?Tittle
: What Love’s Like? – Part 11
Genre
: Romance, Comedy
Main
Casts : Choi Minho, Kim
Kibum “Key”, Bae Suzy
Other Casts : you’ll find in the story
Length
: ? (belum ditentukan)
Rating
: PG-15
Annyeong..... lagi-lagi
telat, lagi-lagi ngaret. Padahal udah janji mau publish malem senin. Mianhae
chingu..
Happy reading ^^
Author POV
Key berjalan
menuju kelas Sue Ji. Begitu ia sudah nyaris mencapai pintu kelas, ia berpapasan
dengan Nana yang sedang uring-uringan seorang diri di depan kelas. Namun Key
yang tak terlalu mengenal Nana hanya berlalu dan menjulurkan kepalanya ke dalam
kelas yang ternyata sudah sepi tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya
pada Nana.
“Ini kelasmu?” tanya Key. Nana
mengangguk.
Key berdehem kecil. Ragu-ragu untuk
bertanya.
“Kau mencari Sue Ji?” tanya Nana
cepat. Kini gantian Key yang mengangguk.
Ekspresi Nana semakin cemas. “Kami
berjanji akan pulang bersama. Dia bilang dia akan pergi ke toilet dulu
sebentar. Tapi sedari tadi ia tak kunjung kembali.”
“Kau tidak menyusulnya?” tanya Key.
Ia mencoba untuk tidak khawatir. Dalam pikirannya, mungkin saja Sue Ji sakit
perut sehingga ia agak lama.
“Tadi aku piket dulu.”
***
“Baru saja dua
hari berturut-turut kau menggoda Minho. Sekarang Key juga kau rayu?” ujarnya
dengan nada meremehkan.
Nicole. Gadis yang sedari tadi
bicara itu, memutar kepala Sue Ji ke arah cermin.
“Lihatlah wajah jelek ini !
Bagaimana kau bisa merayu mereka?” omelnya dengan nada meremehkan sambil terus
memegangi dan mengguncang-guncang kepala Sue Ji. Empat gadis lainnya ikut
tertawa meremehkan.
Sue Ji tak menyahut apapun sedari
tadi. Bulir-bulir air mata mulai mengalir di wajahnya. Sekuat tenaga ia menahan
aliran itu agar tidak semakin deras.
***
Key mencoba menghubungi ponsel Sue
Ji. Namun ketika nada sambung mulai berbunyi, terdengar suara ponsel dari dalam
tas Sue Ji yang sedang berada di tangan Nana.
***
PLAK !
Lagi-lagi tamparan mendarat di
pipinya yang satu lagi.
Panas. Wajahnya makin memerah. Ia
meremas kuat ujung rok seragamnya hingga buku-buku jarinya mulai memutih.
Seperti inikah rasanya dibully?
Ikat rambutnya ditarik paksa hingga
lepas. Rambutnya diacak-acak. Tubuhnya didorong-dorong.
BYURRR !
Air kembali membasahi tubuhnya. Ia
mulai menggigil.
Tak kuat lagi menahan tangis, ia
menangis sejadinya. Gadis-gadis yang masih dalam keadaan mengelilinginya
semakin melancarkan unek-unek mereka. Sue Ji sudah tak mampu lagi menampung
ocehan demi ocehan yang terus menyerang pendengarannya.
***
Nicole dan beserta anak buahnya
berjalan meninggalkan toilet dengan wajah puas. Sue Ji mereka kunci di salah
satu bilik toilet tersebut.
Di jalan, mereka berpapasan dengan
Key dan Nana yang sedang menuju toilet dengan wajah cemas.
Mereka tak mempedulikan hal itu dan
terus melangkahkan kaki mereka. Nicole memisahkan diri dan menuju ke tempat
yang agak sepi untuk menghubungi seseorang.
“Bagaimana?”
tanya sebuah suara di seberang telepon.
