Tittle
: What Love’s Like? – Part 12
Genre
: Romance, Comedy
Main
Casts : Choi Minho, Kim
Kibum “Key”, Bae Suzy
Other Casts : you’ll find in the story
Length
: ? (belum ditentukan)
Rating
: PG-15
Alohaaaa....
Hehehe... Untuk
kesekian kalinya ini ff molor ga jelas juntrungannya. Ga jelas endingnya mau
gimana dan kapan.
Tapi sekarang aku udah
mikirin buat cepet-cepet namatin ni ff biar ga dikejar-kejar lagi. :D
Doakan ya...
Oiya, sedikit curhat.
Tiap part yang aku bikin, selain tergantung mood, juga kadang tergantung film
apa yang lagi kutonton. Misalnya part awal-awal aku lagi nonton You’ve Fallen
for Me, jadilah ceritanya rada mirip. Terus ada jodoh-jodohan juga karna lagi
nonton Princess Man.
Tuh kan bablas deh
curhatnya. Mianhae... (^_^)v
Happy reading... ^^
Author
POV
“Hyung, eodiga?” tanya Key begitu
Onew mengangkat telepon.
“Aku baru saja akan ke tempat
Hyukjae Hyung. Wae?”
“Adakah yang kau ingat lagi mengenai
Nicole selain bahwa dia bersaudara dengan Go Eun?”
Onew terdiam sejenak. Nampak
menimang-nimang mengenai apa yang akan ia katakan. “Beri aku waktu. Aku akan
membantumu mencari informasi.” Klek !
***
“Eomma, aku pulang !” Sue Ji
menghampiri Eomma-nya di toko.
Eomma Sue Ji tersenyum menyambut
putrinya. “Putri eomma sudah pulang rupanya. Ganti baju dan makan dulu sana.”
“Ne.” Sahut Sue Ji sambil tersenyum
riang. “Oh iya, eomma. Hari ini aku mau jaga toko. Sudah lama tidak duduk di
situ,” tambahnya sambil menunjuk tempat di mana Eomma-nya sedang duduk.
“Kau tidak belajar?”
“Eng... aku... hari ini aku tidak
belajar dulu. Nana sedang tidak enak badan,” jawab Sue Ji berbohong.
***
Sue
Ji POV
Pukul 8 malam.
Aku tak tau apakah ia masih sering
kemari. Tapi segera kutepis pertanyaan-pertanyaan dalam pikiranku. Lebih baik
aku menyelesaikan gambarku. Sudah lama aku tak melakukan hal ini lagi.
Kebiasaan rutinku yang tertunda semenjak mengenal Minho dan Key.
TING !
“Annyeonghaseyo. Selamat datang di
toko kami,” sambutku ramah.
Baru saja aku memikirkannya, ia
benar-benar datang. Bukan hanya aku, tapi dia juga sedikit terkejut mendapatiku
di sini lagi. Ia tersenyum sekilas sambil mengambil keranjang.
Minho membawa keranjang belanjanya
yang sudah terisi menuju meja kasir. Menuju ke arahku. Hal sama pernah terjadi
sebelumnya. Namun dengan ekspresi wajah yang berbeda. Waktu itu senyumnya tak
semanis ini. Dan perasaanku tak sedatar ini melihatnya.
“Hai,” sapanya.
Aku menengadah. “Hai,” sapaku balik.
Lalu kembali menghitung belanjaannya.
“Kau dekat dengan Key sekarang?”
pertanyaan, atau yang lebih terdengar seperti peryataan itu sedikit menyindir.
Seakan ia sedang mengatakan, ‘Aku memintamu untuk membuatnya dekat dengan
adikku. Bukannya denganmu.’
Apakah aku nampak seperti seorang
penghianat?
Tidak. Bukan itu yang seharusnya
kupikirkan. Tapi, apakah ia sudah tau kalau Key sudah dijodohkan dengan Go Eun,
yeoja yang sudah menghancurkan persahabatan mereka berdua?
