Sabtu, 19 November 2011

What Love's Like part 2


Tittle                : What Love’s Like? – Part 2
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum, SHINee, Bae Suzy
Length             : ?
Rating              : PG-15

Thanks to Dita yang terus-terusan nanyain kapan ff aku dilanjutin. Sesuai janji, ff ini langsung aku kerjain. Semoga kali ini bisa lebih serius. Amin...
FF ini juga aku publish di wordpress

Happy reading ^^



Minho POV
            “Gotcha ! Ternyata benar ini kau. Hahaha” aku tertawa puas setelah menangkap basah yeoja ini yang ternyata sedang menyamar, dan aku menduga bahwa ia tak ingin bertemu denganku karena kejadian kemarin. Lucu sekali ekspresi wajahnya itu. Perpaduan antara malu, kesal, dan seperti maling yang tertangkap basah mencuri. Kasihan ia, sebaiknya aku berhenti menggodanya jika tidak bisa-bisa image cool-ku berkurang nanti. *narsis benerrr*
            “Ya ! Kau tak pelu sampai menyamar seperti ini, nona. Seperti di sinetron saja. Aku ka tak akan melaporkanmu pada polisi hanya karena kau menggambar diriku tanpa sepengetahuanku. Lagipula gambaranmu memang bagus, hanya saja imajinasimu yang tidak elit,” yeoja itu semakin mengerucutkan bibirnya, wajahnya semakin ditekuk mendengar perkataanku barusan. Biarkan saja, aku senang membuatnya merasa malu. Jahatkah? Haha..
            “Kau !” teriaknya. “Ah.. tidak, tidak. Imageku harus tetap dijaga. Huft..” ia mulai bicara sendiri. Sepertinya ia sedang berusaha meredakan amarahnya. Wah... yeoja ini, tak marahkah ia padaku? “Sedang apa sih?” tanyaku heran. Tanpa menghiraukanku, akhirnya ia kembali menghitung belanjaanku. “Totalnya 8000 won,” katanya sembari menyodorkan kantong belanjaan ke arahku.
            Loh, mengapa jadi begini? Bukankah harusnya ia yang minta maaf padaku? Kesempatan ini harus kumanfaatkan baik-baik.
            “Nona ! Sepertinya aku berubah pikiran. Aku tidak suka kau menggambarku aneh begitu. Kau harusnya minta maaf padaku.” Kataku angkuh. Ia mendongakkan kepalanya. “Apa? Lagipula itu hanya sebuah gambar kan?” bantahnya.
            Kuambil buku sketsanya. “kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !” setelah menenteng belanjaanku, aku membawa buku sketsa milik yeoja itu. “Sampai jumpa !” pamitku padanya yang sedang memasang mimik kesal.

Sue Ji POV
            “Kau sepertinya gemar padaku ya? Untuk sementara aku pinjam buku sketsamu dulu ya !”
            Apa dia bilang? Dia mau pinjam buku sketsaku??? OMO ! Jangan ia akan menyebarkan aibku pada teman-temannya yang mungkin saja tampan-tampan. Haish ! matilah aku !
            “Sampai jumpa !” kata namja itu keluar dari tokoku tanpa memperdulikanku yang sudah dibuat kesal olehnya. Tidaaaaak....!!!