“Lancar. Kami baru
saja mengurungnya di toilet. Nampaknya ia sangat ketakutan tadi,” jawab Nicole.
“Good job.
Periksa lokermu. Dan jangan lupa untuk tutup mulut mengenai kejadian ini.
Terutama mengenai siapa yang menyuruhmu melakukannya.”
“Baiklah. Jangan sungkan kalau kau
memerlukanku lagi,” ujar Nicole sambil tersenyum puas.
Setelah memutus sambungan, Nicole
berjalan menuju lokernya yang sengaja tak ia kunci. Begitu ia membukanya,
terdapat sebuah amplop yang setelah diperiksa isinya adalah uang sesuai dengan
nominal yang telah dijanjikan oleh si penelpon tadi.
***
Nana tak menemukan Sue Ji di toilet.
Namun salah satu toilet yang berada di ujung menarik perhatiannya. Toilet yang
kenop pintunya diganjal oleh sebatang sapu.
“Sue Ji?” panggil Nana.
Agak tidak yakin, Nana seperti
mendengar erangan kecil dari dalam bilik toilet tersebut.
“Sue Ji, kau di dalam?” panggilnya
lagi. Ia memindahkan sapu tersebut dan membuka pintu toilet. Didapatinya Sue Ji
tengah terduduk lemas di atas kloset dengan tubuh basah kuyup.
“Astaga !” pekik Nana. Ia segera
keluar menghampiri Key yang tengah menunggu di depan toilet wanita.
“Key !” panggil Nana. Tubuh gadis
itu bergetar. Matanya mulai mengeluarkan air mata. “Key !” panggilnya lagi.
Key bingung dan menjadi cemas
melihat Nana yang begitu gemetaran memanggilnya. Firasatnya menjadi tidak enak.
“Kenapa?”
Nana menarik-narik seragam Key.
“Tolong Sue Ji. Palli ! Palli, Key !”
Key sebenarnya enggan memasuki
toilet wanita. Namun begitu mendengar nama Sue Ji ia segera masuk dan mendapati
Sue Ji dalam keadaan yang memprihatinkan. Tanpa buang waktu lagi ia segera
membopong Sue Ji.
Saking paniknya Key bahkan bukannya
menuju UKS, melainkan menuju mobilnya. Nana yang juga dalam keadaan panik, sama-sama
tak ingat dan ikut masuk ke dalam mobil Key.
Barulah setelah mereka memasang
sabuk pengaman dan Key mulai menyalakan mobil, Nana bertanya, “Kita mau ke
mana?”
Key baru ingat kalau ia seharusnya
membawa Sue Ji ke UKS. Tapi karena mereka sudah terlanjur di jalan, ia
memutuskan untuk menjawab, “Ke rumahku.”
Key melihat Sue Ji yang tengah
menyandarkan kepalanya di pundak Nana. Wajah gadis itu pucat sekali. Nampak
kedua pipinya merah seperti bekas ditampar. Tubuh gadis itu menggigil. Key
segera melepas blazer sekolahnya dan memberikannya pada Nana.
“Pakaikan ini padanya. Ia
kedinginan,” titahnya. Setelah itu ia menyalakan penghangat mobil.
***
Sue Ji saat ini sedang duduk di sofa
ruang tengah apartemen Key sembari menyesap segelas cokelat hangat. Sedangkan di
sebelahnya Key sedang menatap layar televisi dengan pandangan kosong.
Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di pikirannya sehingga tak menyadari
tatapan heran Sue Ji yang mengira kalau ia gemar menonton melodrama.
Sue Ji mulai mengantuk karena tak
kunjung mengerti apa yang sedang mereka tonton. Apalagi ia belum pernah
menonton drama tersebut. Ia hanya tau judulnya saja karena eomma-nya sering
menonton drama itu.
“Key, bisa ganti acara TV-nya tidak?