“Begitulah. Kami teman sekarang,”
jawabku jujur. Dapat kulihat sedikit keterkejutan di wajahnya. Juga ekspresi
kurang suka dengan jawabanku.
“Chingu? Hebat,” pujinya. Lagi-lagi
dengan nada menyindir.
“Apa yang sebenarnya hendak kau katakan?”
tanyaku sambil menatapnya.
“Kenapa kau bisa lebih dekat dengan
Key? Bukankah aku yang duluan bertemu denganmu? Kau kira aku tak tau kalau
malam itu Key datang ke apartemenku tapi diurungkannya dan malah menemukanmu
yang baru pulang?” tuntutnya.
“Meskipun kau tak mengatakannya, aku
tau kalau Key yang melarangmu datang ke apartemenku lagi. Benar kan?”
Kali ini Minho benar-benar
menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkanku. Ia benar. Ia
mengetahui hal itu. Tapi, mengapa ia harus semarah itu?
“Bae Sue Ji, bukankah aku yang
duluan bertemu denganmu? Bukankah kau menyukaiku? Mengapa kita tidak pacaran
saja? Aku juga menyukaimu. Aku menyukaimu, Bae Sue Ji.” aku Minho.
Aku kaget. Benar-benar kaget. Tak
menyangka kalau ia hendak mengatakan ini padaku. Ya Tuhan, apa ini sungguhan?
Tapi, mengapa seperti ada yang mengganjal hatiku? Mengapa pengakuannya tak
membuat jantungku berpacu sekencang saat Key menciumku?
Ah... tidak tidak ! Sebaiknya aku
tidak membandingkannya dengan Key. Key sudah memiliki Go Eun.
“Mengapa kau tak menjawab?” tuntut
Minho.
“Eum.. aku.. aku...” apa yang harus
kukatakan? Haruskah aku bilang kalau aku menyukainya? Tapi, apakah aku memang
menyukainya? Aku bahkan tak yakin pada perasaanku sendiri. Masalahnya, yang
kurasakan saat ini datar-datar saja. Tapi, bukankah ini yang kuinginkan sejak
dulu? Bukankah aku selalu berangan-angan memiliki seorang namjachingu tampan?
Apalagi kalau setampan Choi Minho.
Sialnya, Key malah muncul di
pikiranku. Mengapa aku harus menaruh harapan pada namja itu? Bukankah ia sudah
ada Go Eun? Apakah karena aku tau kalau Key tak menginginkan Go Eun? Tapi,
meskipun begitu, apakah Key benar-benar akan membatalkan apa yang telah diatur
oleh orang tuanya? Dibandingkan dengan seorang Choi Go Eun, apa yang lebih dari
diriku? Pada akhirnya, mereka pasti akan bersama.
Baiklah. Sudah kuputuskan apa
jawabanku.
***
Author
POV
Sue Ji mengantar Minho keluar toko.
“Gomawo, Sue Ji-ya. Aku akan
memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku pasti akan membuatmu menyukaiku.
Semua hanya tinggal menunggu waktu. Sampai jumpa besok,” pamit Minho. Sue Ji
tersenyum menanggapinya.
“Semoga kau berhasil Minho,” gumam
Sue Ji begitu namja itu hilang dari pandangannya.
Begitu Sue Ji masuk ke dalam toko.
Seseorang bangkit dari kursi di depan toko. Ia tak yakin mengenai apa yang baru
saja dikatakan Minho. ia terus menduga-duga mengenai apa yang baru saja
terjadi. Menepis segala kemungkinan yang tak diinginkannya.
“Minho. Tidak untuk kedua kalinya.
Kali ini aku akan memperjuangkannya,” ujar Key pelan sambil menatap toko di
hadapannya dengan sendu. Ia kembali duduk dan menunggu hingga Sue Ji pulang.
Begitu Sue Ji menutup toko, Key tak
beranjak. Ia menunggu sampai yeoja itu pulang. Hanya menunggu, ia tak ingin Sue
Ji tau kalau sedari tadi dirinya menahan dingin di luar hanya demi melihat
wajah itu. Wajah yang tak ditemuinya sepulang sekolah tadi. Key tau kalau Sue
Ji sedang mencoba untuk menghindarinya. Tapi karena apa? Karena Minho kah?