*

            “Sue Ji, palli ! Sebentar lagi bel berbunyi,” panggil Nana. Aku tak menghiraukannya. Yang jelas aku masih galau memikirkan bagaimana nasib buku sketsaku yang mungkin saja sedang ditertawakan oleh namja itu bersama teman-temannya. Gambaranku kan jelek. Selain itu gambar namja itu tidak hanya satu, juga baju-baju gambaranku, dan lain-lain.
            BRUK !
            “Aww ! Aigoo...siapa sih pagi-pagi sudah main tabrak-tabrak?” umpatku kesal. Kemudian orang yang menabraku tadi mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dan ketika kulihat siapa pemilik tangan itu ternyata Key.
            WHAT ??????? KEY ????
            Ya Tuhan bawalah aku pergi dari situasi ini atau sebaiknya semoga namja ini tak ingat mengenai insiden kemarin.
            “Jeongsahamnida. Gwencana?” tanyanya membuat pipiku justru bersemu merah. “Eum..” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku sembari menganggukkan kepala.
            “Eh, bukankah kau yeoja kemarin?” pekiknya. Aku memejamkan mataku, sepertinya do’aku tak dikabulkan.
            “I...i...iya,” jawabku ragu-ragu. “Ah...kau lagi rupanya. Sepertinya kau pervert yang suka menghalangi jalan orang ya?”
            “Mwo? Aku pervert? Yaa ! Kau yang harusnya jalan lihat-lihat, pabo ! Eh keceplosan !” pabo pabo pabo Sue Ji... Mulut bodohku sulit sekali diajak kompromi, ottokhe?
            “Pabo? Pabo katamu? Ya !!”
            Teng...teng....
            Kata-katanya terputus oleh suara bel sekolah tanda masuk kelas. “Ah, sudah masuk, sampai jumpa !” kataku padanya sambil berlari menuju kelas sendirian, karena sepertinya Nana sudah duluan. Masih sempat kudengar teriakannya yang mengatakan bahwa urusan kami belum selesai.
           
            Waktu istirahat..
            “Sue Ji, ayo ke kantin !” ajak Nana padaku yang kujawab dengan gelengan kecil. Aku enggan keluar kelas hari ini. Bagaimana jika Key memang menganggap urusan kami benar-benar belum selesai? Apa yang akan dilakukannya padaku? Bagaimana jika dia meminta kepala sekolah untuk men-drop out-ku? Oke, itu memang sedikit berlebihan. Tapi tetap saja kalau kau bermasalah dengan seorang namja terkeren di sekolah, dan kau adalah salah seorang penggemarnya, mau ditaruh di mana mukaku? Aigoo.. akhir-akhir ini sudah dua namja keren yang bermasalah denganku. Sepertinya kesialan sedang melekat padaku.
            “Ya !” Nana menepuk-nepuk pipiku. “Kau sedang melamunkan apa sih? Kupanggil-panggil malah bengong. Wajahmu seperti orang bodoh tau,” ejeknya. Aku semakin lemas. “Nana, menurutmu apa yang akan kau lakukan jika kau mempunyai masalah dengan dua orang namja yang kau sukai?” tanyaku. “Hmm.. kalau aku.. Eh, maksudmu apa? Kau punya masalah dengan siapa?” tanya Nana curiga. “Ah, tidak. Kan aku hanya berandai-andai,” kilahku menghindari tatapan-meminta-penjelasan sahabatku itu. “Bohong. Biar kutebak, pasti Key. Iya kan?” melihat tatapan pasrahku, ia kembali melanjutkan, “O iya, tadi kau bilang dua. Siapa satu lagi?” desaknya lagi. “Namja tampan langgananku,”
            “Langgananmu? YA Sue Ji, langganan apa? Maksudmu kau adalah seorang...” Nana menatapku nanar. “Eh, bukan. Bukan seperti itu. Maksudku langganan ibuku,” kataku agar ia tak salah sangka. “Langganan ibumu? Jadi ibumu adalah seorang wan...”
            “Asih, bukan ! Maksudku langganan di toko ibuku,” kataku lagi memotong ucapannya yang setengah berteriak. Seisi kelas langsung memperhatikan kami heran.
            “Oooh... habis bicaramu sepotong-sepotong sih. Aku kan jadi salah kaprah. Kembali ke topik pembicaraan kita, jadi namja satu lagi itu langganan di toko ibumu? Seperti apa orangnya?” tanyanya penasaran. “Kau tau kan seleraku seperti apa, berarti kalau kubilang tampan ya memang tampan. Ia tinggi, bermata besar, dengan senyum yang saaaaaaaaangat manis, ia keren loh !” ujarku sambil membayangkan wajah namja itu. “Namanya?” tanyanya lagi. “Eoh? Aku tak menanyakan namanya. Tapi buku sketsaku diambil olehnya,” memikirkan kejadian itu aku kembali murung. “Buku sketsamu? Jangan-jangan dia menyukai gambaranmu jadi mengambilnya,” kata Nana yang tak tau alasan namja itu mengambil bukuku. “Bukan seperti itu..” maka kuceritakan detail cerita dari awal sampai kejadian semalam.
            “APA??? Kau parah sekali, Sue Ji. Aigoo... benar-benar ceroboh. Lalu bagaimana dengan nanti malam?” pertanyaan Nana  sekali lagi membuatku murung. “Aku tak tau. Lihat nanti saja,” jawabku murung.

Author POV
            Hari berganti malam. Sue Ji kembali menekuni kehidupan malam(?)nya yaitu menjaga toko.
            Pintu terbuka, “Annyeonghase...” Sue ji tertegun melihat siapa yang datang. Sebenarnya pelanggan itu sudah biasa datang ke tokonya, tetapi malam ini Sue Ji sudah berdo’a dengan sungguh-sungguh agar orang itu tidak pernah datang lagi ke toko ibunya. Tapi lagi-lagi do’anya tak terkabul.
            Seperti biasa namja itu membeli susu pisang – untuk Taemin – dan makanan ringan lainnya. Kemudian ia akan menuju meja kasir dan...
            “...”
            “Totalnya 5000 won,” Sue Ji menyerahkan belanjaan namja itu.
            “Siapa namamu?” tanya namja itu membuat Sue Ji kaget karena sedari tadi mereka hanya saling diam. “Sue Ji. Bae Sue Ji,” jawab Sue Ji singkat. Kemudian namja itu pergi. Tanpa membahas mengenai kejadian semalam apalagi mengembalikan buku sketsanya yang kini Sue Ji sudah membeli lagi yang baru.
            Malam semakin merayap dan Sue Ji menutup toko. Pulang ke rumahnya yang disambut oleh makan malam buatan Eommanya. Sambil makan ia mengingat kembali kejadian tadi. Ia begitu penasaran dengan nama namja itu dan menyesali mengapa ia tak bertanya balik.
            Usai makan malam Sue Ji menuju kamarnya dan melanjutkan gambarnya – sketsa baju yang akan dipesannya di tukang jahit jika sudah rampung.

Esok harinya...
            Sue Ji berangkat ke sekolah bersama Nana. Ia heran mengapa di kelasnya begitu riuh begitu pula di kelas lain, terutama para yeoja. “Benar, aku tak sabar melihat setampan apa sih namja-namja dari Seoul International High School. Hihihi” celoteh seorang yeoja genit kepada temannya yang juga ikut terkikik. Ah benar juga ! Hari ini akan ada tim basket dari SIHC ke sekolah mereka. Membuat Sue Ji penasaran apa benar kata teman-teman kalau siswa-siswa SIHC itu tampan-tampan? Check it out !
            Lapangan basket riuh oleh siswa-siswi yang hendak menonton pertandingan persahabatan antar sekolah. Terlihat pula Sue Ji dan Nana yang berusaha mencari tempat duduk teduh untuk menonton karena acaranya berlangsung di lapangan outdoor. Suasana semakin riuh ketika namja-namja tampan memasuki lapangan yang tak lain dan tak bukan adalah tim dari SIHC dan dari sekoah Sue Ji.

Sue Ji POV

            Aigoo...apakah pemilihan anggota tim basket diseleksi dulu sehingga mereka memiliki wajah yang tampan-tampan? Apalagi dari SIHC, kulirik satu-persatu. Dan yang paling ujung itu sepertinya adalah ketua tim. Loh? Sepertinya wajahnya cukup familiar. Siapa ya? Aku memutar keras otakku untuk mengingat siapa namja jangkung dari tim lawan tersebut.
            Ting !
            “Nana, kau pasti tak akan percaya,” ujarku. “Hmm.. apa?”
            “Dialah namja yang kuceritakan kemarin. Pelanggan di toko ibuku,” bahuku merosot. Lemas rasanya mengingat bahwa aku masih malu padanya. “Yang benar? Mungkin kau salah orang, Sue Ji. Eh namja di sebelahnya sempat kukira ia yeoja loh, habis cantik sekali.” Puji Nana. Dan memang benar sih kalau namja itu bisa dibilang cukup cantik dan imut apalagi dengan rambut jamurnya itu.
            Permainan dimulai dan berlangsung seru. Kuakui namja belo itu cukup mahir dalam bermain. Dan lawannya yang cukup tangguh adalah Key, meskipun tetap saja namja itu sepertinya bahkan lebih unggul dibanding Key. Tentu saja, bandingkan saja ukuran tubuhnya, namja itu lebih tinggi dan lebih berotot daripada Key. Sudah pasti namja belo itu akan jadi bintang lapangan hari ini, bahkan para yeoja lebih bersorak mendukungnya ketimbang tim sekolah kami. Dasar para supporter penghianat. Untung saja ini hanya pertandingan persahabatan, jadi masih bisa dimaklumi kalau supporter lebih memperhatikan wajah-wajah para pemain dibanding permainannya. Pantas saja anggota tim basket tampan-tampan, sehingga bisa menarik lebih banyak supporter dengan wajah mereka.
            Namja itu menengok ke arahku, rambut gondrongnya yang basah oleh keringat membuatnya terlihat lebih keren. Ia sedikit tersentak melihatku, kemudian ekspresinya berubah, tak bisa kuartikan.
            Pertandingan telah usai dan kulihat kedua tim saling mengobrol termasuk namja belo dengan Key. Mereka terlihat cukup dekat, apa ya yang sedang mereka bicarakan?

Minho POV
            Jadi yeoja itu sekolah di sini. Key kenal tidak ya padanya?
            “Permainan yang bagus, kawan,” puji Key. Kutahu bahwa ia sebenarnya merasa kesal karena sering kalah dariku. “Kau juga. Oh iya, kau kenal Bae Sue Ji?” tanyaku.
            “Bae Sue Ji? Sepertinya tidak. Lagipula aku kan tidak hafal nama siswa di sini satu-persatu,” jawaban yang masuk akal. “Oh, begitu,” sahutku datar. Taemin, ayo ke kantin. Aku ingin mencicipi makanan di kantin sekolah ini. “Ne, hyung. Kajja !”