Aku kurang mengerti jalan cerita dramanya,” pinta Sue Ji. Key yang sejak awal
memang tak menyadari apa yang sedang mereka tonton refleks menoleh, “Aku juga
tidak mengerti. Kukira kau menikmati acaranya. Harusnya bilang dari tadi.”
Key melihat ke arah TV, ia sempat
mendegus menertawakan diri sendiri. ‘Melodrama, huh? Sejak kapan aku menonton
tayangan seperti ini?’ pikirnya. Segera ia memindahkan channel melalui remote,
namun ia sendiri sebenarnya bingung apa yang akan ditontonnya. Pikirannya
terlalu sibuk mengurusi rasa penasaran yang terus mengusiknya sedari tadi.
“Kau saja yang cari !” titah Key
sambil menaruh remote di meja. Ia kemudian bangkit dan menuju pantry untuk
mengisi gelasnya yang sudah kosong.
Sue Ji melanjutkan menonton TV. Ia
merasa agak canggung karena Key sama sekali tak bersikap ketus. Namja itu
bahkan sudah menolongnya.
Oh iya, berbicara soal tolong-menolong,
apakah Key tau kalau Nicole lah yang telah menyiksa Sue Ji? Sue Ji sendiri
masih belum tau pasti apakah Key sudah tau atau belum. Pasalnya Key sama sekali
tidak–̶ lebih tepatnya belum–̶ menyinggung mengenai penyebab bagaimana Sue Ji
bisa ditemukan dalam keadaan menggenaskan seperti tadi.
Merasa bosan, Sue Ji akhirnya
mematikan TV. Ia hanya duduk tanpa melakukan apapun. Beginikah rasanya jadi
temannya Key? Ia memang pernah datang ke tempat ini, tapi bukan untuk duduk
santai seperti ini, melainkan untuk menggantikan pembantunya Key.
Key datang dan duduk di sebelah Sue
Ji. Ia memutar tubuh dan menatap wajah yeoja di hadapannya. Sue Ji jadi merasa
agak risih diperhatikan seperti ini. Ia menunduk.
Tanpa diduga, Key justru mengangkat
dagu Sue Ji. Menggerakkan kepala gadis itu ke kanan dan kekiri secara perlahan
hingga ia dapat melihat dengan jelas lebam di wajah cantik itu.
Key mendesah pelan. Kemudian
beranjak lagi dari sofa, ia kembali dengan membawa kotak P3K.
Dengan telaten Key mulai mengobati
luka-luka di wajah Sue Ji. Meskipun perasaannya berdebar keras saat ini,
apalagi saat menyentuh kulit wajah yeoja itu, seperti tersengat aliran listrik.
Ada apa ini? Apakah kini dirinya adalah seorang superhero dengan kekuatan listrik?
Rupanya bukan hanya Key yang merasa
seperti itu. Sue Ji juga merasakan hal yang sama. Namun ia memilih untuk
bungkam.
Masih berkutat dengan plester dan
salep, Key mencoba mengontrol detak jantungnya agar kembali normal. Ia mulai
memasang plester di wajah Sue Ji. Secara otomatis jarak di antara wajah mereka
terpangkas, kini hanya terpaut beberapa senti saja.
Pandangan Key yang tadinya fokus ke
luka di waha Sue Ji akhirnya buyar, tanpa disadarinya kini ia sudah beradu
pandang dengan Sue Ji. Sekilas dipandangnya bibir yeoja itu. Glek ! Ia menelan
ludah.
Jarak antara wajah mereka semakin
pendek, Key bahkan mampu merasakan napas Sue Ji yang tak karuan.
Cup
A kiss. Bukan
sebuah kecupan di pipi seperti saat di mobil. Bibir Key menyapu lembut bibir
Sue Ji. Yeoja itu tak melawan, bergeming di tempatnya sambil menahan napas. Key
memejamkan matanya sementara bibir mereka saling bertaut. Tidak sebentar dan
belum lama, namun bibir mereka hanya salinng menempel.
Key POV
“Dari tadi kau tidak de– Astaga !”
pekik seseorang. Refleks aku dan Sue Ji langsung mundur. Melihat siapa yang
datang, aku nyaris mengumpat dalam hati kalau bukan karena menyadari bahwa Onew
hyung lah orang yang telah mengganggu momen indahku saat ini.
“Ups ! Mianhae, Key,” katanya sambil
tersenyum bersalah. Bersyukurlah hyung karena aku memaafkanmu.
Sue Ji terus-terusan menundukkan
kepalanya sejak kedatangan Onew. Sebenarnya bukan hanya dirinya yang sedang
malu saat ini. Hanya saja karena yang memergoki kami adalah Onew mau bagaimana
lagi?
Kami bertiga duduk di sofa, menonton
TV. Sebenarnya menonton TV hanya alibi saja. Aku dan Sue Ji sedari tadi terus
membisu, sedangkan Onew sibuk melahap ayam goreng yang dibawanya.
“Sebaiknya aku segera pulang,” ujar
Sue Ji. Yaah... ia jadi pergi kan.
“Aku akan mengantarmu,” tawarku.
Setidaknya aku harus berbicara berdua dengannya setelah kejadian barusan.
Dengan kecepatan kilat kuambil kunci mobilku.
“Err... Key, di mana bajuku?”
“Uhuk !”
Aku baru ingat kalau Sue Ji masih
memakai pakaianku dan Onew hyung baru sadar sekaligus shock. Kuyakin ia
memikirkan yang tidak-tidak dan sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan
segera menyerangku sepulang mengantar Sue Ji nanti.
Sambil menunggu Sue Ji berganti
pakaian, aku duduk menemani Onew hyung.
“Kau berhutang banyak penjelasan padaku,
nak,” ujar Onew hyung dengan senyum jahil.
“Kau kurang update sih, hyung,” balasku meledek.
“Huh?”
Sue Ji sudah selesai berganti
pakaian. “Kajja !” ajakku sambil memainkan kunci mobil. Meninggalkan Onew hyung
yang melanjutkan makannya.
***
Aku mengemudikan mobil dengan
kecepatan di bawah kategori sedang. Nyaris lambat. Tujuannya adalah untuk
mengulur waktu. Namun sayangnya yang hadir justru keheningan. Baik aku maupun
Sue Ji tak bersuara sedikitpun. Malah gadis itu sedari tadi terus menunduk,
kalau tidak ia akan menatap ke luar jendela. Yang jelas ia sedang berusaha
untuk tidak melihatku.
Apa ia marah? Aku tak tau pasti. Aku
khawatir ia akan benci padaku karena bertindak tiba-tiba seperti tadi. Kuyakin
ia pasti kaget tadi.
“Aku–“
“Aku–“
Ah ! Kenapa harus berbarengan?!
“Kau dulu,” pintanya. Ya sudah, tak
apa lah aku dulu yang bicara. Setidaknya jika ia berniat untuk memarahiku pun
aku sudah minta maaf dulu.
“Mianhae,” ujarku pelan.
“Maaf untuk apa?” tanyanya. Ia
akhirnya menatapku. Sayangnya mataku sedang fokus ke jalanan sehingga tak bisa
ikut menatapnya.
“Untuk yang tadi,” jawabku.
“Oh, itu.” Ia menyentuh bibirnya.
Aku memperhatikan dari cermin. Bibir. Fantasiku memutar kembali kejadian
beberapa saat yang lalu. Bibir itu.
Glek !
Aku menelan
ludah. Haduh Key.... jernihkan pikiranmu !
“Aish !” umpatku tak tahan. Akhirnya
aku aku cepat-cepat bertanya agar ia menarik tangan dari bibirnya. “Bagaimana
denganmu? Apa yang hendak kau katakan?”
“Hmm... Aku hanya ingin mengatakan
kalau aku tidak apa-apa. Mungkin kau sedang banyak pikiran sehingga refleks
melakukan hal tak terduga. Aku... tidak apa-apa.” ujarnya nyaris mencicit.
Shit ! Bukan itu yang ingin
kudengar. Seandainya ia tau kalau aku melakukannya dalam keadaan sepenuhnya
sadar. Aku tidak sedang mabuk atau banyak pikiran.
Sue Ji POV
Benar. Aku meyakinkan diriku bahwa
kejadian tadi bukanlah disengaja melainkan hanyalah sebuah kecelakaan.
Bukannya aku merasa terlalu percaya
diri, bukannya aku tak menyukainya, hanya saja ada sesuatu yang mengganjal
hatiku.
Masih terngiang di telingaku
percakapan yang sempat kucuri dengar waktu lalu. ‘Kita dijodohkan, Key. Kau
lupa itu?’. Aku jelas sudah tau walau ia tak menyadari itu. Aku tau kalau ia
sudah bertunangan. Choi Go Eun. Bukankah ia pernah menginginkan yeoja itu?
Bukankah mereka pantas bersama?
“Ada yang ingin kukatakan,” katanya.
“Sudah sampai,” potongku. Apapun
yang akan dikatakannya saat ini, lebih baik aku tidak dengar dulu. Aku segera
keluar dari mobil. “Gomawo.”
“Bae Sue Ji, aku menyukaimu,” gumamnya
sambil menatapku sayu tepat di saat aku menutup pintu mobil. Aku pura-pura tak
mendengarnya. Kuharap aku salah dengar.
Kibum POV
Aku menatap punggungnya yang mulai
memasuki rumah. apakah ia mendengar pengakuanku tadi? Dapatkah ia mendengarnya?
Bae Sue Ji, jebal...
Setelah yakin ia masuk ke rumahnya,
kunyalakan kembali mesin mobil dan pulang.
Author POV
“Kau berutang banyak penjelasan
padaku,” Onew mengulang ucapannya saat mendengar suara Key di pintu.
“Kau sudah melihatnya, hyung,” sahut
Key lesu.
“Kenapa kau? Tadi masih bersemangat,
sekarang malah kebalikannya. Kau... ditolak?”
“Tidak. Tapi, ia bahkan belum
mendengarnya.”
“Lagipula bukankah katamu kau
dijodohkan dengan Go Eun?”
“Tapi aku bahlan tak tertarik
padanya.”
“Kau tertarik atau tidak, kau suka
atau tidak, status itu masih melekat padamu. Cepat atau lambat Sue Ji akan tau.
Bagaimana jika Go Eun tau kalau Sue Ji-lah yang kau sukai? Kau tau sendiri
ambisi yeoja itu terlampau besar. Sebaiknya kau selesaikan dulu masalah
perjodohan, baru kau dekati Sue Ji,” saran Onew.
Key mencerna kata-kata Onew. Ada
benarnya juga. Lebih baik menyelesaikan masalah yang ada dulu daripada
menempatkan Sue Ji dalam posisi sulit nantinya.
***
Keesokan harinya...
Key sudah memarkir rapi mobilnya di
depan rumah Sue Ji. Melihat yeoja itu keluar dari rumahnya, Key menurunkan kaca
jendela mobil.
“Ayo naik !” ajaknya.
Sue Ji bingung. Key menjemputnya?
Ada hal aneh apa lagi ini? Ia hanya menatap Key heran.
“Ayo, kau tak mau kesiangan kan?”
tawar Key lagi.
Sue Ji masih bergeming. Ragu antara
ingin masuk atau tidak. Tapi, ia merasa
tidak enak karena Key sudah di depan rumahnya. Akhirnya ia mengangguk dan masuk
ke dalam mobil.
“Lama sekali berpikirnya,” sindir
Key sambil menjalankan mobil.