Sejak kapan mereka jadi semakin dekat?
***
Keesokan
harinya...
Sue Ji menunggu di halte bus. Ia tak
yakin siapa yang ia tunggu. Minho ataukah Key. Key telah berjanji akan
menjemputnya setiap hari. Minho sudah berjanji akan membuat Sue Ji menyukainya
dan mengatakan akan menjemputnya hari ini.
Hati kecilnya berharap agar Key
datang lebih dulu. Kalau tidak, Minho membatalkan janjinya dan berkata kalau
motornya sedang direparasi. Atau lebih jahat lagi, ia berharap Minho sakit
sehingga tidak sekolah, jadi tak bisa menjemputnya.
Namun, kali ini doanya tak terkabul.
Minho benar-benar datang dan mengantarnya ke sekolah.
“Kau ingin aku pindah ke sekolahmu?”
tanya Minho sambil memalingkan wajahnya ke samping agar dapat terdengar oleh
Sue Ji.
“Fokus ke jalan, Minho.” Bukannya
menjawab, Sue Ji malah mendorong wajah Minho agar kembali menghadap jalanan.
“Kau ingin aku pindah ke sekolahmu?
Kalau kau mau aku akan melakukannya,” ujar Minho lagi mengulang pertanyaan yang
sama.
“Kau tak perlu melakukannya hanya
demi aku. Kita kan masih bisa bertemu selain di sekolah,” tolak Sue Ji.
Minho sedikit kecewa mendengarnya.
Namun tak ada lagi yang bisa ia katakan. Setidaknya membonceng Sue Ji sudah
membuat detak jantungnya tak karuan. Apalagi kalau ia satu sekolah dengan yeoja
itu, bisa-bisa ia jantungan.
Minho mengencangkan laju motornya.
Refleks tangan Sue Ji memeluk pinggangnya. Senyum semakin merekah di wajah
tampan itu. “Lebih nyaman seperti ini.”
Setibanya di sekolah, Sue Ji turun
dari motor dan mengembalikan helm Minho.
“Gomawo,” katanya sambil tersenyum.
Minho balas tersenyum. Ia mengacak
rambut Sue Ji. Yeoja itu lantas menggembungkan pipinya. “Kau membuatnya
berantakan,” keluhnya. Minho hanya tertawa kecil sambil menyalakan mesin
motornya. “Sampai jumpa.”
Dari jendela kelas, mata Key
mengawasi. Namun ada hal yang membuatnya tak mengerti. Mengapa saat berbalik,
wajah Sue Ji malah berubah sedih? Bukankah seharusnya yeoja itu senang? Ia
bahkan sengaja berangkat duluan karena tau Minho akan menjemput Sue Ji.
Dilihatnya Sue Ji menengadahkan kepala. Menatap ke arah kelasnya. Ke arahnya.
Key tak bersembunyi. Ia menatap balik yeoja itu. Tersenyum ramah. Meski hatinya
begitu panas melihat kejadian barusan.
“Ia sudah di sekolah? Apakah aku
kesiangan sehingga ia meninggalkanku?” tanya Sue Ji pada dirinya sendiri. Ia
bergegas menuju kelas.
“Diantar Minho lagi?” tanya Go Eun
ramah. Namun Sue Ji tetap menyadari ada sindiran dari nada bicaranya.
Enggan bermasalah dengan yeoja di
hadapannya, Sue Ji hanya mengangguk sambil tersenyum.
Kali ini Go Eun menatapnya tajam. “Sebenarnya
siapa yang kau sukai? Kibum atau Minho? Jangan mempermainkan mereka berdua.”
Sue Ji balas menatap Go Eun. Namun
tetap mencoba bersikap baik. “Apa maksudmu Choi Go Eun? Siapa yang
mempermainkan mereka? Siapa yang PERNAH mempermainkan mereka?” sindirnya sinis.
“Kau tau, Key adalah...”