Author POV
            Minho dan seorang namja imut terlihat membawa nampan makanan dan menghampiri dua orang yeoja yang sedang asik mengobrol di kantin. Salah seorang dari yeoja itu menyadari kehadirannya dan berkata pada temannya, “Sue Ji, sepertinya aku mulai percaya bahwa namja yang tadi kau tunjuk adalah namja yang kemarin kau ceritakan,” ujar gadis itu pada temannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kedua namja tampan yang kini berdiri di hadapan mereka. “Tentu saja aku benar. Mana mungkin aku salah lihat? Dia memang tampan, tapi aku menyesal telah menggambarnya. Coba kalau tidak kulakukan, pasti aku tidak akan merasa risih setiap bertemu dengannya, atau seandainya aku tak mengizinkannya mengambil buku sket...” celotehan Sue Ji berhenti setelah mengikuti arah tatapan Nana yang kini mengarah pada seseorang. Tidak. Dua orang. Sue Ji menepuk-nepuk bibirnya, menyesali apa yang barusan ia katakan pada Nana yang pasti kini sudah didengar oleh namja itu.
            “Boleh kami duduk di sini?” tanya si namja berambut jamur, yang dijawab dengan anggukan oleh Sue Ji dan Nana. “Kajja, hyung.” Yang diajak duduk mengangguk.
            “Kenalkan, joneun Lee Taemin imnida. Ini seniorku, Choi Minho,” mendengar perkataan namja itu Sue Ji semakin kaget. Taemin ! Namja belo itu – Minho – pernah bilang kalau banana milk itu milik Taemin. Apakah Taemin yang ini? Pikir Sue Ji. Ia kalut sekali tatkala mengintip Minho yang mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sue Ji memejamkan matanya, “Bae Sue Ji. Benar?” pertanyaan Minho lebih terdengar seperti pernyataan. “Kalian saling kenal?” tanya Taemin penasaran. “Tidak” “Ya” jawab Minho dan Sue Ji bersamaan. “Ne,” akhirnya Sue Ji mengangguk. “Dia sering belanja di toko Eommaku,” Minho menunjukkan ekspresi tak peduli dengan jawaban Sue Ji, sepertinya ia kurang puas dengan jawaban tersebut.
            “Toko? Minho hyung sering membelikanku banana milk setiap belanja di malam hari. Hehe” kata Taemin sambil terkekeh. Menunjukkan gigi-gigi putihnya. Sue Ji semakin lemas mendengar pernyataan Taemin. Tentu saja ia sudah tau mengenai Minho yang sering membelikannya banana milk.
            Melihat Minho yang hendak membuka mulut, Sue Ji menendang kakinya. Tanpa mengintip ke bawah meja pun Minho tau siapa yang telah menendang kakinya. Akhirnya ia kembali tutup mulut. Bukan karena takut ditendang, ada alasan lain yang menurutnya cukup menyenangkan untuk dinegosiasikan dengan yeoja di hadapannya ini.
            Taemin sepertinya merupakan orang yang supel. Ia mengobrol banyak dengan Sue Ji dan Nana. Sedangkan Minho? Ia hanya menikmati makanannya tanpa merasa tertarik untuk ikut nimbrung. Akhirnya ia menghabiskan makannya duluan. “Taem, aku duluan. Ada sedikit urusan,” kata Minho yang berdiri meninggalkan ketiga orang yang sedang mengobrol. “Ne,” sahut Taemin singkat dan kembali meneruskan obrolannya. Terlihat Minho yang menunjuk Sue Ji kemudian mengisyaratkan agar mengikutinya. Setelah Minho keluar dari pintu kantin, Sue Ji menyusulnya dengan alasan ingin ke toilet.
            Sue Ji menghampiri Minho yang sedang berjalan meninggalkan kantin. “Ya !” panggilnya. Minho tak menghentikan langkahnya dan terpaksa Sue Ji berjalan cepat menyusulnya. “Kembalikan buku sketsaku !” tagih yeoja itu. “Aku tak membawanya,” sahut Minho enteng. “Lalu kenapa kau menyuruhku menyusulmu?” Sue Ji berusaha mengimbangi langkah Minho yang lebar walau santai namun harus diimbanginya dengan berjalan cepat karena kakinya tak sepanjang kaki Minho. “Kau mau bukumu kembali?” Sue Ji mengangguk cepat. “Dan kau tak ingin aku menceritakan mengenai gambar itu pada siapapun?” ia mengangguk lagi, wajahnya sumringah, merasa Minho akan segera mengembalikan buku sketsanya. “Tahukah kau bahwa aku tidak suka digambar yang aneh-aneh?” Minho mulai memelankan langkahnya sehingga yeoja itu tak kesulitan lagi mengimbangi langkahnya. “Lalu kau maunya apa?” sergah Sue Ji cepat. “Ada syaratnya,” jawab Minho mantap. “Apa syaratnya?” tanya Sue Ji jengah, merasa namja ini terlalu memanjangkan masalah.
            “Kau kenal Key? Buat ia jadian dengan dongsaengku.”
            “Hah???”

TBC

Jumat, 04 November 2011

What's Love like


Tittle                : What Love’s Like? – Part 1
Author             : ratu_regina
Genre              : Romance, Comedy
Cast                 : Choi Minho, Kim Kibum, SHINee, Bae Sue Ji (Suzy Miss A)
Length             : ?
Rating              : PG-15

My first FanFic, yay ! Akhirnya terwujud juga niatan mau belajar bikin FF. Niatnya sih mau oneshoot aja dulu yang ringan. Eh malah terhanyut suasana jadi bikin chaptered. Tapi ini belum kelar dan rencananya bakal serius dikerjainnya, makanya dimasukin ke blog biar merasa punya tanggung jawab buat ngelanjutin ini FF. FF ini bukan hanya dipost di sini aja, tapi di blog yg 1 lagi juga yaitu http://raturegina.wordpress.com
Daripada kelamaan curcol, mending kita cekidot this story.... !!!


I didn't fall into more than one heart.
Author POV
“Aku pulang !” teriak seorang gadis pada eommanya yang sedang jaga toko. Ia segera masuk ke rumah yang berada di sebelah toko itu untuk mandi, beganti pakaian, mandi, kemudian ke toko di sebelah rumahnya.
“Eomma, istirahatlah. Biar aku yang jaga toko,” kata gadis itu pada eommanya yang terlihat lelah setelah seharian menjaga toko yang ramai pembeli. “Ya sudah, lagipula eomma lelah sekali hari ini. Sekujur tubuh eomma sampai pegal. Eomma titip toko ya,” pesan eomma gadis tersebut.
Sue Ji POV
            “Pulanglah Eomma, tenang saja toko ini tak akan kuporak-porandakan. Hehe” candaku. “Ne,” jawabnya sambil tersenyum.
            Kubuka buku sketsaku dan mulai menggambar sketsa baju yang akan kujahit. Ketika ada pembeli kutunda dulu aktivitas menggambarku untuk melayani mereka.
            Sudah beberapa jam aku melayani pelanggan sambil menggambar. Tak terasa sudah pukul 8 malam. “Hampir selesai !” seruku riang tatkala gambarku sudah nyaris rampung.
            TING ! Lonceng di pintu berbunyi menandakan ada pembeli.
            DEG
            Namja itu lagi, aku segera berdiri untuk menyambut si pembeli rutin yang menjadi alasanku selalu menawarkan diri kepada eomma untuk menggantikannya menjaga toko.
            “Annyeonghaseyo, selamat datang di toko kami,” sapaku padanya layaknya pada pembeli lainnya tapi khusus untuknya selalu kuberikan senyum terbaikku. Seperti biasa dia hanya akan membalas dengan menganggukkan kepalanya sedikit dan berjalan ke rak ketiga dan memasukkan beberapa camilan ke dalam keranjang belanjanya, kemudian beberapa botol susu rasa pisang yang tak pernah lupa ia beli setiap belanja kemari, beberapa bungkus mie ramen, dan 3 botol besar softdrink. Lalu ia berjalan ke arahku, maksudku ke meja kasir di mana ada aku sebagai kasirnya. Sambil menungguku menghitung total harga barang-barang yang ia beli, namja itu memperhatikan seisi toko initermasuk aku. Benarkah?
Kudongakkan kepalaku dan kudapati ia memang sedang memperhatikanku. Cepat-cepat aku menunduk dan kurasakan wajahku memanas. Kemudian namja itu mencondongkan tubuhnya ke arahku. Omo ! Apa sekarang ia akan menciumku? Bagaimana ini? Aku grogi sekali. Tangannya berusaha menggapai sesuatubuku sketsaku. “Boleh kulihat?” tanyanya padaku. GUBRAK ! Ternyata aku hanya kegeeran. Tidak mungkin seseorang tiba-tiba mencium kasir yang sedang menghitung, apalagi orang tidak dikenal. -_-
“Gwenchana?” namja itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku membuatku tersadar dari lamunanku. “Ah, gwenchana. Ini,” kuberikan buku sketsaku padanya dan melanjutkan hitunganku yang sempat tertunda. Ya ampun, apa dia melihat wajahku saat bengong tadi? Aigo..pasti wajahku terlihat konyol dan bodoh. Pabo Suzy !
Kucuri-curi pandang ke arahnya, ia tersenyum. Ya Tuhan, tampan sekali. Ia tersenyum melihat gambarku ! Baguskah? Tuhan, semoga ia memuji gambarku.
“Totalnya 18.000 won, tuan. Masih ada lagi yang mau dibeli?” kuserahkan kantung belanjaannya dan kulihat ia seperti menahan tawa ketika membayar sambil mengembalikan buku sketsaku. Kenapa dia? “Apakah semua ini gambar buatanmu?” tanyanya masih dengan menahan tawa. “Ne. Wae?” wah sepertinya ia akan memuji gambar-gambarku. Tapi, kenapa firasatku kurang sreg ya? “Ah, tidak apa-apa. Gambar yang bagus. Oh ya, temanku suka susu rasa pisang makanya aku suka beli,” Tuh kan tebakanku benar ! Tapi, kenapa dia menjelaskan tentang alasannya suka beli susu pisang? “Gamsahamnida,” aku tersenyum padanya. Kemudian ia pergi setelah mengembalikan buku sketsaku.
Senangnyaaaaa....akhirnya ia bicara padaku, bahkan tersenyum. Kuambil buku sketsaku yang tadi dilihat-lihat olehnya. MWO?!?!?!?!?!!!!!! Aku baru ingat kalau aku sering menggambar wajahnya, dan dia...dia....dia pasti tadi melihat gambar itu ! Gambar dia yang sedang mengiklankan susu rasa pisang dan kuberi nama Mr. Banana Milk. Aigoo... pantas saja namja itu bilang kalau ia beli banana milk untuk temannya. Tak heran sejak tadi namja itu terus menahan tawa. Eomma..........aku malu !!! Sepertinya mulai besok aku hanya akan membantu eomma sampai jam 7 saja.
Minho POV
            Sepertinya yeoja itu sering memperhatikanku. Buktinya ketika kulihat isi buku sketsanya ada beberapa gambar aku, dan ada sebuah gambar yang membuatku tak berhenti tertawa. Gambar aku seperti model iklan, bukan model pakaian atau suplemen pria. Tapi model iklan banana milk. Disertai nama Mr. Banana Milk. Itukah julukannya padaku? Tidak elit sekali. Lagipula banana milk yang sering kubeli kan untuk Taemin, bukan untukku. Tapi pujianku terhadap kemampuan gambarnya tidak bohong loh. Memang bagus.
Sue Ji POV
            Hari ini aku bangun dengan malas, langkah gontai menuju kamar mandi. Masih shock dengan kejadian semalam. Bagaimana tidak? Aku merasa seperti seorang stalker walau aku tau bahwa aku tidak menguntitnya. Hanya menggambarnya saja. Tapi...tetap saja memalukan. Dia-namja jangkung plus belo itu-orang yang diam-diam kusukai akhirnya tau kalau aku sering memperhatikannya. Seharusnya aku senang. Tapi yang ada aku malah takut ia akan merasa ilfeel padaku.
“Sue Ji, cepat turun untuk sarapan ! Nanti kau terlambat !” panggil eomma dari lantai bawah. Aish ! “Ne..”
Di sekolah. . .
Author POV
            “Hey, kalian sudah dengar belum katanya 2 hari lagi tim basket sekolah kita akan mengadakan pertandingan persahabatan dengan Seoul International High School?” teriak seorang siswi kepada teman-teman sekelasnya. Kelas langsung menjadi riuh oleh ocehan para siswi. “Kudengar katanya tim basket SIHC itu tampan-tampan loh !” celoteh salah seorang siswi. Sue Ji nimbrung, “Ah dasar yeoja. Di sekolah kita juga tak sedikit kan jumlah namja tampannya.” Teman-temannya langsung menatap heran padanya, “Hey bukankah kau juga seorang yeoja?” Oops !
            Bel istirahat berbunyi, murid-murid berhamburan keluar kelas hendak menuju kantin. Terlihat Sue Ji dan Nana juga sedang menuju kantin. Seorang namja dari arah berlawanan sedang berlari dan karena tidak sempat mengerem larinya, akhirnya terjadilah kecelakaan itu. Beruntung Nana masih sempat menghindari tabrak lari (tabrakan karena lari) tersebut sehingga yang menjadi korban hanya Sue Ji dan namja itu. “Aaauw ! Paboya, kenapa lari-lari di koridor sekolah segala sih?” umpat Sue Ji yang masih belum sadar kalau pose jatuhnya mereka berdua sangat tidak bagus untuk dipandang. Suzy tertindih oleh tubuh namja itu. Ketika mereka sama-sama membuka mata, “Kyaaaaaaaaaa...!!!!!” keduanya berteriak dan namja itu segera berdiri, tak lupa membantu Sue Ji untuk berdiri juga.
            “Jongsahamnida,” namja itu meminta maaf. “Gwenchana?” tanyanya memastikan. “Yaaa ! Kau tidak punya mata ya atau memang sengaja sih? Pervert !” teriak Sue Ji tepat di wajah namja itu. “Mwo? Pervert? Huh, geer sekali kau. Aku sedang buru-buru makanya aku berlari. Lagipula aku sudah minta maaf kan? Sudah ya, aku harus cepat-cepat,” namja itu kembali berlari dan membuat Sue Ji jengkel.
            “Yaa, Sue Ji ! Kau tak tau siapa dia?” tanya Nana. “Dia? Memangnya siapa? Aku tak peduli, dia itu tidak sopan sekali. Sudah menabrak orang, tapi tidak bertanggung jawab. Badanku sakit tau ! Dia kan namja, tubuhnya menindihku kan berat. Lagipula bisa saja dia sengaja,” cerocos Sue Ji sambil mengerucutkan bibirnya kesal. “Dia itu Kim Kibum..” kata Nana.
Sue Ji POV
            “Dia itu Kim Kibum..” kata Nana. “Kim Kibum? Kim Kibum sunbae maksudmu? Hahaha..kau salah lihat Nana,” ejekku. “Kim Kibum ketua tim basket sekolah kita,” jawaban Nana membuatku shock. Mwo? Kibum alias Key yang aku kagumi itu? Ketua tim basket itu? Aigoo...sepertinya tadi adalah keberuntungan bisa tabrakan dengannya, bukan kesialan. Ah tapi aku sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Aduuuh...semoga saja ia melupakan kejadian barusan. “Paboya Nana ! Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Aku kan jadi malu. Ah imageku...”
*
            Aaaaaargh... ottokhe? Setiap hari aku membantu eomma menjaga toko, kalau hari ini aku bilang tidak bisa pasti akan ditanya kenapa. Apa aku bilang saja kalau aku sibuk mengerjakan PR? Tapi bagaimana dengan besok? Hari-hari seterusnya? Masa harus kukatakan bahwa aku setiap hari mendapat banyak PR? Alasan yang tidak logis. Lagipula kasian eomma seharian menjaga toko pasti lelah, apalagi kalau sampai malam.
            Kulambat-lambatkan jalanku ketika jarak ke rumahku sudah semakin dekat. Percuma saja aku pasti tetap sampai ke rumah kan.
            Tiba-tiba sebuah ide konyol terlintas di otakku. Aha !
            “Aku pulaaaang !” seperti biasa aku segera menuju toko eomma setelah berganti pakaian, mandi dan makan. Tak lupa kubawa hoodie bertudung milikku. Hoodie belum kupakai sampai pukul 8. Akhirnya ketika pukul 8 kupakai hoodie dan penutup kepalanya. Kurapikan poniku hingga menutupi mata dan menutup sebagian wajahku dengan rambut panjangku yang sengaja kugerai. Kutatap bayangan wajahku di cermin, tidak terlalu jelas karena tertutup oleh tudung hoodie dan rambutku. Bagus !
            TING
            Lonceng pintu berbunyi, kuintip melalui komik yang sedang kubaca, namja itu lagi. Aku berdiri dan membungkuk padanya, “Annyeoonghaseyo, selamat datang di toko kami.” sapaku pelan dan samar agar ia tak mengenaliku.
            Namja itu tak terlalu memperhatikan. Seperti biasa ia akan membeli banana milk dan beberapa camilan. Ketika ia sampai di meja kasir, dapat kurasakan ia terus memperhatikanku, semoga saja ia tak menyadari bahwa ini aku.
            “Nona, kemana gadis yang kemarin?” bagus ! Ia tak menyadari bahwa ini aku. Tapi harus bagaimana aku menjawabnya?
            “Di....dia...dia...sedang sakit !” sialnya aku tak sempat memperkirakan bahwa ia akan menanyaiku makanya tanpa pikir panjang kukatakan saja bahwa orang yang dicarinya itu sakit. Ia hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
            Entah perasaanku saja atau memang benar bahwa namja itu sedang memperhatikanku sejak tadi. Masih dengan keadaan menunduk, bola mataku bergerak mengintip ke arahnya. DEG !
            Benar saja ia sedang memperhatikanku. Mendekatkan wajahnya ke arahku, membuka kuplukku, dan menyibakkan poniku dan bodohnya aku yang hanya diam pasrah ketika dia membuka topeng penyamaranku. Malu untuk kedua kalinya >_<
            “Gotcha ! Ternyata benar ini kau. Hahaha...” ia tertawa puas sekali membuatku kesal karena untuk kedua kalinya aku tertangkap basah olehnya.

TBC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...