“Aku takut pada
penggemar-penggemarmu,” ungkap Sue Ji jujur. Key agak meringis mendengarnya.
Sempat terlintas di pikirannya bagaimana jika mereka benar-benar pacaran.
Key mencuri pandang ke arah Sue Ji.
Masih terlihat plester melapisi bekas lukanya kemarin. Oh iya, Key lupa
menanyakan hal itu.
“Ngomong-ngomong, siapa yang
melakukan itu padamu?” tanya Key membuka percakapan.
Sue Ji menarik napas dalam-dalam.
Haruskah ia mengatakannya? Haruskah ia memberitahu kalau ini semua adalah
karena skandal mereka berdua?
“Kenapa kau ingin tau?”
“Tentu saja. Kita teman. Masa iya
aku harus diam begitu saja mengetahu temanku diperlakukan kasar seperti itu?
Teman macam apa aku ini?” sahut Key dengan nada sedikit lebih tinggi.
“Apa yang akan kau lakukan kalau kau
tau siapa pelakunya?”
“Aku? Aku bisa saja membalasnya
untukmu kalau kau mau.”
“Kalau aku tak mau?”
“Mengapa kau terus-terusan mengulur
pertanyaan? Kau tinggal sebut saja namanya.”
“Jawab dulu pertanyaanku.”
“Baiklah. Aku hanya ingin tau,” ujar
Key mengalah.
“Nicole dan teman-temannya.”
“Nicole? Nicole Jung?”
“Hmm.. Sepertinya begitu. Memang
kenapa?”
“Ah, tidak.”
Mereka tiba di sekolah. Kali ini
nampaknya para murid sudah bosan menggosipkan Sue Ji berangkat dengan siapa.
Tapi mungkin akan ramai lagi kalau Sue Ji ‘ganti jemputan’ dengan namja keren
lain. Nama Bae Sue Ji kini telah melejit ke seantero sekolah. Ia sudah terkenal
berkat skandalnya dengan Minho dan Key.
Sue Ji dan Key turun bersamaan. Mata
orang-orang di sekitar parkiran menuju ke arah mereka. Tatapan kagum menuju ke
arah Key, tatapan aneh menuju ke arah Sue Ji. Tatapan-tatapan itu kian melebar
tatkala Key menarik tangan Sue Ji.
“Ayo, jangan terlalu santai, kita
bisa terlambat ke kelas !” Key menarik
tangan Sue Ji sambil setengah berlari.
***
Key diam tak memperhatikan selama
pelajaran. Pikirannya menuju ke jawaban Sue Ji tadi saat di mobil. Nicole. Nama
itu sedikit familiar. Ia terus menutar ingatan di mana ia pernah melihat atau
mengenal seseorang bernama Nicole.
Ia teringat Onew. Ya. Onew memiliki
ingatan yang bagus. Orang itu mungkin tau siapa Nicole. Tanpa buang waktu lagi
ia segera mengirim sebuah pesan pada Onew.
To : Lee Jinki
Hyung, kau
kenal seseorang bernama Nicole?
* 1 Received Message
From : Lee Jinki
Sepertinya
pernah dengar. Beri aku waktu untuk mengingat.
Key kembali fokus pada pelajaran. Ia
tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Ia melirik jam dinding. Dua menit
lagi bel.
***
Onew menghampiri Key di kelasnya
dengan wajah berbinar. Menemukan hal yang sedang kau usahakan untuk ingat
mungkin bisa membuat ekspresi wajahmu sama dengan ekspresi yang ditunjukkan
Onew saat ini.
“Aku ingat !”
Key yang memang sudah penasaran
langsung antusias. “Kau ingat?”
Onew membusungkan dada dengan
jumawa. “Tentu saja aku ingat. Tanyakan segala hal padaku dan aku pasti tau.”
“Hentikan dulu pamernya. Yang
penting kau katakan dulu padaku siapa itu Nicole,” pinta Key tak sabar.