“Aku tau. Aku sudah tau. Tak perlu
kau katakan pun aku tau. Aku tak akan ikut campur. Aku tak akan merusak
hubunganmu. Jadi, urus saja urusanmu sendiri. Mencelakaiku tak akan memberi
pengaruh apa-apa.”
Go Eun menggigit bibir bawahnya.
Dengan hati-hati ia bertanya, “Mencelakaimu?”
“Kau kira aku tak tau? Mengapa? Kau
takut aku akan mengadu pada Key? Tenang saja, aku tak akan mengadukanmu. Asal
kau berhenti menggangguku. Teruskan saja aktingmu berpura-pura ramah padaku.
Aku tak akan merusak rencanamu.”
Kali ini Go Eun kehabisan kata-kata.
Ia kembali ke tempat duduknya tanpa menatap Sue Ji.
***
Malam hari...
Key tersenyum sambil memasuki sebuah
restoran mewah. Dengan setelan tuksedonya, ia berjalan menuju sebuah meja di
mana sudah ada orang tuanya menunggunya untuk makan malam bersama.
Usai makan, Key mempersiapkan
kata-kata yang sudah dirancangnya seharian ini. Ya. sebuah permintaan yang
mungkin menentang keinginan orang tuanya. Meskipun begitu, lebih baik mencoba daripada
menyerah sebelum berperang, bukan?
“Aboenim, Eomonim. Ada yang ingin
kukatakan,” ujar Key hati-hati. Intensitas pertemuan yang sangat langka
membuatnya bersikap kelewat formal kepada kedua orang tuanya.
Mrs. Kim tersenyum mendengar kalimat
yang diucapkan anaknya. Ada sedikit rasa bersalah karena tak bisa berada di
sisi anaknya setiap hari. “Ada apa, Kibum? Katakan saja.”
“Apakah bisa, jika perjanjian dengan
keluarga Choi dibatalkan?” Key mengutarakan maksudnya.
Orang tuanya tak langsung menjawab.
Melainkan saling bertatapan.
Merasa tak direspon, Key meneruskan
kalimatnya. “Aku.. tidak menyukai gadis itu. Bukankah ini menyangkut masa
depanku? Bagaimana bisa aku menikahi seorang gadis yang bahkan tak kusukai? Aku
ingin memilih pasangan hidupku sendiri. Lagipula, bukankah aku masih terlalu
muda untuk memusingkan sebuah perjodohan? Dan lagi, tidakkah perjodohan terlalu
kuno untuk diterapkan di masa kini?”
Masih kebisuan yang didapatnya. Key
mulai khawatir. Ia mulai mencari kata-kata lagi untuk meyakinkan kedua
orangtuanya.
“Hahaha...” Mr. Kim tertawa. “Anakku
sudah dewasa rupanya.”
Key menatap ayahnya dengan bingung.
Respon macam apa ini? Sama sekali tak diduganya.
Mrs. Kim bangkit dari kursinya dan
duduk di sebelah Key. Memegang bahu anaknya dan memeluknya. Key semakin bingung
dibuatnya.
“Kami memang tak bermaksud untuk
serius menjodohkanmu,” kata Mrs. Kim.
“Tapi, apakah kau benar-benar yakin
untuk membatalkannya?” tanya ayahnya memastikan.
Key mengangguk mantap.
“Baiklah. Lagipula surat kontrak
belum ditandatangani.”
“Benarkah?”
Mr. Kim mengangguk menjawab
pertanyaan anaknya. Key girang bukan main. Ternyata orang tuanya tak
se-diktator perkiraannya. Orang tuanya adalah DAEBAK !
Saat ini yang ada di pikiran Key
adalah :
1.
Sue Ji
2.
Menyingkirkan Choi
Go Eun
Ada lagi.
Minho masih saingannya sekarang. Ia harus lebih keras menarik hati Sue Ji lagi.
T
B C
Kependekan?
Ngga kok. Sama kaya part part sebelumnya kok. 1635 kata. Biasanya sekitar
1500an malah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar