejut untuk sepersekian detik sebelum menarik gas lebih kencang lagi.
            “Apakah aku tertarik padamu?” gumam Key yang tak terdengar oleh Sue Ji.
            Tiba-tiba turun hujan deras mengguyur Key dan Sue Ji yang sedang naik motor. Terpaksa Key menghentikan motornya untuk berteduh.
            “Seharusnya aku tadi menonton prakiraan cuaca dulu,” sesal Key.
            Tubuh mereka basah kuyup. Untungnya Key memakai jaket kulit sehingga seragamnya tak begitu basah. Lain halnya dengan Sue Ji yang kemejanya hanya dilapisi oleh blazer. Ia terus merapatkan blazernya meskipun basah.
            “Buka blazermu,” titah Key.
            Sue Ji menatap Key bingung. Tapi ia tetap menuruti Key dengan membuka blazernya. Terlihatlah warna tank top Sue Ji yang berwarna pink kontras dengan warna kemejanya yang kini menjadi transparan akibat basah. Dengan cepat Key menyampirkan jaket kulitnya menutupi tubuh bagian atas Sue Ji.
            Masih dengan ekspresi datar. Entah dari mana datangnya dorongan untuk melakukan suatu kebaikan, Key menarik tangan Sue Ji memasuki coffe shop yang ternyata sedari tadi menjadi tempat mereka berteduh.
            Setelah sempat ragu, Sue Ji menyeruput coklat panas yang dipesankan Key.
            “Key,” panggil Sue Ji pelan.
            “Apa?” sahut Key.
            “Apakah kau kerasukan hantu sekolah?”
            Yang ditanya langsung tersedak.
            “Kerasukan? Hantu? Wae? Apakah wajah tampanku berubah menyeramkan?” tanya Key bingung.
            “Ah...ternyata kau tidak kerasukan. Habis tidak biasanya kau baik,” gumam Sue Ji.
            “Ya ! Aku dapat mendengarmu. Memang salah kalau aku berbuat baik? Kau tak mau? Oke.. kembalikan jaketku, bayar sendiri minumanmu, pulang sendiri,” kata Key sambil menadahkan tangannya kemudian hendak berdiri meninggalkan Sue Ji. Raut wajahnya agak kesal.
            “Eh, eh, eh ! Aku kan hanya bercanda, Key. Jangan begitu dong. Aku mau kok menerima kebaikanmu. Kekeke...” canda Sue Ji sambil nyengir kuda.
            Key kembali duduk. Sebenarnya ia hanya berpura-pura kesal. Jangankan Sue Ji, ia pun bingung apa yang menuntunnya untuk tiba-tiba berbuat baik? Tapi apakah selama ini Key tidak baik alias ia orang jahat? Tentu saja bukan. Tapi ia juga bukan tipe orang yang akan meminjamkan jaketnya dan membiarkan dirinya kedinginan karena hanya dibalut kemeja seragam, kemudian bahkan mentraktir segelas coklat hangat. Bagaimanapun, dalam hatinya, Key hanya menganggap ia sedang ingin berbuat sedikit kebaikan. Siapa tau dapat pahala.
            Akhirnya mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Sue Ji ingat sesuatu yang sempat membuatnya penasaran.
            “Anu, Key. Tadi ketika bertabrakan denganku, kenapa kau terlihat murung? Tapi sekarang kau sudah biasa lagi,” tanya Sue Ji.
            “Tadi? Bertabrakan? Kapan?” tanya Key balik.
            “Tepat sebelum aku dihukum,”
            Key nampak mengingat-ingat. “Oooo... maksudmu di ketika di koridor?”
            Sue Ji mengangguk.
            “Memangnya kenapa kalau aku murung? Apa kau mulai khawatir padaku?” tanya Key penuh selidik.
            “Khawatir? Anggap saja tadi aku tak bertanya,” kata Sue Ji sewot.
            “Apa kini kau mulai tertarik padaku?” goda Key.
            “Huh? Jangan melucu, Key. Semenjak aku terikat perjanjian denganmu aku sudah bertekad untuk tidak suka padamu lagi. Kau menyeramkan,” papar Sue Ji. Key terkejut mendengarnya. Ia terlihat kecewa.
            “Baru kali ini ada yang meremehkan kharismaku,” ujar Key kecewa. ‘Tidak, kau adalah orang kedua,’ lanjutnya dalam hati.
            “Karena aku akhirnya tau wajah belum tentu menampilkan tabiat asli seseorang,” balas Sue Ji dengan tampang innocent.
            “Memang kau tau seperti apa aku?” tanya Key.
            “Aku tau,”
            “Kau tidak tau,”
            “Ya, aku tau,”
            “Tidak,”
            “Aku ta..”
            “Hentikan ! Berhenti menilaiku ! Kau baru 4 hari denganku hanya terikat sebuah perjanjian konyol, dan kau bersikap seolah-olah kau telah mengenalku dengan baik? Kau mengatakan kalau aku adalah orang yang buruk? Seburuk apa? Kau kira mengapa aku menjadi seperti ini? Karena siapa? Kau malah kini berteman dengan wanita busuk itu !” emosi Key memuncak. Entah kenapa ia sangat tidak suka diremehkan seperti tadi, walau hanya bercanda.
            “Key, aku...aku..aku... hanya bercanda. Maafkan aku,” mohon Sue Ji takut-takut. Ia merasa sangat bersalah, “Sungguh, aku tak bermak..”
            “Hentikan. Aku ingin pulang,” putus Key sambil mengeluarkan uang dari dompetnya. “Untuk minuman dan ongkos pulangmu,” ia memejamkan mata. “Maaf tadi aku agak kasar,” lalu ia pergi begitu saja.
Tanpa sadar Sue Ji menangis. Tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa melihat caller ID ia segera mengangkatnya.
“Yeoboseyo?” sapanya sambil sedikit terisak.
“Kau di mana? Kami belum makan malam,” ujar suara di seberang. Rupanya Minho. Refleks Sue Ji melihat jam tangannya, sedikit terkejut karena sebentar lagi tiba waktu makan malam.
“Iya, aku akan segera ke sana,” lalu ia menutup telepon.
Minho sebenarnya menyadari kalau Sue Ji sedang terisak, namun tak berani menanyakan penyebabnya. Ia merasa itu bukan urusannya. Ia melanjutkan main game melawan Junho sambil menuggu kedatangan Sue Ji. Namun konsentrasinya terganggu. Ia tak sabar menantikan kedatangan Sue Ji, memastikan apakah ia benar-benar sedang menangis. Tapi ia akan terlalu gengsi untuk bertanya. Maka dari itu ia berniat menghibur Sue Ji. Ia yakin kalau Sue Ji sedang menangis karena sedih. Terdengar dari nada bicaranya yang murung.
Minho kembali memperhatikan layar yang menunjukkan kalau ia nyaris kalah dari Junho. Tapi bukan Minho namanya kalau ia bisa dikalahkan dengan mudah. Ia kembali menang dan Junho pada akhirnya tetap kalah.
“Minho-ya..kau tidak pernah mengalah padaku. Setidaknya berikan aku kehebatanmu itu,” protes Junho. Padahal ia nyaris menang tadi kalau saja Minho tak tersadar dari lamunannya.
Bel berbunyi. Minho langsung bangkit dari duduknya dan berlari untuk membukakan pintu. Sesuai dugaan, Sue Ji baru saja tiba. Minho memperhatikan wajahnya lekat-lekat. Sue Ji heran dengan sikap Minho, “Kau kenapa?” tanyanya bingung. Minho jadi salah tingkah, ia merasa seperti orang bodoh. akhirnya ia mempersilakan Sue Ji untuk masuk.

Sue Ji POV
            Untung saja eomma kini sudah memiliki pegawai untuk menggantikannya menjaga toko sehingga aku tak lagi harus menjaga toko setiap malam. Selain itu, kini aku beralih profesi menjadi seorang pembantu. Sungguh naas. Namun kenyatannya memang sudah begitu. Aku memang tak benar-benar menjadi seorang pembantu. Tapi lihat saja apa yang kukerjakan. Memasakkan makan malam, dan menjadi seorang suruhan tanpa bayaran. Kini aku menyadari kebodohanku. Namun tanggung jawab tetap harus dijalani. Walau bagaimanapun, aku sudah berjanji. Meskipun Key selalu marah-marah padaku, aku hanya harus bertahan selama tiga hari lagi. Ya, tiga hari lagi.
            Masih terngiang kata-kata Key tadi. Key memang sering marah-marah, tapi tak seseram tadi. Akhirnya kusadari kalau Key menjadi seperti itu karena seseorang. Dengan sangat yakin aku berpikir kalau ‘wanita busuk’ yang dia maksud adalah Go Eun. Ya ampun, sebenci itukah kau pada Go Eun, Key?
*
            Makan malam sudah tersaji di meja makan. Namun sedari tsdi aku tak melihat Taemin. Di mana dia?
            “Mana Taemin?” tanyaku.
            “Dia sedang ke...”
            “Aku pulang !” teriak Taemin dari pintu apartemen, memotong Junho yang tadi hendak menjawabku.
            “Waaah... nampaknya lezat. Aku lapaaaar....” seru Taemin setelah tiba di ruang makan. Tiba-tiba saja ia sudah duduk dan hendak mengambil sumpit, namun Minho memukul tangannya menggunakan sumpit, menatapnya galak.
            “Setidaknya kau cuci tangan dulu, jorok !” omelnya. Baru kali ini aku melihatnya mengomel. Ternyata ia tak sedingin penampilannya. Bukankah sudah kukatakan kalau wajah tak bisa menunjukkan tabiat asli seseorang?
            Setelah makan aku hendak langsung pulang, tapi sempat ditahan Minho. “Kau pulang sendirian? Tak baik wanita berada sendirian di jalan pada malam hari. Ayo kuantar !” ajak Minho. Aku teringat pada Key dan baru sadar kalau aku masih mengenakan jaketnya. Ia pasti kedinginan dan basah mengendarai motor tanpa memakai jaket, tadi kan masih gerimis ketika ia pergi.
            “Ayo !” seru Minho sembari menarik tanganku. Awalnya aku terkejut, kemudian mengkuti langkahnya.
            Kami berjalan kaki karena jarak apartemennya tak terlalu jauh namun juga tak terlalu dekat dengan rumahku. Sepanjang jalan kami hanya saling membisu.
            “Hey,” panggilnya. Aku menengok.
            “Kudengar Go Eun sekelas denganmu, apa itu benar?” tanyanya.
            “Iya. Dia duduk di belakangku. Ia cukup ramah dan baik,” tukasku.
            Minho tersenyum mengejek, “Kesan pertama, tentu saja,” ujarnya sinis. Aku menatapnya bingung, tak mengerti apa maksud ucapannya. Kesan pertama?

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...