“Kuyakin kau akan terkejut
mendengarnya. Dia adalah sepupunya Choi Go Eun.”
“MWO??” darah Key langsung naik ke
ubun-ubun. Apa yang dipikirkannya saat ini sudah jelas. Ia yakin Go Eun lah
biang di balik semua ini. Onew yang menyadari hal itu langsung berusaha
menenangkan Key.
“Memang ada apa, Key?”
“Dia yang mencelakai Sue Ji
kemarin,” jawab Key dengan wajah merah padam. Rahangnya mengeras.
Onew lagi-lagi paham mengenai apa
yang ada dalam pikiran Key sekarang.
“Jangan terbawa emosi, Key. Semakin
kau menentang Go Eun, yang akan dia serang bukan kau. Apalagi ia akan sadar
kalau kau begitu melindungi Bae Sue Ji. Apa yang akan dilakukannya? Ia akan
menyadari bahwa Sue Ji lah titik lemahmu.” Onew lagi-lagi menasihati.
Key berusaha menenangkan diri. Go
Eun lagi, Go Eun lagi, Go Eun lagi. Yeoja itu terus-terusan mengganggu
kehidupannya. Key benar-benar menginginkannya untuk segera enyah.
“Oh iya, Sue Ji tak membawakan kita
bekal lagi?” tanya Onew.
“ ’Kita’ ? Dia hanya membawa
untukku, hyung.” kata Key bangga. Ia memang sedari-tadi terus-terusan mengamati
pintu kelas, siapa tau Sue Ji akan datang. Namun sampai bel masuk berbunyi pun
yeoja itu tak kunjung muncul batang hidungnya.
“Pergilah, hyung. Sudah masuk,” usir
Key.
“Ah... kau tega sekali mengusirku.
Ya sudah lah. Aku kembali ke kelas,” protes Onew, namun pada akhirnya ia
memilih untuk pasrah saja.
***
Sepulang sekolah...
Usai membereskan tasnya, Key
berjalan ke luar kelasnya, berniat menuju ke kelas Sue JI. Namun yang
didapatinya justru tak ada Sue Ji di kelasnya, teman-temannya mengatakan kalau
Sue Ji dan Nana sudah pulang.
“Bae Sue Ji. Sulit sekali untuk
bicara empat mata denganmu,” gumam Key lesu.
“Sedang apa kau di sini?” tanya
sebuah suara di belakang Key, sosok itu berjalan dan berhenti di sebelahnya.
“Tidak. Aku
hanya ingin mengamati kelas lain dengan lebih saksama,” kilah Key.
“Bukan untuk
mencari seseorang?”
“Mencari
siapa? Kau? Lupakan !” cibir Key.
Go Eun tertawa
sinis.
“Sebaiknya kau
yang berhenti mengejarku. Percuma saja, tak akan sampai,” ujar Key
sarkatis.
“Oh iya. Lain kali kalau kau berniat
untuk menjebak seseorang, carilah tenpat yang lebih baik dari toilet,” sindir
Key pedas.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tak
menjebak siapapun,” ujar Go Eun membela diri.
“Nicole, bukankah ia saudaramu?
Kali ini tubuh Go Eun bukan hanya
menegang. Tapi juga sedikit takut Key akan tau kalau dirinya lah yang telah
menyuruh Nicole. Apa jadinya bila Key tau? Ia tak berani memikirkan sejauh itu.
“Sudahlah. Aku jadi ingin cepat
pulang setelah melihatmu,” kata Key sinis.
“Nicole adalah sepupuku,” aku Go Eun
cepat. “Memangnya kenapa?”
“Oh.. Aku sudah tau. Barusan aku
hanya sekedar memverifikasi hal itu.” ujar Key sambil berlalu pergi.
“Pasti dia !” gumam Key penuh emosi.
Ia segera menuju area parkir untuk mengambil mobilnya dan pulang.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar